Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 4 - Week of 17th Oct 2016

Bersama dalam Kesatuan: Kebangkitan Hidup dalam Roh Kudus (Karunia Hirarki dan Karunia karismatik)


Intro

Pada CG sebelumnya kita telah belajar mengenai sanctifying gift. Minggu ini kita akan membahas karunia Hirarki dan karunia Karismatik. Selain itu kita juga akan belajar untuk memahami hubungan antara karunia Hirarki dan karunia Karismatik, dan memahami bagaimana karunia-karunia Roh Kudus ini justru menjadi pemersatu dalam Gereja Katolik.

Karunia Hirarki

Yesus sendiri mewariskan karunia Hirarki untuk memastikan bahwa keselamatan itu selalu ada. Para murid Yesus dicurahkan Roh Kudus yang lalu diteruskan kepada yang membantu mereka dengan penumpangan tangan. Hirarki Gereja sendiri adalah hasil kerja Roh Kudus. Contoh karunia Hirarki adalah karunia mengajar, menguduskan, memerintah. Karunia ini di anugerahkan melalui ordinasi. Karunia Hirarki dijelaskan dalam Katekismus Gereja Katolik 767-768

[table “” not found /]

Karunia Karismatik

Berbeda dengan sanctifying gift, karunia Karismatik dikaruniakan untuk pelayanan kepada sesama. Karunia ini tidak diberikan untuk membangun diri kita, tetapi untuk membangun sesama. Karunia ini diberikan kepada anggota tubuh Kristus supaya setiap anggota dapat melayani yang lain, lewat karunia yang dimilikinya.

Karunia Karismatik diberikan secara bebas oleh Roh Kudus agar berkat sakramen selalu berbuah dalam kehidupan Kristiani dalam bentuk yang berbeda-beda. Dalam perbedaan ini, karunia ini sangatlah cocok dan berguna untuk kebutuhan Gereja. Umat Tuhan bisa dengan sepenuhnya menjalankan misi evangelisasi, bernubuat, dan mengartikannya dalam cahaya Injil. Karunia Karismatik membolehkan umat beriman untuk bereaksi terhadap hadiah keselamatan dalam kebebasan dan cara yang sesuai dengan jamannya. Karunia Karismatik, bila dipergunakan akan menumbuhkan rasa percaya dan dekat dalam hubungan spiritual.

Q1. Sharing: Apakah ada pengalaman dalam hidup di mana anda mengalami “kekeringan” iman? Apakah yang anda lakukan untuk menghidupkan iman itu kembali?

Karunia Roh Kudus dalam Gereja

Paus Yohanes Paulus II berkata bahwa, dalam evangelisasi baru di jaman ini, untuk bisa mengenali dan menghargai berbagai karunia Roh Kudus dan peran mereka dalam membangkitkan dan menghidupkan iman kita sebagai makhluk Tuhan, adalah sangat penting. Gereja tidak bertumbuh dari usaha untuk mengubah non-Kristiani menjadi Kristiani, tetapi justru dari “daya tarik” Gereja itu sendiri. Dalam hal ini, Roh Kudus berperan besar dalam penyebaran Injil ke seluruh dunia.

Karunia Karismatik menurut Perjanjian Baru

Karunia ini adalah sebuah pemberian yang murah hati, dan dalam perjanjian baru istilah ini hanya digunakan untuk sebuah pemberian yang datangnya dari Tuhan sendiri. Lain halnya dengan berkat dasar seperti berkat penyucian ataupun berkat iman, harapan, dan kasih yang diberikan untuk semua umat Kristiani, karunia ini bukanlah suatu pemberian yang diberikan untuk semua orang. Karunia ini adalah pemberian dari Tuhan yang diberikan jika Tuhan berkenan.

Q2. Sharing: apa yang kalian pikirkan saat membaca ayat berikut ini?

Fasil guide : karunia digunakan untuk saling melengkapi dan untuk kemuliaan Kerajaan Allah
[table “” not found /]

Perbedaan bukanlah menjadi sebuah anomali yang harus dihindari, sebaliknya perbedaan itu penting.

Karunia adalah sebuah manifestasi dari “berbagai bentuk hikmat Tuhan”. Asalnya karunia adalah dari Tuhan dan karunia adalah perwujudan dari Roh Kudus. (1 Kor 12:7)

[table “” not found /]

Gifts given “for the good of all” and the primacy of charity

Santo Paulus mengatakan Roh Kudus diberikan untuk setiap orang demi kebaikan untuk sesama.

Ada karunia yang memiliki kegunaan umum, seperti karunia untuk berkata-kata, kebijaksanaan, pengetahuan, bernubuat, dan untuk memberi semangat ataupun juga karunia untuk berbuat (kekuatan, ministry, memimpin). Karunia pun memiliki fungsi pribadi karena orang yang melayani dengan menggunakan karunia yang telah diberikan ini pun akan menumbuhkan jiwa mereka.

