Sesi 20 - Week of 29th May 2017

Gereja Katolik dan Ilmu Pengetahuan


Intro

Banyak orang berpendapat bahwa iman dan akal budi, atau agama dan ilmu pengetahuan, selalu bertentangan satu sama lain. Seseorang harus memilih antara menjadi orang yang terpelajar dan berilmu pengetahuan atau memilih untuk memeluk agama dan iman. Bahan hari ini akan membahas beberapa kesalahpahaman yang sering membuat orang berpikir kalau Gereja Katolik menentang ilmu pengetahuan.

Terlebih dulu kita akan mulai dengan pertanyaan sharing di bawah supaya kita bisa mengetahui pemahaman masing-masing anggota kelompok tentang Gereja dan ilmu pengetahuan. Mungkin saja penjelasannya kemudian ditemukan di dalam bahan yang akan kita bahas hari ini.

Personal sharing 1:

Apakah kamu pernah berpikir atau percaya bahwa agama Katolik bertentangan dengan ilmu pengetahuan? Sharingkan pendapatmu.

Main Discussion

  1. Beberapa bukti kalau Gereja Katolik mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

    Beberapa orang percaya kalau Gereja Katolik menentang kemajuan ilmu pengetahuan. Jika Gereja Katolik menentang kemajuan ilmu pengetahuan, maka selayaknya kita tidak akan menemukan ilmuwan Katolik, sponsor untuk penelitian ilmiah oleh lembaga Katolik, dan juga ajaran Katolik yang menjelaskan tentang cara berpikir secara ilmiah. Akan tetapi, justru banyak sekali kita menemukan hal-hal tersebut.

    Secara historis, orang-orang Katolik terhitung di antara para ilmuwan yang paling penting sepanjang masa, contohnya Rene Descartes yang menemukan geometri analitik dan hukum refraksi, Blaise Pascal yang menemukan mesin penghitung, alat tekan hidrolik, dan teori matematika probabilitas, imam Augustinian Gregor Mendel yang menemukan genetika modern, Louis Pasteur yang menemukan mikrobiologi dan menciptakan vaksin pertama untuk rabies dan antraks, pastor Nicolaus Copernicus yang pertama kali mengembangkan secara ilmiah pandangan bahwa bumi berotasi mengelilingi matahari, dan Monseigneur Georges Lemaitre yang pertama kali memperkenalkan tentang Big Bang Theory.

    Seseorang mungkin mencoba menjelaskan kalau ilmuwan Katolik tersebut hanya seperti orang langka yang berani memberontak terhadap Gereja. Namun, Gereja Katolik sebagai institusi, mendanai, mensponsori, dan mendukung penelitian ilmiah di Pontifical Academy of Science dan di berbagai departemen ilmu pengetahuan di setiap universitas Katolik di seluruh dunia, termasuk yang diatur oleh Paus, seperti The Catholic University of America.

    Seperti Santo Yohanes Paulus II menjelaskan dalam ensikliknya yang berjudul Fides et Ratio (Iman dan Akal):

    Faith and reason are like two wings on which the human spirit rises to the contemplation of truth; and God has placed in the human heart a desire to know the truth—in a word, to know himself—so that, by knowing and loving God, men and women may also come to the fullness of truth about themselves.


    Jadi jauh dari kepercayaan kalau akal bertentangan dengan iman, Gereja sungguh-sungguh menegaskan bahwa akal membantu kita merenungkan Tuhan. Ilmu pengetahuan, jika dipahami dan dilaksanakan dengan tepat, dapat mengungkap kebenaran tentang Allah.

  2. Kesalahpahaman mengenai ketidakcocokan kitab Kejadian dengan teori asal mula kehidupan dan teori evolusi

    Ketidakcocokan kitab Kejadian dengan teori asal mula kehidupan menyebabkan beberapa orang berpikir bahwa keyakinan agama tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan. Di kitab Kejadian disebutkan bahwa Allah menciptakan dunia dalam tujuh hari. Akan tetapi ilmu pengetahuan saat ini menjelaskan bahwa alam semesta, termasuk bumi, terjadi selama miliaran tahun.

    Dalam tradisi Katolik, cerita penciptaan di kitab Kejadian sebenarnya bisa ditafsirkan secara literal ataupun secara non literal/kiasan. Beberapa teolog, seperti Santo Ambrosius, memahami penciptaan di kitab Kejadian dengan cara literal. Akan tetapi kebanyakan teolog Katolik, termasuk Santo Agustinus, Santo Thomas Aquinas, Beato Yohanes Henry Newman, Santo Yohanes Paulus II, dan Paus Benediktus XVI, telah menafsirkan kitab Kejadian secara non-literal sebagai sarana untuk mengajarkan kebenaran tentang penciptaan.

