Sesi 22 - Week of 12th June 2017

Begotten, Not Made (Ia Dilahirkan, Bukan Dijadikan)


Intro

“Ia dilahirkan, bukan dijadikan”, potongan dari syahadat panjang ini mengungkapkan bahwa kita sebagai umat Katolik percaya bahwa Yesus Kristus dilahirkan layaknya seorang manusia walaupun dia adalah Tuhan. Pada sesi CG sebelumnya kita telah membahas beberapa hal yang berkaitan antara ajaran agama Katolik dan sains, tetapi semakin dibahas semakin banyak pertanyaan baru yang muncul di benak kita. Sesi CG kali ini kita akan membahas secara khusus tentang topik yang berkaitan dengan teknologi reproduksi.

Bayangkan pasutri yang baru saja menikah, dan berusaha untuk mendapatkan keturunan sesegera mungkin karena dikejar kiri kanan oleh orang tua, saudara, teman dan memang sudah pengen. Setelah hampir setahun mencoba tetapi tidak berhasil, akhirnya dinyatakan bahwa salah seorang dari mereka memiliki masalah ketidak-suburan. Lalu dokter menawarkan cara agar pasangan dapat memiliki keturunan sendiri dengan cara bayi tabung.

Personal Sharing 1:

Bayangkan kalau anda adalah suami / istri dalam situasi diatas, apa tindakan yang akan kalian lakukan dan mengapa?

Main Discussion

Ketidak-suburan (mandul) memang adalah masalah yang nyata dan ada disekitar kita. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan bisa terjadi pada wanita (endometriosis, hormon, penyumbatan tuba falopi atau tumor dan kanker) dan juga pada pria (kualitas sperma, genetik atau penyumbatan saluran sperma). Jaman sekarang banyak Assisted Repoductive Technology (ART) yang dapat membantu pasangan suami-istri, juga sebagai umat Katolik, anak adalah sebuah pemberian yang indah dalam pernikahan.

Didalam kitab suci banyak kisah-kisah dimana pasangan mengalami kemandulan. Seperti di perjanjian lama yaitu cerita Elkana dan Hana (1 Sam 1:1-28) dan cerita Abraham dan Sarah (Kej 21:1-7); Keduanya memiliki kesamaan yaitu mereka tidak berhasil mengandung, tetapi dengan rahmat Tuhan mereka diberikan keturunan walaupun dengan keadaan mereka yang tidak memungkinkan. Tetapi kitab suci juga mengatakan bahwa ada batas dalam cara mendapatkan keturunan / mengatasi kemandulan.

Pada jaman sekarang ini, banyak teknik ART yang memiliki pengaruh moral yang mendalam, dan kita sebagai umat / pasangan Katolik harus sadar akan hal ini sebelum membuat keputusan dalam menggunakan ART. Setiap teknik harus di asah terlebih dahulu untuk melihat apakah teknik tersebut benar moral, dan apakah teknik tersebut mendorong kebaikan dan perkembangan manusia.

Pandangan Gereja

Pada tahun 1987 The Sacred Congregation for the Doctrine of Faith mengeluarkan dokumen bernama Donum Vitae (“Anugerah Kehidupan”) yang menyentuh moralitas teknik-teknik ART. Dokumen ini membahas tentang moralitas teknologi modern untuk membantu kesuburan. Didalam dokumen ini tidak mengatakan bahwa penggunaan teknologi untuk melawan kemandulan adalah salah dalam caranya sendiri. Dikatakan bahwa ada beberapa cara yang moral, tetapi ada juga yang tidak moral karena mereka merusak martabat manusia dan nilai pernikahan.

Donum Vitae menegaskan kembali bahwa adalah sebuah kewajiban untuk melindungi semua hidup manusia, terutama untuk pasangan yang akan menggunakan teknologi-teknologi untuk mendapatkan keturunan. Prinsip dasar yang digunakan gereja Katolik untuk menilai moralitas cara-cara tersebut sangatlah sederhana, tetapi aplikasinya seringkali sulit diterapkan. Teknik yang digunakan dianggap moral jika membantu pernikahan untuk mencapai kehamilan; Tetapi teknik yang digunakan dianggpa tidak moral jika menggantikan pernikahan.

Artificial Insemination (Inseminasi Buatan)

Inseminasi buatan adalah cara dimana sel sperma, baik dari suami atau donor lain dimasukkan kedalam rahim istri secara langsung tanpa melalui hubungan seksual. Teknik ini relatif gampang, tidak menyakiti perempuan dan termasuk tidak mahal dibanding teknik lain. Secara umum teknik ini bisa diterima, karena hanya melewati proses hubungan seksual, sementara sel sperma dan sel telur berasal dari kedua pasangan, dan kehamilan terjadi di rahim sang istri.

Teknik ini dianggap tidak moral oleh gereja Katolik, karena tidak adanya persekutuan orang-tua (hubungan seksual) untuk mencapai pembuahan, terlebih lagi sel telur dan sperma dapat berasal dari donor lain. Juga dianggap tidak moral karena proses pengambilan sel sperma sering kali melalui proses masturbasi.

In-Vitro Fertilization (Bayi Tabung)

In-vitro, berarti “didalam gelas kaca”. Proses in-vitro fertilization atau lebih dikenal dengan nama bayi tabung melibatkan mengambil sebuah sel-sel telur wanita dan membiarkan sel-sel sperma laki-laki membuahi sel-sel tersebut didalam sebuah medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi dikultur selama 2-6 hari didalam sebuah medium pertumbuhan lalu kemudian dipindah kembali kedalam rahim wanita.

