Sesi 21 - Week of 12 Jun 2017

Science vs Faith 2


Tujuan :

  1. Menyampaikan penjelasan dari agama katolik tentang teori2 ilmiah (science) yang popular saat ini tentang keberadaan Tuhan
  2. Mengajak anggota cg untuk berpikir dan berdiskusi tentang asal mula alam semesta, dan apakah menurut mereka dunia itu terjadi secara kebetulan atau diciptakan oleh Tuhan.
  3. Mengajak anggota untuk berpikir tentang evolusi dan asal mula manusia, dan apakah menurut mereka evolusi itu terjadi secara kebetulan atau dirancang oleh Tuhan.
  4. Mengajak anggota untuk berpikir tentang atheism, dan apakah atheis itu lebih baik atau tidak lebih baik.

Kita sering sekali mendengar peryataan seperti: “Kecuali itu terbukti secara ilmiah, maka saya tidak akan percaya. Tuhan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah maka Tuhan itu tidak ada”. Pendapat seperti itu juga sering kali diutarakan oleh orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan atau Atheis kepada orang-orang yg beriman kepada Tuhan.

Mereka sering menantang orang2 beriman untuk membuktikan keberadaan Tuhan, dan mereka akan bertanya kepada orang-orang beriman; “Bagaimana kamu tahu kalau Tuhan Allah itu ada (exist)? Jika Tuhan itu benar benar ada, kenapa masih banyak sekali kejahatan di dunia ini yang disebabkan oleh agama? Bukan kah teori evolusi menunjukan kalau manusia tidak diciptakan oleh Tuhan seperti dalam kitab kejadian”.

Di zaman yang serba scientific ini, Science seolah-olah menjadi panutan untuk menjawab segala ketidaktahuan manusia. Ajaran agama sering kali dianggap bertentangan dengan ajaran science dan oleh sebab itu ajaran agama sering dianggap tidak benar, tidak up to date atau ketinggalan jaman.

Dalam materi kali ini kita akan mempelajari pertanyaan-pertanyaan diatas, dan juga untuk membantu kita untuk bisa mengerti dan bisa memberikan penjelasan atas pertanyaan2 diatas dari sudut pandang agama Katolik.

Mari kita mulai dengan membahas pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:

(Fasil boleh menanyakan dulu pertanyaan-pertanyaan dibawah kepada anggota-anggotanya untuk didiskusikan sebelum membacakan jawabannya )

  1. Tuhan tidak bisa dibuktikan secara Ilmiah bukankah itu menunjukkan bahwa Tuhan itu tidak ada?Science adalah metode yang digunakan untuk menemukan kebenaran tentang dunia alami atau dunia dimana teori umum tentang relatifitas berlaku, dunia yang berada dalam batasan2 ilmiah seperti ruang, waktu, massa, dan energi saling terikat satu sama lain, yang bisa diamati dan diukur (dalam sebuah laboratorium).

    Namun Tuhan Allah kita berada diluar dunia physical tersebut diatas. Dia berada diuar persepsi indera fisikal. Artinya Dia tidak terikat oleh ruang, waktu, massa dan energi. Dia bisa berada dimana2, kapan saja, dan dalam bentuk apapun. God is omnipresent. Dan Tuhan tidak bisa diukur atau diamati dalam sebuah labotarium.

    Bahwa Tuhan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah bukan berarti bahwa Allah tidak nyata. Ini karena Tuhan tidaklah dibatasi oleh hukum-hukum fisika dan dimensi yang mengatur dunia kita. “It’s not that God isn’t real; it’s a matter of His not being limited by the physical laws and dimensions that govern our world”.

    Jadi jikalau ada seorang scientist yang mengatakan bahwa “Tuhan tidak bisa dibuktikan secara Ilmiah maka Tuhan itu tidak ada” maka sebenarnya dia tidak mengerti apa yang dia katakan dan cenderung lebih ingin memaksakan kehendaknya kepada orang lain.

    Beberapa hal lain yang tidak bisa dibuktikan oleh Science :

    1. Laws of logic or mathematical truth. 1 +1 = 2
    2. Moralitas tidak bisa dibuktikan oleh science karena perbuatan baik dan jahat bukanlah material fisik yang bisa diukur dalam laboratorium. Contohnya tindakan Nazi di concentration camp & tindakan menolong anak yang kelaparan tidak bisa diukur oleh science.