    Santo Yohanes Paulus II mengatakan sebagai berikut:

    The Bible itself speaks to us of the origin of the universe and its make-up, not in order to provide us with a scientific treatise, but in order to state the correct relationships of man with God and with the universe. Sacred Scripture wishes simply to declare that the world was created by God, and in order to teach this truth it expresses itself in the terms of the cosmology in use at the time of the writer.

    Dr Scott Hahn, seorang penulis, pengajar, dan teolog Katolik, menunjukkan bahwa kita mungkin telah salah paham mengenai hal tujuh hari yang dibicarakan di kitab Kejadian. Dalam bahasa Ibrani kuno, kata “tujuh” mempunyai arti sama dengan “membuat perjanjian”. Jadi, ketika dikatakan bahwa Tuhan menciptakan dunia selama tujuh hari, teks ini mau mengatakan bahwa Allah telah menciptakan dunia dalam ikatan hubungan perjanjian dengan-Nya.

    Katekismus menjelaskan “Scripture presents the work of the Creator symbolically as a succession of six days of divine ‘work,’ concluded by the ‘rest’ of the seventh day” (CCC 337), but nothing exists that does not owe its existence to God the Creator. The world began when God’s word drew it out of nothingness; all existent beings, all of nature, and all human history is rooted in this primordial event, the very genesis by which the world was constituted and time begun” (CCC 338). Memang, konsep bahwa Allah menciptakan dunia secara teratur dan terencana inilah yang menjadi awal dari ilmu pengetahuan. Sebab jika dunia tidak teratur dan terencana, tidak ada gunanya mencoba untuk memahami hukum-hukum alam yang penyelidikan ilmiah berusaha untuk temukan.

    Ketidakcocokan antara kitab Kejadian dan teori evolusi spesies juga menyebabkan beberapa orang berpikir bahwa keyakinan agama tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan. Jika manusia pertama, Adam, dan wanita pertama, Hawa, serta semua binatang, diciptakan oleh Allah, maka semua kehidupan, termasuk kehidupan manusia, tidak berevolusi selama jutaan tahun. Gereja Katolik umumnya tidak mengharuskan ayat-ayat Kitab Suci ditafsirkan dengan satu cara tertentu saja. Orang beriman dan teolog mungkin datang ke pemahaman yang berbeda dari suatu bagian Alkitab, tetapi mereka tetap seorang Katolik yang baik. Jadi, orang bisa menerima pandangan bahwa Kejadian mencatat secara detail bagaimana Tuhan menciptakan dunia dan seisinya dalam waktu tujuh hari 24 jam. Atau, orang bisa mengikuti pandangan bahwa kitab Kejadian tidak tepat jika ditafsirkan dengan cara literal. Jika seseorang menafsirkan kitab Kejadian dengan cara non literal, maka tidak ada kontradiksi antara kitab Kejadian dan teori evolusi, asalkan seseorang tetap percaya adanya seorang pria pertama dan wanita pertama, dan dari mereka manusia bernenek-moyang dan mewarisi dosa asal. Tentu saja, Gereja Katolik tidak mengharuskan umat Katolik percaya teori evolusi atau teori lain yang diajarkan oleh ilmuwan. Namun, jika kita percaya pada teori evolusi, kita juga bisa, seperti yang dilakukan Santo Yohanes Paulus II, tetap menjadi seorang Katolik yang setia.

    Perlu diingat bahwa kisah penciptaan dan kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah benar dan nyata, bahkan jika tidak ditulis seluruhnya sesuai dengan teknik sastra modern. Katekismus menjelaskan

    The account of the fall in Genesis 3 uses figurative language, but affirms a primeval event, a deed that took place at the beginning of the history of man. Revelation gives us the certainty of faith that the whole of human history is marked by the original fault freely committed by our first parents.

    CCC 390
    .

    Personal sharing 2:

    Bagaimana menurutmu tentang cara penafsiran kitab Kejadian secara non-literal? Menurutmu apakah penting untuk mencocokkan kitab Kejadian dengan teori evolusi?

    *note:Hari ini kita hanya sharing pendapat pribadi untuk pertanyaan di atas. Tentang evolusi ini akan dibahas lebih detail di CG minggu depan. Jadi, jika ada pertanyaan, bisa disimpan untuk CG minggu depan.

  3. Kesalahpahaman kalau Gereja menentang ilmu pengetahuan karena Gereja menganiaya Galileo

    Banyak orang percaya bahwa Gereja Katolik bertentangan dengan ilmu pengetahuan karena Gereja menghukum Galileo Galilei. Masalah ini sebenarnya rumit dan menjadi subyek dari banyak buku-buku ilmiah. Sebagian dari permasalahan memang didasarkan karena perselisihan ilmiah, tetapi sebagian juga dikarenakan oleh konflik kepribadian, politik, dan perbedaan teologi pada waktu itu.