Teknik ini tentu saja dianggap tidak moral oleh gereja Katolik karena banyak hal, pertama tentu karena tidak ada persekutuan orang tua untuk mencapai pembuahan dan sel telur dan sel sperma dapat berasal dari donor. Tetapi yang menjadi alasan utama adalah banyaknya embrio yang terbuang dalam proses ini (pembuahan terjadi pada banyak sel telur, sehingga menciptakan banyak embrio, tetapi hanya beberapa saja yang dipilih (1-3) untuk dimasukkan kedalam rahim wanita karena berbagai alasan, seperti biaya, kualitas dan kemampuan rahim wanita).

Sebagai tambahan, manusia diciptakan menurut rupa Tuhan. Pasangan suami istri “bercinta”, bukan “membuat anak”. Seorang anak adalah ekspresi cinta, bukan hasil proses pabrik. Proses bayi tabung membuat anak menjadi sebuah barang hasil pabrik, yang melewati quality control untuk membuang hasil yang rusak. Disini manusia menjadi pemilih antara hidup dan mati layaknya proses aborsi.

Surrogate Motherhood (Rahim Pinjaman)

Surrogate motherhood atau istilahnya adalah rahim pinjaman, adalah teknik dimana seorang wanita akan mengandung dan melahirkan anak untuk pasangan lain. Sel telur dan sel sperma dapat berasal dari pasutri, dari yang mengandung atau bahkan dari donor lain.

Teknik ini juga dianggap tidak moral oleh gereja katolik, alasan mengapa teknik ini dan teknik-teknik diatas ditolak adalah:

KGK 2376:
Teknik-teknik yang dengan perantaraan orang ketiga (pemberian telur atau sperma, kehamilan pinjaman) meniadakan persekutuan orang-tua, harus ditolak dengan tegas. Teknik-teknik ini (inseminasi dan pembuahan buatan secara heterolog) menodai hak anak agar dilahirkan dari seorang ayah dan seorang ibu, yang ia kenal dan yang berhubungan satu dengan yang lain sebagai suami isteri. Mereka juga menodai hak kedua orang-tua, “bahwa yang satu hanya menjadi ayah atau ibu dengan perantaraan yang lain” (DnV 2, 1).

KGK 2377:
Apabila teknik-teknik ini dilaksanakan dalam kalangan suami isteri (inseminasi dan pembuahan buatan homology, maka teknik itu barangkali kurang dapat dicela, tetapi tetap tidak dapat diterima secara moral. Teknik-teknik itu memisahkan persetubuhan dari pembuahan. Tindakan yang mendasari eksistensi anak, bukan lagi satu tindakan di mana dua pribadi saling menyerahkan diri. Dengan demikian orang mempercayakan “kehidupan dan identitas embrio kepada kekuasaan para ahli kedokteran dan biologi dan membangun satu kekuasaan teknik atas asal usul dan tujuan manusia. Kekuasaan semacam itu bertentangan di dalam dirinya dengan martabat dan kesamaan, yang orang-tua dan anak-anak miliki bersama” (DnV 2,5). “Pembiakannya ditinjau dari sudut pandang moral dirampas kesempurnaannya sendiri, kalau ia tidak diusahakan sebagai buah tindakan suami isteri, jadi buah dari kejadian khusus, ialah persatuan suami isteri…. Hanya penghormatan terhadap ikatan yang ada antara makna tindakan suami isteri dan penghormatan terhadap kesatuan manusia memungkinkan pembiakan yang sesuai dengan martabat manusia” (DnV 2,4).

Moral Interventions to Overcome Infertility

Segala jenis pencegahan untuk mengatasi kemandulan dapat digunakan asalkan dapat diterima secara moral. Contohnya operasi untuk mengatasi penyumbatan di sistem reproduksi laki-laki maupun perempuan. Obat penyubur juga dapat digunakan, tetapi harus diingat efek samping yang dapat membahayakan wanita dan janinnya (kehamilan besar / kembar). Cara natural lain juga dapat digunakan, seperti memantau periode kesuburan.

Gereja Katolik dan layaknya semua umatnya memiliki rasa belas kasih yang besar untuk siapapun yang menderita kemandulan. Namun karena rasa cinta untuk semua hidup manusia dan integritas pernikahan, gereja mengajarkan kalau ada cara-cara untuk mencapai kehamilan yang tidak sah. Contohnya adalah cara-cara yang melibatkan mengambil nyawa yang tidak bersalah atau yang memperlakukan nyawa manusia sebagai sebuah “hasil produksi”. Intinya gereja menentang semua cara yang merusak martabat dan moral manusia.

Sebagai manusia, kita memiliki tendensi untuk menyelesaikan semua masalah dengan menggunakan teknologi / ilmu pengetahuan, tetapi kita harus ingat bahwa anak bukanlah hasil teknologi atau industri. Anak haruslah datang dari rasa dan tindakan cinta diantara suami dan istri dengan kerjasama Tuhan. Tidak ada manusia, dengan sendirinya, yang dapat “membuat” citra Tuhan. Kesimpulannya adalah, anak haruslah dilahirkan, bukan dijadikan (begotten, not made).

Personal Sharing 2:

Apakah kalian / orang disekitar kalian pernah memeliki masalah seperti yang dibahas diatas? Ceritakan tindakan apa yang diambil dan alasannya.

Personal Sharing 3:

“Anak adalah titipan dari Tuhan, bukan sebuah keharusan atau hak manusia.” Apa pendapat kalian tentang kalimat tersebut? Apa pendapat kalian tentang adopsi untuk pasangan yang tidak dapat memiliki keturunan?

Reference: