Sesi 2 - Week of 2nd September 2018

Understanding the Bible


Intro

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” – Mazmur 119:105

Kitab suci adalah salah satu sumber iman Kristiani. Dengan membaca dan mendalami kitab suci, kita akan semakin mengenal Tuhan dan relasi kita dengan Tuhan akan semakin dekat. Namun, seringkali kita mengalami hambatan dalam mengerti dan memahami kitab suci.

CG kita hari akan membahas tentang kitab suci: apa saja buku-buku yang ada di dalam kitab suci dan bagaimana kita membaca dan memahami kitab suci.

Bahan

Alkitab (kitab suci; the Bible) adalah buku yang paling banyak diterjemahkan dan dibaca sepanjang masa. Hampir semua orang tahu atau pernah mendengar tentang kitab suci. Banyak orang berkata bahwa kitab suci berisi kumpulan cerita-cerita dan ajaran-ajaran moral. Namun, kitab suci jauh lebih besar dari hanya sekedar kumpulan cerita-cerita, aturan-aturan, dan ajaran-ajaran moral.

Kitab suci berbeda dengan buku-buku lain yang pernah ditulis. Buku-buku religious lain mungkin merefleksikan pengalaman seseorang mencari Tuhan, tetapi melalui kitab suci, Tuhan mengambil inisiatif dan berkomunikasi dengan kita. The Bible is inspired by God. Kata “inspiration” sendiri berarti “God breathed”. Tuhan adalah penulis kitab suci. Dia menginspirasi para penulis kitab suci untuk menulis segala sesuatu yang diinginkan-Nya.

Kitab suci adalah “surat cinta” Tuhan kepada manusia. Di dalam kitab suci, Bapa di surga menjangkau kita anak-anak-Nya dengan penuh kasih dan berbicara kepada kita melalui sabda-sabda di dalam kitab suci dengan cara yang amat pribadi dan intim. Lewat kata-kata di dalam kitab suci, kita bertemu dengan Tuhan sendiri. Kitab suci merupakan ekspresi dan wahyu Tuhan.

KGK 109 menulis: “Di dalam Kitab Suci Allah berbicara kepada manusia dengan cara manusia”. Melalui sabda Tuhan di dalam kitab suci, Tuhan ingin membimbing kehidupan kita sehari-hari agar kita dapat mengenal dan mencintai-Nya di dunia, dan bersama-sama dengan-Nya di surga selama-lamanya.

Kitab suci terdiri dari 73 buku, 46 buku perjanjian lama, dan 27 buku perjanjian baru.

Kitab perjanjian lama terdiri dari:

  1. Pentateuch: terdiri dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. Lima buku pertama di dalam kitab suci ini menceritakan kepada kita mulai dari Adam dan Hawa hingga sampainya bangsa Israel di tanah terjanji.

    Pentateuch
  2. Historical books (kitab sejarah): menceritakan kepada kita mulai dari saat bangsa Israel menguasai tanah terjanji hingga pemberontakan Makabe di abad kedua sebelum masehi.

    Historical Books
  3. Wisdom literature (kitab hikmat/kebijaksanaan): terdiri dari mazmur yang digunakan untuk penyembahan, dan buku-buku kebijaksaan tentang kehidupan seperti ayub, sirakh, pengkhotbah, dan amsal.

    Wisdom Literature
  4. The Prophets (kitab para nabi): bagian terakhir perjanjian lama berisi sabda Tuhan melalui para nabi di berbagai era di dalam sejarah bangsa Israel.

    The Prophets

Berbeda dengan kitab suci perjanjian lama Kristen Protestan, kitab perjanjian lama Katolik memiliki tujuh kitab yang tidak ada pada perjanjian lama Kristen Protestan. Tujuh kitab ini dikenal sebagai kitab-kitab Deuterokanonika (isitlah Deuterokanonika ini mulai muncul sejak Kristen Protestan berkembang di abad ke 16). Tujuh kitab tersebut adalah: Tobit, Yudit, Kebijaksanaan, Sirakh, Barukh, Tambahan kitab Ester, Tambahan kitab Daniel, 1 Makabe, dan 2 Makabe. Sejak awal, gereja perdana menggunakan sumber teks kitab berbahasa Yunani (Septuaginta). Santo Hieronimus juga menggunakan sumber Septuaginta dalam menterjemahkan teks kitab suci ke bahasa latin (Vulgata). Kitab-kitab perjanjian baru banyak mengutip referensi-referensi dari tujuh kitab deuterokanonika ini. Dengan berpegang pada tradisi para rasul, magisterium gereja menetapkan ketujuh kitab ini dalam kanon kitab suci lewat Paus Damasus I di tahun 382, dan kemudian di Konsili Hippo tahun 393, serta Konsili Carthage tahun 397.