    Pandangan Galileo bahwa bumi berotasi mengelilingi matahari (heliocentrism) bukanlah isu yang utama. Heliocentrism telah dipegang oleh banyak orang pada waktu itu, termasuk para imam Jesuit yang terhormat di masyarakat. Permasalahan utama lebih dikarenakan Galileo melanggar perjanjian yang telah ia buat mengenai cara dia mengajar pandangannya. Melalui tulisan-tulisan polemik, Galileo mengasingkan teman baiknya dan memberi kesempatan kepada saingannya untuk merusak reputasi temannya. Karyanya “Dialogue Concerning the Two Chief World Systems” terkenal mengejek Paus, yang sebenarnya pernah menjadi seorang teman dan sponsor dia.

    Galileo tidak membatasi dirinya untuk mengklaim teorinya secara ilmiah, yang pada waktu itu kurang didukung dengan bukti yang konklusif, tetapi juga bersikeras menantang interpretasi dominan Alkitab pada saat itu yang menyatakan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi. Jadi, baik teolog berpengaruh serta ilmuwan pada waktu itu berbalik melawan Galileo. Jika Galileo menyajikan pandangan klaimnya dengan lebih rendah hati, ada kemungkinan dia bebas dari hukuman.

    Namun demikian, Santo Yohanes Paulus II mengakui bahwa kekuasaan kehakiman gerejawi dalam pengadilan Galileo telah berbuat salah dengan menolak heliocentricism Galileo, yang pada tahun 1633 belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Pandangan Galileo ditolak karena interpretasi literal dari suatu bagian dalam Alkitab yang mengatakan bahwa “matahari terbit”. Sekarang kita tahu kalau sebenarnya bukan matahari yang terbit melainkan bumi yang berputar sehingga seakan-akan matahari terbit. Penghakiman yang salah itu bisa dihindari jika para teolog yang terlibat ingat akan metode penafsiran Alkitab secara non literal yang dikemukakan oleh Santo Agustinus dan Santo Thomas Aquinas. Walaupun Gereja membuat kesalahan dalam penghukuman Galileo, tetapi itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran resmi iman dan moral Katolik.

  4. Kesalahpahaman kalau Gereja menentang penelitian sel induk (stem cell research)

    Salah satu tuduhan kalau Gereja menolak ilmu pengetahuan dilontarkan oleh Richard Dawkins, seorang ahli biologi evolusi dan pengarang buku. Dawkins menulis “Dia [Paus Benediktus] adalah musuh ilmu pengetahuan, menghalangi penelitian sel induk, dengan alasan bukan dari moralitas tetapi takhayul pra-ilmiah.” Kebenaran adalah Gereja tidak menentang penelitian sel induk.

    (Sedikit informasi tentang sel induk: Sel induk adalah jenis khusus dari sel yang dapat dengan mudah membagi untuk membuat sel-sel baru. Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah optimis tentang kemungkinan menggunakan sel induk untuk mengobati berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan lainnya, karena sel-sel induk berpotensi menumbuhkan jaringan dan organ yang rusak.)

    Walau laporan berita dan debat politik sering menggunakan istilah “penelitian sel induk” untuk membahas semua penelitian ilmiah yang melibatkan sel-sel induk, sebenarnya ada beberapa jenis penelitian sel induk. Sebagai contoh, penelitian sel induk dewasa menggunakan sel induk yang diambil dari sumsum tulang, dan penelitian sel induk tali pusar menggunakan darah yang tersisa di tali pusar setelah kelahiran. Baru-baru ini, sel-sel induk telah ditemukan dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di rahim. Gereja sama sekali tidak menentang penelitian sel induk dengan menggunakan cara-cara di atas. Gereja Katolik cuma menentang penelitian sel induk embrio karena penelitiannya melibatkan membunuh embrio manusia.

    Semua orang setuju bahwa kita tidak boleh membunuh orang yang tidak bersalah, bahkan jika membunuh mereka akan bermanfaat bagi orang lain atau membawa suatu kemajuan dalam pengetahuan ilmiah. Jika embrio manusia memiliki hak – hak seperti halnya manusia dewasa, maka penelitian sel induk yang melibatkan membunuh embrio manusia adalah salah.