Jika kita tidak memiliki jiwa untuk saling berbagi, karunia yang paling hebat sekalipun tidak akan berguna. Bahkan orang yang memiliki karunia yang luar biasa pun bisa saja jauh dari Tuhan dan tidak selamat. Oleh sebab itu Santo Paulus menegaskan bahwa semua tujuan dari semua karunia adalah untuk dibagikan dan membantu orang lain.

Ada karunia yang sifatnya luar biasa seperti karunia penyembuhan, keajaiban dan bahasa roh, ada pula karunia yang sifatnya biasa seperti karunia untuk mengajar, karunia untuk melayani, karunia untuk bermurah-hati, dan karunia untuk memimpin ministry.

Di dalam teks Injil tidak dikatakan adanya pertentangan di antara karunia yang beragam ini (seperti tertulis dalam 1 Kor 12:28: “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.”), sebaliknya, dikatakan bahwa ada hubungan yang harmonis dan saling melengkapi di antara mereka. Santo Paulus sendiri sadar bahwa ada kemungkinan bahwa penggunaan karunia ini dalam sebuah komunitas bisa menciptakan sebuah persaingan, ketidak-beraturan dan kebingungan. Umat Kristiani yang tidak mendapatkan karunia yang “luar biasa” mungkin merasa rendah diri dan mereka yang mendapatkan karunia yang “luar biasa” bisa saja tergoda untuk menjadi sombong dan arogan.

Para murid Yesus pun menegaskan peraturan untuk menggunakan karunia di dalam komunitas gereja, contohnya: untuk bahasa roh, dikatakan bahwa apabila tidak ada di antara orang-orang yang datang yang bisa mengartikan bahasa roh tersebut, Santo Paulus pun akan meminta orang itu untuk diam. Jika ada yang bisa menerjemahkan pun, Santo Paulus hanya mengijinkan 2 atau 3 orang untuk berbahasa roh. Peraturan yang sama pun digunakan untuk karunia nubuat agar tidak dilakukan tanpa kontrol.

Dalam dokumen gereja “Lumen Gentium”, hubungan antara kedua jenis karunia ini pun sangat jelas. Asalnya adalah sama dan tujuannya pun sama, yaitu untuk pertumbuhan Gereja dan evangelisasi. Roh Kudus juga telah memberikan Gereja sebuah kapasitas untuk menentukan keaslian dari sebuah karunia, menyambut karunia itu dengan suka cita, mempromosikan karunia ini dengan murah hati dan untuk menemani.

Q3. Sebutkan apa saja karunia-karunia Roh Kudus (charismatic gift) dari bacaan Roma 12:4-8 dan 1Korintus 12:7-11?


Karunia melayani, mengajar, menasehati, pemberi (giver), people of compassion (yang menunjukkan kemurahan), berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, menyembuhkan, kuasa untuk mengadakan mujizat, bernubuat, membedakan roh, berkata-kata dengan bahasa roh, menafsirkan bahasa roh.

Q4. Karunia apa yang kamu punya atau yang kalian ingin miliki? Mengapa? [pertanyaan sharing]

Karunia Karismatik menurut Gereja dewasa ini

Decree of the Apostolate of the Laity menegaskan bahwa karunia-karunia ini bukanlah sesuatu yang sifatnya opsional dalam kehidupan gereja. Dengan menerima karunia-karunia ini, umat beriman mempunyai hak dan kewajiban untuk menggunakannya dalam Gereja dan dunia untuk kebaikan umat manusia, serta membangun Gereja. Karunia Roh Kudus ini sangat penting untuk Gereja dan oleh karena itu peran pastor sangat penting dalam mengenali karunia-karunia tersebut.

Paus Fransiskus mengajak dan memanggil kelompok-kelompok karismatik yang ada untuk selalu terbuka, patuh pada pastur paroki dan tetap menjaga persatuan komunitas.

Dasar Teologi

Karunia Roh Kudus sangat erat kaitannya dengan misi Yesus, yang telah disempurnakan dalam Misteri Paskah. Yesus sendiri menghubungkan penyelesaian misi-Nya dengan pengutusan Roh Kudus kepada umat yang percaya. Roh Kudus, sebagai tradisi, disebut sebagai jiwa Gereja yang adalah Tubuh Kristus sendiri. Semua jenis karunia Roh Kudus adalah sebuah hubungan dengan “Sabda yang telah menjadi daging”.

Peranan Roh Kudus dalam Karunia Hirarki dan Karismatik

Sakramen Ekaristi, pengampunan dosa, evangelisasi, pembaptisan, dan sakramen- sakramen lainnya pun tidak akan bisa terjadi tanpa Roh Kudus. Yohanes Paulus II menyatakan, karunia Roh Kudus yang asli menuju kepada pertemuan dengan Yesus dalam sakramen-sakramen. Oleh karena itu, karunia Hirarki dan Karismatik harus bersatu seperti hubungan Yesus dan Roh Kudus. Roh Kudus merangkul para pengikut dengan karunia keselamatan dan membuat mereka merespon panggilan ini dengan bebas dan bertanggung jawab dalam hidup mereka.