  2. Kalau begitu apa yang bisa membuktikan kalau Tuhan itu ada?Memang susah untuk membuktikan keberadaan Tuhan Allah, apalagi kalau Dia berada diluar dunia fisikal kita. Namun kita sebagai umat beriman, dengan keterbatasan fisikal otak dan daya nalar pikiran kita, akan berusaha membuktikan keberadaan Tuhan dengan apa yang kita lihat, kita rasakan, dan dengan apa yang ada disekitar kita. Salah satunya yaitu melalui argument St. Thomas Aquinas tentang bukti keberadaanTuhan melalui pengamatan alam semesta dari lima jalan membuktikan eksistensi Tuhan menurut St. Thomas Aquinas (Summa Theologiae, I, q. 2, a. 3)

    Secara sekilas, 5 dalil St. Thomas Aquinas mengenai eksistensi Tuhan adalah:

    1. Motion (Gerak), semua yang bergerak, pasti ada pengerak pertama. Alam semesta ini selalu bergerak, pasti ada yang pengerak pertama.
    2. Penyebab, semua yang ada, pasti disebabkan oleh sesuatu yang lain (ada penyebabnya). Alam semesta ada, pasti ada penyebabnya.
    3. Keberadaan, umumnya semua yang ada, pasti akan tiada. Pasti ada yang sesuatu yang selalu ada dan tidak pernah berakhir atau tiada.
    4. Kesempurnaan, sesuatu yang baik pasti ada yang lebih baik. Pasti ada sesuatu yang eksistensinya paling baik atau mutlak sempurna.
    5. Keteraturan, semua benda mati pasti ada aturannya. Pasti ada yang merancang semua keteraturan itu.

    Saat ini kita tinggal di planet bumi. Kita tahu bahwa diluar planet bumi, dan tata surya yang kita tinggali sekarang ini, ada banyak sekali tata surya lainnya, yang membentuk galaksi2 lainnya, dengan ruang (intergalaktic space), zat (matter) dan energi2 yang mempengaruhinya, yang saat ini kita sebut semua itu dengan kata alam semesta (universe)

    St. Thomas Aquinas mengatakan karena segala sesuatu yang ada, pasti ada penyebabnya. Saat ini alam semesta ada maka sudah pasti ada penyebab keberadaan alam semesta ini, yaitu Tuhan Allah.

    Orang2 Atheist memprotes dengan mengatakan bahwa alam semesta ada begitu saja, tanpa penyebab, dan sudah ada sejak dahulu sampai sekarang.

    Namun penemuan scientific yang popular saat ini mengatakan bahwa alam semesta (semua ruang dan waktu) muncul pertama kali sekitar 13.7 miliar tahun yang lalu, dalam peristiwa yang terkenal dengan kata “Big bang’, dimana alam semesta memiliki awal, dimana sebelumnya tidak ada apapun, tidak ada ruang, tidak ada waktu. Namun oleh peristiwa Big Bang ini muncullah ruang dan waktu.

    Teori big bang ini pertama kali dikemukakan oleh seorang romo katolik bernama Monseigneur George Lemaître pada tahun 1933 di Belgia. Dia juga seorang astronom berprestasi, ahli matematika berbakat dan juga seorang dokter.

    Dalam penemuan ini (big bang) para scientist kemudian menyimpulkan bahwa pada awal mula alam semesta, sebelum alam semesta exist, ada sesuatu keadaan yg dinamakan Quantum Fluctuations atau Quantum Vacuum Fluctuation dimana kondisi quantum dengan kemungkinan energi terendah, tanpa adanya partikel, tanpa adanya materi fisik.

    Namun otak2 para Scientist tidak habis pikir “bagaimana mungkin sesuatu yg tidak ada bisa menciptakan sesuatu yang riil? Menurut mereka pasti ada sesuatu, sesuatu yg sudah ada sebelum ruang dan waktu, sebelum adanya alam semesta, sesuatu yang tidak fisikal, namun bisa bertindak terhadap yang fisikal, dan menciptakan sesuatu fisikal dari ketidak adaan.