    Apakah ada alasan untuk percaya bahwa embrio manusia adalah sesuatu yang hidup? Hidup berarti memiliki aktivitas yang dihasilkan diri sendiri (self-generated activities). Aktivitas pertumbuhan embrio secara proporsional dan peningkatan spesialisasi sel di dalam embrio menunjukkan bahwa embrio adalah makhluk hidup. Apakah embrio hidup juga manusia? Karena embrio muncul dari seorang ibu manusia dan ayah manusia, tentu saja spesies embrio adalah juga manusia. Orang baru ini adalah individu yang unik secara genetik dan keberadaannya adalah tidak sama dengan ibu atau ayah atau orang lain. Meskipun embrio manusia masih kecil pada saat ini, embrio adalah manusia dan dalam proses awal pembentukan manusia. Ilmuwan tidak boleh bertindak seolah-olah mereka adalah Allah yang berhak mengambil dan menguasai hidup orang lain. Seperti Katekismus Gereja Katolik mengajarkan,

    “God alone is the Lord of life from its beginning until its end: no one can under any circumstance claim the right directly to destroy an innocent human being.”

    CCC 2258
    .

    Personal sharing 3:

    Paus Fransiskus dalam salah satu audiensinya mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan untuk manusia dan dunia, dan bukan sebaliknya. Apa pendapatmu tentang hal ini? (lihat artikel di bawah)

    Personal sharing 4:

    Apakah kamu pernah mengalami situasi dimana ilmu pengetahuan yang kamu pelajari atau teknologi yang kamu pakai justru membantu pertumbuhan imanmu dan membuatmu lebih mengenal Tuhan?

Reference

Prayer

Ya Tuhan yang Maha Pengasih, terimakasih atas kesempatan hari ini, kami boleh belajar mengenai relasi antara Gereja Katolik dan ilmu pengetahuan.

Ya Tuhan, Engkau lah Allah Yang Maha Kuasa, Engkau yang menjadikan bumi dan segala isinya, juga hati & pikiran manusia yang ingin mengetahui kebenaran & membuat penemuan baru yang bisa bermanfaat bagi perkembangan manusia.

Kami mau berdoa khususnya untuk para ilmuwan agar penelitian mereka boleh berguna bagi banyak orang dan membawa kemajuan dalam pengetahuan ilmiah tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak sejalan dengan ajaran & kehendakMu.

Sentuhlah hati para ilmuwan yang sekarang ini mungkin masih menganggap remeh atau tidak peduli dengan nyawa manusia yang berharga, agar mereka boleh lebih menghargai hidup manusia, dan tidak gelap mata dalam menjalani riset penelitian mereka.

Kami juga mau berdoa untuk mereka yang masih menganggap perkembangan ilmu pengetahuan bertentangan dengan iman, agar mata dan hati mereka boleh terbuka bahwa sesungguhnya dengan memiliki iman yang setia, perkembangan ilmu pengetahuan akan membawa semakin banyak manfaat bagi kehidupan manusia di bumi ini.

Doa yang singkat ini akan kami satukan dengan doa yang Kau ajarkan sendiri… Bapa Kami…

Ya Bunda, doakanlah kami, anak-anakMu….Salam Maria…

Kemuliaan…

Amin

Artikel

Pope: Scientists must defend creation from use of biotech

April 11, 2017

Pope Francis warned against the dangers of biotechnology during an audience with the Italian National Committee for Biosecurity, Biotechnologies and Life Sciences. “You also are asked to foresee and prevent the negative consequences that can cause a distorted use of the knowledge and ability to manipulate life,” he said.

ROME — Scientists working in the field of biotechnology are called to use science to protect creation and to prevent methods that seek to control it, Pope Francis said.

The responsible use of the “enormous and growing” power of science is a “fundamental cornerstone” of humankind’s actions in promoting the development of plant, animal and human life, the pope told a committee charged with establishing scientific norms for the Italian government.

“You also are asked to foresee and prevent the negative consequences that can cause a distorted use of the knowledge and ability to manipulate life,” he said April 9 during an audience with the Italian National Committee for Biosecurity, Biotechnologies and Life Sciences.

According to its website, the Italian committee reviews key issues, including “genetic testing, gene therapy, tissue engineering, development of biotechnologies in Italy, cloning, and Italian and European legislation.”

The pope congratulated the committee on the 25th anniversary of its founding and encouraged members in their work for society and the care of creation.

Scientists, he said, are called to “know” and to “know how” to make responsible decisions and avoid the risk of “misusing the power that science and technology place in our hands.

“When the intertwining between technological power and economic power becomes closer, interests may condition lifestyles and social orientations in the direction of profits of certain industrial and commercial groups to the detriment of peoples and the poorest nations,” the pope said.

Humility, courage and openness, he added, are crucial in creating harmony between social, scientific and political bodies so all may work together for the common good and the sustainable development of the “common home.”

Science and technology, Pope Francis said, “are made for man and the world, not man and the world for science and technology.

“May they be at the service of a dignified and healthy life for all in the present and in the future and make our common home more habitable and marked by solidarity, more cared for and preserved,” the pope said.