Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 3 - Week of 3rd Oct 2016

Karunia Roh Kudus


Intro

Apakah kalian dapat menyebutkan apa saja karunia Roh Kudus? Mengapa Allah memberikan karunia-karunia tersebut kepada kita? Apakah kalian memiliki karunia-karunia tersebut? Dan, apakah yang harus kita lakukan terhadap karunia-karunia tersebut? Pada bulan Oktober ini, kita akan membahas tentang karunia-karunia Roh Kudus di dalam Gereja.

Pertanyaan sharing:

Menurut kalian, apa itu karunia Roh Kudus?

Roh Kudus sebagai Pribadi Allah yang nyata namun juga misterius

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang karunia Roh Kudus, marilah kita membaca bacaan dari Yohanes 16:7-15

[table “” not found /]

Penghibur pada ayat 7 adalah Roh Kudus. Memenuhi janji-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya dan “Ia menghembusi mereka dan berkata, ‘Terimalah Roh Kudus’” (Yoh 20:22). Kemudian, pada hari Pentakosta, terjadilah pencurahan Roh Kudus secara universal atas Gereja (Kis 2). Karunia itu bukan berupa sesuatu, tetapi Seseorang, sebuah Pribadi. Karunia itu adalah Roh Kudus sendiri.

Pertanyaan:

Mengapa lebih baik bagi kita untuk menerima Roh Kudus daripada jika Kristus berada di sini?


Karena kehadiran Roh Kudus dalam diri kita lebih intim daripada jika Kristus hadir di hadapan kita seperti pada jaman para rasul. Kehadiran Kristus lebih intim dalam diri kita melalui Roh-Nya yaitu Roh Kudus. Jika Yesus Kristus masih berada di sini, pengenalan kita hanya akan terbatas pada mengenal orang saja.

Selama Yesus berkarya, para rasul hidup dan bersama-sama dengan-Nya. Namun, para rasul belum benar-benar mengenal Yesus secara penuh. Ketika Yesus ditangkap hingga disalibkan, murid-murid-Nya meninggalkan Dia, bahkan Petrus pun menyangkal Dia. Para rasul mengenal Kristus lebih dekat dan lebih intim setelah mereka menerima Roh Kudus. Setelah peristiwa Pentakosta, para rasul begitu berapi-api dalam mewartakan kabar gembira. Begitu pula dengan kita, Roh Kudus membuat kita mengenal Kristus, sama seperti Kristus yang membuat kita mengenal Allah Bapa.

Karunia Roh Kudus membawa perubahan-perubahan dalam diri orang yang menerimanya. Beberapa contoh perubahan-perubahan yang terjadi setelah menerima karunia Roh Kudus:

  • Semangat yang berapi-api dalam menjadi saksi Kristus
    Hal ini dapat dilihat dari kehidupan Gereja perdana setelah peristiwa Pentakosta.
  • Intimacy
    Berdoa kepada Tuhan menjadi sebuah hal yang sangat alami seperti bernafas. Roh Kudus memampukan kita untuk memanggil Tuhan sebagai Bapa kita.
  • A radically new kind of love
    Kasih adalah buah Roh yang pertama (Galatia 5:22). Roh Kudus memampukan kita untuk mencintai seperti Kristus. Roh Kudus adalah sumber dari Agape (unconditional love).
  • Wisdom
    Hal ini dapat dilihat dari kisah hidup para santo-santa, contohnya seseorang yang sederhana seperti Mother Teresa dapat begitu memahami kehendak Tuhan.

Ada karunia-karunia Roh Kudus yang diterima oleh semua orang yang sudah dibaptis, ada pula karunia-karunia yang diberikan Tuhan kepada orang-orang tertentu saja dimana Tuhan berkenan menyatakannya. Karunia-karunia yang kita semua terima saat kita dibaptis adalah sanctifying gift, sedangkan karunia-karunia yang diberikan kepada orang-orang tertentu saja adalah hierarchical dan charismatic gift. Kita akan membahas tentang sanctifying gift di sesi CG kali ini. Hierarchial dan charismatic gift akan dibahas pada sesi CG berikutnya.

Sanctifying gift adalah karunia-karunia yang membuat kita menjadi seperti Kristus, yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan Allah Tritunggal Maha Kudus. Karunia-karunia ini yang menjadikan kita anak-anak Allah yang dipenuhi Roh Kudus. Sanctifying gift adalah karunia yang sangat penting dalam kehidupan kita untuk membawa kita kepada keselamatan. Saat kita menerima Sakramen Krisma, kita di-“meterai”-kan dengan Roh Kudus. Sakramen Krisma memberi kita suatu kematangan dan memberi kita kekuatan untuk memberi kesaksian mengenai iman, untuk membela iman, dan untuk hidup secara bertanggung jawab di dalam Gereja.