Saat Kristen Protestan berkembang di abad ke 16, Martin Luther mencoret kitab-kitab Deuterokanonika dari perjanjian lama. Kemungkinan Martin Luther mencoret kitab Deuterokanonika terutama karena tidak setuju dengan isi Kitab 2 Makabe yang mengajarkan untuk berdoa bagi keselamatan jiwa orang-orang yang telah meninggal, sebab Martin Luther berpendapat bahwa keselamatan diperoleh hanya karena iman. Martin Luther juga menganggap beberapa kitab dalam Perjanjian Baru sebagai “kitab deuterokanonika”, seperti halnya surat rasul Yakobus, kitab Wahyu, dan surat Ibrani, karena kitab itu secara implisit mengutip kitab 2 Makabe 7, yaitu Ibr 11:35. Pada akhirnya, mereka menggunakan sumber teks kitab suci perjanjian lama berbahasa Ibrani (Tanakh) dimana sumber ini tidak memikili 7 kitab yang ada di dalam Septuaginta dan Vulgata. Mereka berpendapat bahwa sumber ini lebih asli karena menggunakan bahasa Ibrani yang diterima oleh ahli kitab Yahudi pada jaman gereja perdana. Namun, kita tahu bahwa ahli kitab Yahudi pada jaman tersebut menolak Yesus, keberadaan Injil dan perjanjian baru. Bagaimana mungkin kita dapat mempercayai bahwa sumber ini merupakan sumber yang diinspirasikan oleh Roh Kudus?

Kitab perjanjian baru terdiri dari:

  1. Gospels (Injil): menceritakan tentang kehidupan Yesus.

    Gospels
  2. Acts of the Apostles (kisah para rasul): sering disebut juga Gospel of the Holy Spirit. Buku ini menceritakan tentang apa yang dilakukan oleh para rasul setelah Yesus naik ke surga.

    Act of the Apostles
  3. Pauline Epistles (surat Paulus): berisi surat-surat yang ditulis oleh Santo Paulus.

    Pauline Epistles
  4. Catholic Epistles (surat apostolik): berisi surat-surat yang ditulis oleh para rasul lainnya.

    Catholic Epistles
  5. Book of Revelation (wahyu): buku terakhir yang menyingkapkan tentang  Tuhan serta penghakiman terakhir di akhir jaman.

    Book of Revelation

Kitab suci dari perjanjian lama sampai perjanjian baru menceritakan tentang kisah keselamatan Allah yang puncaknya terpenuhi di dalam Kristus. Kitab perjanjian lama adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kitab suci. Kita perlu memahami perjanjian lama sebelum kita dapat memahami perjanjian baru.

Bagaimana kita membaca dan memahami kitab suci?

Secara umum, ada dua pendekatan penghayatan sabda Tuhan di dalam kitab suci. Yang pertama adalah pendekatan pengetahuan akan tradisi suci. Yang kedua adalah penghayatan sabda dalam relasi pribadi dengan Tuhan (Lectio Divina: berdoa dengan menggunakan kitab suci).

Katekismus Gereja Katolik (KGK) 109-114 mengingatkan kita untuk menafsirkan kitab suci sesuai dengan Roh Kudus yang mengilhaminya. KGK 109-110 menunjukkan bahwa dalam memahami kitab suci, kita harus menelusuri makna yang hendak dikatakan oleh penulis-penulis kitab suci.

109 Di dalam Kitab Suci Allah berbicara kepada manusia dengan cara manusia. Penafsir Kitab Suci harus menyelidiki dengan teliti, agar melihat, apa yang sebenarnya hendak dinyatakan para penulis suci, dan apa yang ingin diwahyukan Allah melalui kata-kata mereka.