    Mari kita telaah satu persatu kondisi diatas:

    1. bahwa ada sesuatu yang tidak fisikal
    2. bahwa ada sesuatu yg sudah ada/exist sebelum ruang dan waktu
    3. bahwa ada sesuatu yg tidak fisikal namun bisa bertindak terhadap yang fisikal
    4. bahwa ada sesuatu yang bisa menciptakan sesuatu yang fisikal dari ketidak adaan (nothingness)

    Dari kondisi2 diatas, dari pemikiran seorang beriman, bukankah itu mirip sekali dengan deskripsi Tuhan Allah dalam kitab suci.

    Dalam Yohanes 4: 24 dikatakan bahwa Allah itu Roh. God is spirit, and his worshipers must worship in the Spirit and in truth.

    Dan kita juga tahu bahwa Allah itu tidak dibatasi oleh waktu. Dalam Yesaya 46:9-10 dikatakan bahwa ‘Remember the former things, those of long ago; I am God and there is no other; I am God and there is none like me. I make known the end from the beginning, from ancient times, what is still to come. I say: My purpose will stand, and I will do all that I please.’ (Isaiah 46:9-10).

    Dan bahwa waktu Allah tidaklah sama dengan waktu manusia ‘But do not forget this one thing, dear friends: with the Lord a day is like a thousand years, and a thousand years are like a day,’ (2 Peter 3:8).

    Bahkan peristiwa Big bang itu sendiri sangat mirip dengan pernyataan dalam Kitab Kejadian 1: 1 yang mengatakan: “In the beginning, God created heaven and earth” dan dari kitab Yohanes 1: 3 yang mengatakan: “Through Him all things were made and without him nothing was made that has been made”.

  3. Jikalau segala sesuatu yang ada, harus ada penyebabnya. Bukan kah itu berarti Tuhan Allah juga butuh penyebab?Hal-hal yang exist dan terjadi pada titik tertentu dalam waktu harus memiliki alasan untuk keberadaan mereka. Tapi bila sesuatu yang itu exist berada diluar dimensi waktu, seperti hal nya Tuhan Allah, maka Ia tidak pernah memiliki momen di mana Ia muncul menjadi dan oleh karena itu tidak memerlukan sebab. Dalam bahasa inggris dikatakan “then it never had a moment where it came into being and so doesn’t need a cause”.

    Pertanyaan yang menanyakan “Siapa yang menciptakan Tuhan Allah?” adalah pertanyaan yang tidak masuk akal karena itu sama saja dengan menanyakan “Siapa yang menciptakan hal yang tidak diciptakan?”

  4. Bukankah alam semesta dan manusia bisa saja terjadi secara kebetulan tanpa ada campur tangan Tuhan Allah?Memang bisa saja alam semesta itu terjadi secara kebetulan. Tapi cobalah direnungkan, seberapa besar kemungkinan (possibility) terciptanya alam semesta dengan organisme seperti manusia dari sebuah big bang.

    Perlu disadari bahwa saat ini kita ada (exist), kita sedang duduk berdiskusi didalam sebuah ruangan, namun sadarkah kita bahwa saat ini juga kita sedang berputar 1675 km/jam (465 meter/detik) dipermukaan sebuah planet berbentuk bola yang juga berputar mengelilingi matahari solar system kita, yang juga berputar mengelilingi galaxy, namun kita sekarang duduk nyaman, seperti tidak terjadi apa2. Dimana kita mungkin seharusnya sudah terbuang ke angkasa luar tanpa terkendali seperti layaknya debu-debu kosmik lainnya.

    Manusia bisa muncul dan hidup di sebuah planet yang entah bagaimana memiliki cukup oksigen untuk kita bernafas tanpa keracunan gas2 lainnya (cuma 20% dari atmosfer bumi adalah oksigen, selebihnya adalah nitrogen, argon, karbondioksida, dll). Cukup air untuk kita minum (scary facts, of all the water on earth only 2.5% is fresh water and only 0.37% is drinkable water), cukup jauh dari matahari sehingga kita tidak terbakar oleh radiasi matahari (berkat atmosfer kita), memiliki bulan dan cukup jauh dari bumi kita sehingga kita tidak mengalami tsunami air laut pasang setiap hari.