Ada tujuh sanctifying gift, yaitu: karunia takut akan Tuhan, keperkasaan, kesalehan, nasihat, pengenalan, pengertian, dan kebijaksanaan. Sanctifying gift ini terdapat pada kitab Yesaya 11:2-3.

[table “” not found /]

Mari kita bahas karunia-karunia ini satu per satu:


(Catatan fasil: urutan pembahasan tidak berarti bahwa karunia tersebut lebih penting daripada karunia yang lain)

Karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord)

Ada ketakutan yang baik dan ada ketakutan yang tidak baik. Ketakutan yang bersumber pada keduniaan atau penderitaan fisik di atas segalanya tidaklah baik. Ketakutan seperti ini adalah ketakutan kehilangan kenyamanan fisik dan kenikmatan duniawi melebihi ketakutan akan kehilangan iman. Jika seseorang menganggap iman dan Gereja sebagai penghalang baginya, ia siap meninggalkan iman maupun Gereja supaya kenyamanan akan hal-hal duniawi dapat dipertahankan olehnya. Ketakutan seperti ini bukanlah ketakutan yang baik, bahkan dapat membawanya kepada penderitaan abadi di neraka, sebab ia rela meninggalkan iman akan Kristus yang sudah diketahuinya dapat membawanya kepada kehidupan kekal.

Namun demikian, ada ketakutan yang baik, yaitu takut akan Tuhan (fear of the Lord). St. Teresa mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan obat bagi manusia untuk menghindari dosa, yaitu takut akan Tuhan dan kasih. Takut akan Tuhan adalah takut akan penghukuman Tuhan, takut bahwa dirinya akan terpisah dari Tuhan untuk selamanya di neraka. Ketakutan seperti ini disebut servile fear. Ketakutan pada tahap ini membantu seseorang untuk membawanya kepada pertobatan awal. Namun, bukankah Rasul Yohanes mengatakan bahwa dalam kasih tidak ada ketakutan? (lih. 1Yoh 4:18) Ya, dengan bertumbuhnya iman, maka takut akan penghukuman Tuhan akan berubah menjadi takut akan menyedihkan hati Tuhan, yang didasarkan atas kasih. Inilah yang disebut filial fear, seperti anak yang tidak ingin menyedihkan hati bapanya.

Karunia Roh Kudus ini menyadarkan bahwa satu-satunya yang memisahkan seseorang dari Tuhan adalah dosa. Oleh karena itu, manifestasi dari karunia ini adalah kesedihan karena dosa, yang diikuti dengan kebencian akan dosa. Orang yang membenci dosa tidak hanya menghindari dosa berat, namun juga ia tidak mau melakukan dosa ringan. Ia akan menjauhi hal-hal yang dapat membuat dia berbuat dosa. Ia akan sadar bahwa meskipun ia sudah berusaha menghindari dosa, ia kerap tetap jatuh di dalam dosa, termasuk dosa ringan. Dengan demikian, ia menjadi sadar akan dirinya yang tidak berarti apa-apa, dan pada saat yang bersamaan ia sadar bahwa Tuhan adalah segalanya. Sikap seperti inilah yang menuntunnya kepada kerendahan hati. Jika kita belajar dari kesalahan kita bahwa yang sering memisahkan diri kita dari Tuhan adalah godaan duniawi, maka kita belajar untuk membatasi diri dari kenikmatan duniawi. Inilah yang disebut sebagai kebajikan penguasaan diri (temperance). Marilah kita menilik ke dalam hati kita, sudahkah kita memiliki rasa takut akan Tuhan: sudahkah kita membenci dosa, dan berusaha untuk menjauhinya.

Karunia keperkasaan (fortitude)

Kebajikan keperkasaan adalah keberanian untuk mengejar yang baik dan tidak takut dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghalangi tercapainya kebaikan tersebut. Karunia keperkasaan dari Roh Kudus adalah keberanian untuk mencapai misi yang diberikan oleh Tuhan, bukan berdasarkan pada kemampuan diri sendiri, namun bersandar pada kekuatan Tuhan. Dengan kebajikan keperkasaan, kita dapat berkata seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13). Juga, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rom 8:31) Melalui karunia ini, Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk yakin, percaya, dan bersandar kepada kekuatan Allah. Allah dapat menggunakan kita yang terbatas dalam banyak hal untuk memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab Allah memilih orang-orang yang bodoh, yang lemah, agar kemuliaan Allah dapat semakin dinyatakan, dan agar tidak ada orang yang bermegah di hadapan-Nya (lih. 1Kor 1:27-29).