110 Untuk melacak maksud para penulis suci, hendaknya diperhatikan situasi zaman dan kebudayaan mereka, jenis sastra yang biasa pada waktu itu, serta cara berpikir, berbicara, dan berceritera yang umumnya digunakan pada zaman teks tertentu ditulis. “Sebab dengan cara yang berbeda-beda kebenaran dikemukakan dan diungkapkan dalam nas-nas yang dengan aneka cara bersifat historis, atau profetis, atau poetis, atau dengan jenis sastra lainnya” (DV 12,2).

Jadi, di dalam memahami kitab suci, kita harus berusaha memahami apa yang sebenarnya yang ingin dikatakan oleh para penulis kitab suci. Pemahaman ini memerlukan juga pemahaman tentang situasi, cara pikir, cara berbicara, budaya, serta gaya bahasa dan genre yang digunakan oleh para penulis. Misalnya:

  • “Your eyes are doves” di dalam kitab kidung agung tidak diartikan secara literal. Karena penulisnya tidak bermaksud untuk mengatakan hal tersebut secara literal.
  • Warna / pakaian ungu pada jaman tersebut melambangkan royalty, majesty, orang kaya yang memiliki derajat tinggi. (Bayangkan seperti orang kaya yang memiliki beberapa condo di orchard pada jaman sekarang)

KGK 111-114 memberikan pedoman pemahaman kitab suci berdasarkan Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II memberikan tiga kriteria:

1) Memperhatikan isi dan kesatuan seluruh kitab suci. Kitab suci adalah satu kesatuan rencana keselamatan Allah yang berpusat pada Yesus Kristus. Mengartikan satu ayat atau paragraf tanpa memperhatikan kaitannya dengan konteks dan ayat yang lain sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal.

2) Membaca kitab suci dalam terang tradisi hidup seluruh Gereja. Banyak orang-orang di jaman sekarang yang memberikan interpretasi kitab suci tanpa mengindahkan interpretasi yang berakar pada tradisi Gereja. KGK 113 menulis, “Kitab Suci lebih dahulu ditulis di dalam hati Gereja daripada di atas pergamen (kertas dari kulit).”

3) Memperhatikan “analogi iman”. Wahyu Allah berisi kebenaran-kebenaran yang konsisten dan tidak bertentangan satu sama lain. Tidak hanya bertentangan antar kitab-kitab di dalam kitab suci, namun juga tidak bertentangan dengan ajaran Gereja. Gereja Katolik percaya bahwa Roh Kudus yang meng-inspirasikan Kitab Suci adalah Roh Kudus yang sama, yang membimbing dan menjaga wewenang mengajar Gereja (Magisterium), yang juga bekerja dalam Tradisi Suci Gereja. Maka tidak mungkin ajaran Gereja Katolik bertentangan dengan Kitab Suci, karena Roh Kudus tidak mungkin bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Juga, karena Gereja menjaga kemurnian ajaran dalam Kitab Suci, maka untuk meng-interpretasikan Kitab Suci, kita harus melihat kaitannya dengan ajaran/ doktrin Gereja.

111 Oleh karena Kitab Suci diilhami, maka masih ada satu prinsip lain yang tidak kurang pentingnya guna penafsiran yang tepat karena tanpa itu Kitab Suci akan tinggal huruf mati saja: “Akan tetapi Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus dan harus dibaca dan ditafsirkan dalam Roh itu juga” (DV 12,3).

Untuk penafsiran Kitab Suci sesuai dengan Roh, yang telah mengilhaminya, Konsili Vatikan II memberikan tiga kriteria:

112 1. Memperhatikan dengan saksama “isi dan kesatuan seluruh Kitab Suci “. Sebab bagaimanapun bedanya kitab-kitab itu, yang membentuk Kitab Suci, namun Kitab Suci adalah satu kesatuan atas dasar kesatuan rencana Allah yang pusat dan hatinya adalah Yesus Kristus. Sejak Paskah hati itu sudah dibuka:

“Ungkapan ‘hati Kristus’ harus diartikan menurut Kitab Suci yang memperkenalkan hati Kristus. Hati ini tertutup sebelum kesengsaraan, karena Kitab Suci masih gelap. Tetapi sesudah sengsara-Nya Kitab Suci terbuka, agar mereka yang sekarang memahaminya, dapat mempertimbangkan dan membeda-bedakan, bagaimana nubuat-nubuat harus ditafsirkan”

113 2. Membaca Kitab Suci “dalam terang tradisi hidup seluruh Gereja”. Menurut satu semboyan para bapa “Kitab Suci lebih dahulu ditulis di dalam hati Gereja daripada di atas pergamen [kertas dari kulit]”. Gereja menyimpan dalam tradisinya kenangan yang hidup akan Sabda Allah, dan Roh Kudus memberi kepadanya penafsiran rohani mengenai Kitab Suci… “menurut arti rohani yang dikaruniakan Roh kepada Gereja”.

114 3. Memperhatikan “analogi iman”. Dengan “analogi iman” dimaksudkan hubungan kebenaran-kebenaran iman satu sama lain dan dalam rencana keseluruhan wahyu.

Keterbatasan bahasa juga seringkali menjadi hambatan dalam memahami kitab suci. Misalnya:

  • Tidak ada kata saudara sepupu (cousin) dalam bahasa Ibrani. Bahasa Ibrani hanya memiliki 1000 kata dasar. Secara budaya di jaman tersebut, tidak ada istilah saudara sepupu karena semua saudara beserta dengan anak-anaknya tinggal di dalam satu rumah.
  • kata eros, philia, agape yang semuanya diterjemahkan sebagai love.

Karena itu kita harus selalu berusaha memperdalam pengetahuan kita tentang kitab suci lewat bible study, lewat pendalaman iman, maupun berdoa dengan menggunakan kitab suci.

Santo Paulus mengajarkan: “All scripture is inspired by God and profitable for teaching, for reproof, for correction, and for training in righteousness, that the man of God may be complete, equipped for every good work.”  — 2 Timothy 3: 16-17

Karena inilah di dalam Gereja katolik, kita selalu dikelingi oleh sabda Tuhan, mulai di dalam doa-doa di misa, lagu-lagu misa, sakramen-sakramen, maupun dekorasi gereja. Namun pada akhirnya, Tuhan sendiri ingin menulis sabda-Nya ke dalam hati kita. Dia tidak ingin sabda-Nya hanya tinggal di dalam rak-rak buku saja, tetapi hidup dalam diri kita. Dia ingin berbicara kepada kita secara pribadi lewat kitab suci. Maukah kita meluangkan waktu kita untuk semakin mengenal Tuhan lewat sabda-sabda-Nya di dalam kitab suci?

Pertanyaan Sharing

  1. Sharingkan salah satu cerita kitab suci yang membuatmu terkesan.
  2. Sharingkan salah satu sabda Tuhan / ayat kitab suci yang berkesan buatmu. Apakah kamu memiliki ayat favorit yang menjadi pegangan hidupmu? Sharingkan.
  3. Sharingkan hambatan-hambatan yang kamu alami dalam mengerti dan memahami kitab suci? Dan apa yang sudah kamu lakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut?
  4. Buatlah komitmen untuk membaca bacaan kitab suci sebelum mengikuti misa. Checkin ke CG leader masing-masing.

“Ignorance of Scripture is ignorance of Christ.” — St. Jerome

Referensi

  • Ydisciple – Creed, Session 3: The Bible, formed.org.
  • Interpreting & Understanding the Bible, Ambrose Vaz’s talk series at St Bernadette.
  • Katolisitas: Bagaimana menginterpretasikan Kitab Suci menurut pengajaran Gereja Katolik?

http://www.katolisitas.org/bagaimana-menginterpretasikan-kitab-suci-menurut-pengajaran-gereja-katolik/

  • Katolisitas: Tentang kitab-kitab Deuterokanonika.

http://www.katolisitas.org/tentang-kitab-kitab-deuterokanonika/

  • Katolisitas: Apakah deuterokanonika tidak termasuk dalam Alkitab.

http://www.katolisitas.org/apakah-deuterokanonika-tidak-termasuk-dalam-alkitab/