    Kita belum lagi memperhitungkan kemungkinan dimana entah bagaimana kita manusia mempunyai badan dan organ2 tubuh kita yang sempurna yang memungkinkan kita untuk bernafas, berpikir, mengolah makanan, membuang racun, dll.

    Jadi kesimpulannya: kemungkinan alam semesta dengan manusia terjadi secara kebetulan adalah amat sangat kecil sekali. Mungkin bisa diibaratnya sebuah bom meledak didalam sebuah pabrik komponen mobil dan dari ledakan itu entah bagaimana tanpa bantuan siapapun tercipta sebuah mobil yang berfungsi dan berjalan dengan sempurna. Hal itu juga ibaratnya mengatakan bahwa musik mozart atau bethoven diciptakan oleh ‘keributan’ semata-mata.

  5. Alam semesta begitu besar dan luas, bumi dan manusia sangatlah kecil dan tidak siknifikan. Bukankah itu menunjukan bahwa alam semesta bukan diciptakan untuk manusia, seperti yang dikatakan dalam kitab kejadian?Kenapa Allah tidak mungkin memilih untuk menciptakan alam semesta yg begitu megah dan luas buat manusia? Karena Allah tidak dibatasi oleh waktu dan Dia bisa menciptakan apapun, Allah tidak punya kesulitan apapun untuk membuat kosmos yg sedemikian megah buat manusia.

    Lagipula otak manusia adalah salah satu benda yang paling kompleks, jadi bisa jadi Allah menciptakan alam semesta sebesar ini agar otak manusia bisa mengexplore-nya dan mengagumi kemegahan ciptaan-Nya.

    KGK 286 mengatakan: Memang akal budi manusia dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai asal segala sesuatu. Adanya seorang pencipta dapat diketahui dengan pasti dari karya-karya-Nya berkat cahaya akal budi manusiawi, walaupun pengetahuan ini sering digelapkan dan dinodai oleh kekhilafan. Oleh karena itu, iman memperkuat dan menerangi akal budi supaya ia mengerti kebenaran ini dengan tepat: “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” (Ibr 11:3)

  6. Bukankah science sudah menunjukkan bahwa manusia modern baru berusia sekitar 1.3 juta tahun dari hasil evolusi? Bukankah itu juga bertentangan dengan kisah penciptaan dalam Kitab kejadian?Perlu dipahami bahwa sampai saat ini dari hasil penemuan fosil tidak menunjukkan perubahan yang berangsur secara terus menerus pada species yang satu dan yang lain. Yang ditemukan adalah bentuk yang stabil untuk jangka waktu yang lama, dan tidak ditemukan fosil species perantara yang menghubungkan satu species dengan yang lain.

    Sama halnya dengan teori evolusi yang mengatakan bahwa species manusia dari species kera. Jika benar ada mahluk antara kera dengan manusia, tentu fosil mahluk perantara dari kera dan manusia harus banyak ditemukan. Sebab teori evolusi mengatakan bahwa perubahan ini terjadi melalui seleksi alam, maka perubahan tersebut akan terjadi secara gradual dan memakan waktu yang amat lama, mungkin ribuan atau puluhan ribu tahun. Sehingga fosilnya seharusnya relatif mudah ditemukan, seperti banyaknya penemuan fosil kera dan dinosaurus lainnya. Namun kenyataannya tidaklah demikian, sehingga sampai saat ini masih terdapat ‘missing links’ antara fosil kera dan fosil manusia.

    Kenyataan di atas sesungguhnya dapat membantu kita untuk melihat hal Evolusi tersebut secara lebih objektif. Kini, mari kita lihat pandangan Gereja mengenai hal evolusi ini, yang dapat saya rumuskan dalam beberapa point:

    1. Kita percaya bahwa jiwa manusia diciptakan secara langsung oleh Allah, dari yang tadinya tidak ada menjadi ada. Jiwa ini dihembuskan kedalam embrio manusia yang terbentuk dari hubungan suami istri. Jadi jiwa manusia BUKAN berasal dari produk evolusi. Dalam surat ensiklik Humani Generis (1950), Paus Pius XII menolak ide evolusi total (yang menyangkut tubuh dan jiwa) manusia dari kera (primate). Dalam Humani Generis 36, Paus Pius XII mengajarkan bahwa meskipun dalam hal asal usul tubuh manusia, masih perlu adanya penyelidikan yang cermat, dan tidak begitu saja disimpulkan bahwa manusia yang terbentuk dari ‘pre-existing matter’ (yang dalam hal ini adalah kera) tersebut sebagai sesuatu yang definitif. Namun yang harus dipegang adalah: semua jiwa manusia adalah diciptakan langsung oleh Tuhan.
    2. Mengenai teori bahwa penciptaan tubuh manusia dari materi yang sudah ada (dari kera) sebenarnya tidak bertentangan dengan sabda Tuhan yang menciptakan tubuh Adam dari tanah/ debu, yang kemudian dihembusi oleh kehidupan, yang menjadi jiwa manusia (Kejadian 2:7). Hal ini juga tidak bertentangan dengan penciptaan manusia seturut gambaran Allah, sebab yang dimaksudkan di sini adalah manusia sebagai mahluk rohani yang berakal dan memiliki kehendak bebas.
    3. Jadi diperbolehkan jika orang berpikir bahwa kemungkinan tubuh kera dapat berkembang mendekati tubuh manusia dan pada titik tertentu (di tengah jalan), Tuhan menghembusi jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu yang kemudian terus berevolusi (evolusi mikro) sampai menjadi manusia yang kita ketahui sekarang. St. Thomas Aquinas I, q.76, a.5, menyebutkan bahwa teori  yang menyebutkan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera (evolusi makro), harus kita tolak. Tubuh Adam haruslah merupakan hasil dari campur tangan Tuhan untuk mengubah materi apapun yang sudah ada (pre-existing matter) dan menjadikannya layak sebagai tubuh yang dapat menerima jiwa manusia. Campur tangan ini mungkin saja luput dari pengamatan ilmiah, seperti yang diakui sendiri oleh beberapa scientist, yang sampai saat ini mengatakan bahwa asal usul kesadaran (consciousness) manusia masih adalah suatu teka-teki.
    4. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa, akal sehat manusia pasti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan yang menyangkut asal usul manusia. Keberadaan Tuhan Pencipta dapat diketahui secara pasti melalui karya-karya ciptaan-Nya, dengan terang akal budi manusia. KGK no 295 mengatakan, “Kita percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaan-Nya. Dunia bukan merupakan hasil dari kebutuhan apapun juga, ataupun takdir yang buta atau kebetulan.”

    Uraian di atas adalah merupakan prinsip dasar mengapa kita sebagai orang Katolik tidak dapat menerima teori Evolusi makro ala Darwin, Sedangkan mengenai evolusi mikro di dalam batas species, kita semua dapat menerimanya.

    Microevolution happens on a small scale (within a single population), while Macroevolution happens on a scale that transcends the boundaries of a single species.

    Prinsipnya, jikapun ada evolusi, tidak mungkin melangkahi batas penyelenggaraan Allah. Allah-lah yang menciptakan manusia, yaitu jiwa dan tubuh. Jiwa manusia diciptakan dari ketiadaan, (out of nothing) dan tubuh mungkin dari materi yang sudah ada (pre-existing matter) namun Allah mempersiapkan tubuh itu agar layak menerima jiwa manusia.

    KGK 283 mengatakan: Pertanyaan mengenai asal bumi dan manusia adalah bahan banyak penelitian ilmiah, yang secara luar biasa memperkaya pengetahuan kita mengenai usia dan luasnya semesta alam, mengenai jadinya bentuk-bentuk kehidupan dan munculnya manusia. Penemuan-penemuan itu harus mendorong kita untuk lebih lagi mengagumi kebesaran pencipta, berterima kasih kepada-Nya untuk segala karya-Nya dan untuk pengetahuan dan kebijaksanaan, yang Ia berikan kepada para ilmuwan dan peneliti.

    Jadi dalam hal ini kita melihat benang merah antara science dan iman. Di samping pertimbangan akal sehat pada hasil penelitian evolusi, pada akhirnya diperlukan kerendahan hati untuk menerima apa yang diajarkan oleh Gereja. Gereja tidak menentang science, namun juga tidak dapat menyatakan hipotesa ilmiah sebagai kebenaran, karena statusnya masih hipotesa dan belum sepenuhnya dapat dibuktikan.