Orang yang dipenuhi dengan karunia keperkasaan bukannya tidak pernah merasa takut, namun mereka dapat mengatasi ketakutannya karena mereka percaya pada Allah yang dapat melakukan segalanya. Bunda Teresa yang berani melaksanakan kehendak Allah untuk melayani orang-orang yang miskin di tengah-tengah pelayanannya sebagai biarawati yang menjadi guru, adalah contoh bagaimana karunia keperkasaan menjadi nyata. Dan dalam derajat yang sempurna, karunia Roh Kudus ini dinyatakan oleh para martir. Sekilas mungkin saja kita berpikir, “tetapi aku tidak mempunyai tingkat keberanian seperti para martir dan para orang kudus itu…”. Tetapi, benarkah bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mempunyai kesempatan untuk menerapkan karunia keperkasaan ini?

Dalam keseharian kita, kita juga dituntut untuk mati terhadap keinginan diri sendiri, dan berjuang dalam kekudusan. Dan orang yang secara sadar berjuang dalam kekudusan akan merasakan bahwa ini adalah tantangan yang sungguh berat. Keinginan dan perjuangan untuk hidup dalam kekudusan adalah karunia Roh Kudus. Roh Kudus memberikan kekuatan sehingga dapat memberikan keberanian untuk terus melakukan karya kerasulan walaupun ada banyak kekurangan, keberanian untuk menanggung sakit penyakit dan penderitaan, keberanian untuk mengutamakan orang lain dibandingkan diri sendiri, ataupun keberanian untuk mewartakan Kristus dan Gereja-Nya di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan pandangan relativisme dan keacuhan terhadap hal- hal rohani. Karunia keperkasaan diperoleh dengan kerendahan hati, yaitu dengan bertekun dalam doa dan sakramen. Sakramen Penguatan memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi tentara Kristus; Sakramen Ekaristi memberikan makanan spiritual yang akan menguatkan kita dalam perjuangan rohani; Sakramen Tobat memberikan kekuatan pada kita untuk melawan godaan; Sakramen Perminyakan memberikan kekuatan kepada kita dalam perlawanan terakhir.

Karunia kesalehan (piety)

Karunia kesalehan adalah karunia Roh Kudus yang membentuk hubungan kita dengan Allah seperti hubungan seorang anak dengan bapanya; dan pada saat yang bersamaan, membentuk hubungan persaudaraan yang baik dengan sesama. Karunia ini menyempurnakan kebajikan keadilan, yaitu keadilan kepada Allah – yang diwujudkan dengan agama – dan keadilan kepada sesama. Karunia kesalehan memberikan kita kepercayaan kepada Allah yang penuh kasih, sama seperti seorang anak percaya kepada bapanya. Hal ini memungkinkan karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah, sehingga kita dapat berseru “Abba, Bapa!” (lih. Rom 8:15). Dengan hubungan kasih seperti ini, seseorang dapat mengerjakan apa yang diminta oleh Allah dengan segera, karena percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik. Dalam doa, orang ini menaruh kepercayaan yang besar kepada Allah, karena percaya bahwa Allah memberikan yang terbaik, sama seperti seorang bapa akan memberikan yang terbaik bagi anak- anaknya. St. Theresia Kanak-kanak Yesus mempunyai karunia ini secara nyata, karena dia menempatkan dirinya sebagai seorang anak yang mau melakukan apa saja untuk Bapa-nya. Ia mengumpamakan kehidupan rohaninya sebagai seseorang yang naik dengan lift menuju Tuhan, yaitu dengan tangan Tuhan sendiri yang menopangnya dan mengangkatnya. Kuncinya sederhana: melakukan hal-hal yang kecil dan sederhana, dengan kasih yang besar kepada Allah.

Karunia kesalehan akan membuat kita memberikan penghormatan kepada Bunda Maria, para malaikat, para kudus, Gereja, sakramen, karena mereka semua itu berkaitan dengan Allah. Selain itu juga membaca Kitab Suci dengan penuh hormat dan kasih, karena Kitab Suci merupakan surat cinta dari Allah kepada manusia. Dalam hubungannya dengan sesama, karunia kesalehan dapat menempatkan sesama sebagai saudara dan saudari di dalam Kristus, karena Allah mengasihi seluruh umat manusia dan menginginkan agar mereka juga mendapatkan keselamatan. Mereka yang saleh ini akan menjadi lebih bermurah hati kepada sesama. Dan dalam derajat yang lebih tinggi, mereka bersedia memberikan dirinya demi kebaikan bersama.