Karunia Hirarki dan Karismatik dalam Kehidupan Gereja Katolik

Karunia Hirarki dan karunia Karismatik pun bersatu dalam hubungan yang intim antara Yesus dan Roh Kudus. Perilaku bebas Roh Kudus menjamah orang beriman dengan karunia penyelamatan dan pada saat yang bersamaan menghidupkan mereka, sehingga mereka pun dengan sadar dan bebas, memilih untuk berkomitmen kepada Yesus.

Sakramen Baptis dan Krisma adalah sebuah pintu masuk dan dasar persatuan Gereja Katolik. Dan, Ekaristi adalah sumber dan puncak dari kehidupan Kristiani.

Sakramen-sakramen ini adalah dasar kehidupan Kristiani. Karunia Hirarki dan Karismatik pun bersandar kepada sakramen-sakramen ini. Kehidupan sebuah komunitas Gereja dihidupi dalam perhatian yang terus menerus kepada sabda Tuhan dan juga disegarkan dengan sakramen-sakramen. Hubungan antara karunia Karismatik dan sakramen menegaskan hubungan yang penting antara karunia Hirarki (yang stabil dan tetap) dengan karunia Karismatik yang selalu ada dalam hidup dan misi Gereja Katolik.

Peranan Hirarki Gereja dalam mengenali Karunia Karismatik

Otoritas Gereja (Paus, Uskup dan pastor) mempunyai peran untuk menentukan apakah suatu karunia itu asli dan bagaimana karunia ini bisa digunakan dalam sebuah komunitas Gereja. Proses ini memerlukan waktu yang panjang dan dalam periode yang cukup lama. Kriteria dalam membedakan karunia Karismatik adala sebagai berikut:

  1. The Primacy of the vocation of every Christian to holiness.
    Must always be at the service of holiness in the Church and, therefore, of the increase of charity and an authentic movement towards the perfection of love.
  2. Commitment to spreading the Gospel.
    Must be marked by “conformity to and participation in the Church’s apostolic goals” and show “a missionary zeal which will increase their effectiveness as participants in a re-evangelization”.
  3. Profession of the Catholic Faith.
    Must be a place of education in the faith in its fullness “embracing and proclaiming the truth about Christ, the Church and humanity, in obedience to the Church’s Magisterium.
  4. Witness to a real communion with the whole Church.
    It implies a “loyal readiness to embrace Pope, local bishop doctrinal teachings and pastoral initiatives”, as well as “a readiness to participate in programs and Church activities; a commitment to catechesis and a capacity for teaching and forming Christians”.
  5. Recognition of and esteem for the reciprocal complementarity of other charismatic elements in the Church.
    To be integrated harmoniously into the life of God’s holy and faithful people for the good of all. Something truly new brought about by the Spirit need not overshadow other gifts and spiritualities in making itself felt”.
  6. Acceptance of moments of trial in the discernment of charisms.
    It follows that one criteria of authenticity manifests itself as “humility in bearing with adversities”.
  7. Presence of spiritual fruits
    such as charity, joy, peace and a certain human maturity; the desire “to live the Church’s life more intensely”, a more intense desire of “listening to and meditating on the Word”; “the renewed appreciation for prayer, contemplation, liturgical and sacramental life, the reawakening of vocations to Christian marriage, the ministerial priesthood and the consecrated life”.
  8. The social dimension of evangelization.
    At the very heart of the Gospel is life in community and engagement with others”. “Our faith in Christ, who became poor, and was always close to the poor and the outcast, is the basis of our concern for the integral development of society’s most neglected members”. This cannot be lacking in authentic ecclesial entity.

Q5. Apa yang kamu pikirkan tentang karunia Hirarki dan Karismatik di Gereja Katolik?


Fasil guide: 8 point di atas menunjukan bagaimana seriusnya Gereja Katolik dalam membeda-bedakan karunia dan keaslian karunia. Karena karunia dapat juga manifestasi si jahat (ikuti CG angel and demon juga di CGG berikutnya).

Apa yang harus kita lakukan?

  1. Menghargai grup karismatik dan individu-individu di dalamnya. Menghindari pandangan yang kolot karena berbagai macam karunia adalah kekayaan Gereja yang tak dapat dipisahkan.
  2. Menghargai cara hidup dasar gerejani, hal ini akan memfasilitasi manifestasi karunia-karunia Karismatik ke dalam kehidupan Gereja

Reference :

Letter “Iuvenescit Ecclesia” to the Bishops of the Catholic Church

Regarding the Relationship Between Hierarchical and Charismatic Gifts in the Life and the Mission of the Church (5 May 2016)