  7. Bagaimana bila setelah semua penjelasan diatas saya masi tidak yakin akan keberadaan Tuhan Allah?Walaupun setelah banyak melakukan refleksi dan research, kadangkala memang iman kita belum kuat dan otak kita masih belum bisa menerima keberadaaan Tuhan Allah. Jika terjadi demikian mungkin kita bisa mempertimbangkan keuntungan-keuntungan dan kekurangan-kekurangan secara matematis apakah kita sebaiknya percaya akan keberadaan Tuhan Allah atau tidak.

    Yang akan dijelaskan dibawah ini bukanlah ajaran Katolik tetapi sebuah pemikiran dari seorang ahli matematika dan fisika di Perancis yang bernama Blaise Pascal. Pascal mengemukakan adanya 4 kemungkinan, atau yang dikenal dengan istilah Pascal’s Wager.

    1.Kita memilih untuk percaya akan keberadaan Tuhan dan ternyata pada akhirnya, kita mendapati bahwa Tuhan benar-benar ada – Eternal Joy and Happyness in heaven.

    2.Kita memilih untuk percaya akan keberadaan Tuhan dan ternyata pada akhirnya, kita mendapati bahwa ternyata Tuhan itu tidak ada – nothing happens.

    3.Kita memilih untuk tidak percaya akan keberadaan Tuhan dan ternyata pada akhirnya, kita mendapati bahwa ternyata Tuhan itu beneran tidak ada – nothing happens.

    4.Kita memilih untuk tidak percaya akan keberadaan Tuhan dan ternyata pada akhirnya, kita mendapati bahwa ternyata Tuhan benar-benar ada – Eternal Suffering in hell.

    Dari keempat pilihan diatas, pilihan untuk percaya akan keberadaan Tuhan menawarkan hasil yang pahala atau ganjarannya yang sangat menguntungkan dengan resiko yang kecil atau nyaris tidak ada. Sedangkan jikalau kita memilih untuk tidak mempercayai keberadaan Tuhan, pahalanya juga tidak ada namun potensial resikonya sangat besar.

    Dalam hal ini, menurut Pascal, pilihan yang rasional dari keempat pilihan diatas sudah jelas sekali, yaitu agar kita percaya akan keberadaan Tuhan.

PENUTUP

Ingatlah bahwa dalam mengambil keputusan dalam hidup, tidak ada seorangpun yang benar-benar bebas dari kebimbangan. Pertanyaannya bukan apakah kamu memiliki kebimbangan tetapi apakah kamu akan membiarkan kebimbangan-kebimbangan itu menantang komitmen-mu.

Inilah 4 cara untuk menumbuhkan rasa percaya mu kepada Tuhan, terutama pada saat kamu merasa bimbang.

  1. Belajar: Belajar lah lebih banyak mengenai Kristenitas dan apa yang dikatakan oleh para santa santo dan penulis-penulis Kristen tentang iman dan kebimbangan. Besar kemungkinan kamu akan terkejut dengan apa yang akan kamu temukan dan kemungkinan besar kamu akan diteguhkan.
  2. Baca alkitab: Alkitab bukan kumpulan kata-kata tentang Tuhan tetapi benar-benar adalah kata-kata dari Tuhan sendiri. Semakin banyak kamu membaca alkitab semakin kamu akan mengenal Tuhan dan bagaimana Dia berinteraksi dengan kita.
  3. Berdoa: Berdoalah karena kamu benar-benar sedang berbicara kepada Tuhan dan jangan lupa kemukakanlah kebimbangan-kebimbanganmu dan harapan-harapanmu. Kamu juga bisa langsung memohon dan berkata “Tuhan, jikalau Engkau benar-benar ada, tunjukkanlah keberadaanMu dalam hal-hal yang aku mengerti.
  4. Berinteraksilah: Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk sosial, maka kita seharusnya terlibat dan berinteraksi dengan sesama yang lain, untuk membantu sesama atau menerima bantuan dari sesama kita. Itulah alasannya Tuhan menciptakan Gereja. Terlibatlah dalam aktivitas-aktivitas gerejamu, dan jadilah bagian dari komunitas kristen yang ada. Besar kemungkinan Tuhan akan menjamahmu dan memperkuat imanmu.

Sumber :