Karunia nasihat (counsel)

Mazmur 32:8 mengatakan, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.” Allah menunjukkan jalan kepada kita melalui karunia Roh Kudus-Nya, yaitu karunia nasihat. Karunia ini adalah karunia yang memberikan petunjuk jalan mana yang harus ditempuh untuk dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar bagi nama Tuhan. Karunia nasihat memampukan kita untuk mempunyai intuisi akan jalan mana yang harus diambil sesuai dengan apa yang diinginkan Allah. Karunia ini menerangi kebajikan kebijaksanaan (prudence), agar kita dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Dengan demikian, karunia nasihat senantiasa menerangi jalan orang- orang yang dengan sungguh- sungguh mendengarkan Roh Kudus.

Yang terpenting sehubungan dengan karunia nasihat adalah kesediaan dan kerjasama kita dalam melaksanakan dorongan Roh Kudus. Kita tidak boleh menempatkan penghalang sehingga Roh Kudus tidak dapat bekerja secara bebas. Penghalang karunia Roh Kudus ini dapat berasal dari diri kita sendiri, seperti keterikatan pada pertimbangan kita sendiri, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan juga kurangnya kerendahan hati. Kita perlu belajar dari teladan Bunda Maria yang memiliki kesediaan penuh untuk bekerjasama mewujudkan karya Allah dalam hidupnya, dengan mengatakan, “Terjadilah padaku, Tuhan, menurut perkataan-Mu” (lih. Luk 1:38).

Dengan terus membiarkan Roh Kudus memimpin jalan kita secara bebas, kita terus dimurnikan oleh Roh Kudus, sehingga lama kelamaan, kita mempunyai intuisi akan jalan mana yang harus diambil sesuai dengan apa yang diinginkan Allah. Karunia ini diperlukan bagi orang-orang yang memberikan bimbingan rohani, sehingga mereka dapat memberikan petunjuk sesuai dengan apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan mereka.

Karunia pengenalan (knowledge)

Karunia pengenalan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk menilai ciptaan dengan semestinya dan melihat kaitannya dengan Sang Pencipta. Kebijaksanaan 13:1-3 menggambarkan karunia ini dengan indahnya:

[table “” not found /]

Dengan kata lain, karunia pengenalan akan Allah memberikan kepada kita, pengertian akan makna dari ciptaan dengan mengacu kepada Sang Pencipta, yaitu Tuhan. Dengan karunia pengenalan akan Allah, seseorang dapat memberikan makna akan hal-hal sederhana yang dilakukannya setiap hari, dengan mengangkatnya ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu sebagai jalan pengudusannya. Artinya, semua pekerjaan, jika dilakukan dengan jujur, bersungguh-sungguh, dan dengan motivasi untuk mengasihi Allah, dapat menjadi cara bagi kita untuk bertumbuh dalam kekudusan. Semua hal di dunia ini dapat dilihat dengan kaca mata Allah, dan dihargai sebagaimana Allah menghargai tiap-tiap ciptaan-Nya itu.

Karunia pengertian (understanding)

Karunia pengertian adalah adalah karunia yang memungkinkan seseorang untuk mengerti kedalaman misteri iman. Karunia pengertian adalah seumpama sinar yang menerangi akal budi kita, sehingga kita dapat mengerti apa yang sebenarnya diajarkan oleh Kristus dan misteri iman seperti apakah yang harus kita percayai. Raja Daud memahami karunia ini, sehingga dengan penuh pengharapan ia berkata, “Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.” (Mzm 119:34) Karunia pengertian memberikan kedalaman pengertian akan Kitab Suci, kehidupan rahmat, pertumbuhan dalam sakramen-sakramen, dan juga kejelasan akan tujuan akhir kita, yaitu Surga.

Karunia pengertian ini memberikan gambaran yang jelas akan tujuan akhir kita yaitu Surga. Dengan karunia ini, kita dapat terdorong untuk mengarahkan seluruh hidup kita ke Surga. Kita akan mengusahakan segala pikiran, perkataan dan perbuatan kita agar selaras dengan kehendak dan perintah Tuhan. Kita akan terdorong untuk terus mencari dan memahami apa yang menjadi kehendak-Nya dalam hidup kita dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk melaksanakannya.

Karunia kebijaksanaan (wisdom)

Karunia kebijaksanaan adalah karunia yang memungkinkan manusia untuk mengalami pengetahuan akan Tuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Karunia kebijaksanaan ini berhubungan erat dengan kasih. Karunia ini bukan hanya merupakan pengetahuan belaka, namun merupakan satu pengalaman ilahi yang diperoleh melalui kasih. Roh Kudus mengisi jiwa orang-orang yang sederhana dan penuh kasih dengan karunia ini, sehingga seolah-olah mereka memakai kacamata ilahi dalam melihat segalanya. Seseorang dapat menjelaskan tentang rasa buah durian dengan berbagai macam kata dan susunan kalimat. Namun, tidak ada yang dapat menjelaskan dengan baik rasa buah durian selain dengan mencobanya sendiri. Atau sama seperti seorang ibu yang mengenal anaknya bukan dari buku, namun dari kasihnya kepada anaknya. Demikian juga, karunia ini akan menjadi semakin nyata dalam kehidupan seseorang, sesuai dengan besarnya kasih yang dinyatakan olehnya, kepada Tuhan.

Karena karunia kebijaksanaan memungkinkan seseorang melihat segala sesuatunya dari kacamata Tuhan, maka orang ini dapat menimbang segala sesuatunya dengan tepat, mempunyai perspektif yang jelas akan kehidupan, melihat segala yang terjadi dalam kehidupannya dengan baik tanpa adanya kepahitan, dan dapat bersukacita di dalam penderitaan. Semua yang terjadi dilihat secara jelas dalam kaitannya dengan Tuhan. Karunia ini memungkinkan seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan pandangan terfokus kepada Tuhan. Karunia ini membuat seseorang dapat mencerminkan Kristus, seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (1Kor 3:8)

Empat dari sanctifying gift ini yaitu karunia kebijaksanaan, pengertian, nasihat, dan pengenalan akan Allah merupakan karunia yang menyempurnakan akal budi. Karunia pengertian memberikan kedalaman pemahaman akan kebenaran Allah dan ketiga hal lainnya memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Karunia kebijaksanaan membantu kita menimbang hal-hal yang berkaitan dengan Allah; karunia pengenalan akan Allah membantu kita menimbang ataupun menilai hal-hal sehubungan dengan ciptaan; karunia nasihat mengarahkan tindakan kita.

Sedangkan tiga dari sanctifying gift ini adalah karunia-karunia yang menopang keinginan (will) dan indera (senses) kita untuk menginginkan segala yang baik. Kesempurnaan keinginan (will) ditopang dengan karunia kesalehan, membimbing kita dalam hubungan kita dengan Allah dan sesama. Sedangkan untuk menopang indera (senses), Roh Kudus memberikan karunia keperkasaan dan karunia takut akan Tuhan. Karunia keperkasaan memberikan kekuatan sehingga kita tidak menghindar dari kesulitan untuk mencapai kesempurnaan rohani; sedangkan karunia takut akan Tuhan memampukan indera kita untuk mengusahakan hubungan yang seharusnya antara Tuhan Sang Pencipta dan kita ciptaan-Nya, serta membatasi keinginan kita akan hal-hal yang bersifat duniawi. Di antara semua karunia Roh Kudus, karunia yang tertinggi adalah kebijaksanaan.

Pertanyaan sharing:

  1. Pernahkan kalian menjumpai orang-orang yang penuh dengan karunia Roh Kudus? Sharingkan apa yang bisa kalian lihat dan contoh dari orang tersebut?
  2. Sharingkan sanctifying gift manakah di dalam diri kalian yang paling rasakan di hidup kalian sehari-hari?
  3. Sharingkan sanctifying gift manakah di dalam diri kalian yang belum kalian sadari dan ingin kalian gunakan?

Kesimpulan

Kita harus berusaha sungguh-sungguh agar kita jangan sampai mengabaikan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Karya hakiki Roh Kudus adalah menampilkan kembali kehidupan, penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus dalam diri kita masing-masing dan dalam diri kita bersama-sama sebagai Gereja. Apabila kita mengabaikan Roh Kudus, maka kita juga mengabaikan Kristus.

Semoga seluruh akal budi, keinginan, dan perasaan kita dikuasai dengan karunia-karunia Roh Kudus, dan dengan demikian, kita dapat menuju kepada kesempurnaan hidup kristiani, yang dengan bebas menyediakan keseluruhan diri kita untuk mengemban misi yang diberikan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Karena itu, mari kita memohon kepada Tuhan agar memberikan kita kerendahan hati, sehingga kita dapat bertumbuh dalam kasih, dan kita semakin dapat menanggapi inspirasi Roh Kudus yang terjadi dalam kehidupan kita.

Referensi :