2015 Sesi 56 - Week of 25th May 2015

Station of the Cross Part 2


Intro

Apakah jalan salib dan apa yang bisa kita pelajari dari jalan salib?

Jalan Salib, juga dikenal sebagai “Via Dolorosa”, adalah narasi dari “final hour” kehidupan Yesus Kristus di dunia yang terus memberikan keyakinan spiritual untuk setiap orang mengaplikasikan dalam kehidupan. Jalan Salib berfungsi sebagai pengingat kerendahan hati Yesus yang bersedia mengesampingkan ketuhanan-Nya untuk memberikan jalan keselamatan melalui pengorbanan-Nya. Jalan salib yang akan kita bahas hari ini berdasarkan “scriptural station of the cross” (Lihat bahan 2 minggu lalu untuk definisinya).

Discussion

Penjelasan kitab suci dari 14 jalan salib dan aplikasinya dalam kehidupan kita

  • Penghentian yang pertama: Yesus di Bukit Zaitun (Lukas 22:39-46)

    Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. Kata-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”

    Yesus berdoa di bukit Zaitun kepada Bapa Nya untuk mengambil cawan yang artinya wafat Yesus di kayu salib; yang menunjukkan kemanusiaan Yesus (Lukas 22:39-46). Tidaklah susah untuk membayangkan betapa besar penderitaan yang akan Yesus hadapi. Ada waktu di kehidupan kita dimana kita harus memilih antara kehendak Tuhan dan kehendak kita dan itu adalah pilihan, seperti Yesus menunjukkan komitmen dan ketaatanNya kepada Tuhan, dan juga kemurnian hatiNya. Walaupun Yesus sadar jalan yang akan dihadapiNya ketika Yesus berdoa di bukit Zaitun; doa

    Yesus supaya kehendak BapaNya terjadi apapun yang akan Yesus hadapi ke depannya bahkan dengan dipaku di kayu. Yesus mengajarkan kita pentingnya taat kepada Tuhan dan pentingnya percaya kepada Tuhan apa pun situasi kita.

    Pertanyaan 1:

    Sharingkan di saat kamu harus memilih antara kehendak kamu atau kehendak Tuhan?

  • Perhentian yang Ke-2: Yesus dikhianati oleh Yudas dan ditangkap (Lukas 22:47-48)

    Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Maka kata Yesus kepadanya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?”

    Yudas tidak hanya tokoh yang paling dibenci dalam sejarah ketika dia mengkhianati Yesus, dia juga menjadi tokoh yang paling diingat ketika kita jatuh kedalam godaan dosa. Bagi orang Kristiani jatuh ke dalam dosa itu seperti mengkhianati Yesus yang telah memberikan hidupNya. Betapa besar pengkhianatan itu ketika kita melakukan dosa dengan kesadaran penuh yang akan menjauhkan kita dari Tuhan. Walaupun Yudas tinggal dan hidup bersama Yesus tetapi karena hatinya tidak benar-benar berubah dengan kekuatan roh kudus, maka akhirnya dia jatuh ke dalam godaan setan. Sebagai orang percaya, kita diajarkan untuk “memeriksa diri kita” untuk melihat apakah kita benar-benar di dalam iman kita.

    2 Korintus 13:5

    Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.

  • Perhentian yang ke-3: Yesus dibawa ke mahkamah agung. (Lukas 22:66-71)

    Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, katanya: “Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.” Jawab Yesus: “Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” Kata mereka semua: “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.” Lalu kata mereka: “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri.”

    Mahkamah agung terdiri dari tujuh puluh imam dan ahli-ahli taurat, meminta supaya Pilatus mengesksekusi Yesus. Kejadian ini peringatan bagi semua orang Kristiani untuk tidak mengagungkan diri sendiri dengan membenarkan diri dan menghakimi orang lain. Pengetahuan kitab suci dan posisi tinggi dalam gereja tidak menjamin kesempurnaan dan kesucian seseorang. Kesombongan bisa menyebabkan kejatuhan seseorang. Kitab suci mengajarkan untuk menghormati otoritas, tetapi hanya kehendak Tuhan dan perkataan Tuhan yang seharusnya berkuasa dalam hidup kita. Kita diberkati dengan pembaptisan, roh kudus menguatkan, mengajar, dan membimbing dalam setiap situasi, mengizinkan kita untuk membuat keputusan menurut kehendak Tuhan, pada dasarnya meniadakan kebutuhan sendiri.

  • Perhentian yang ke-4: Petrus menyangkal Yesus (Lukas 22:54-62)

    Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh. Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka. Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: “Juga orang ini bersama-sama dengan Dia.” Tetapi Petrus menyangkal, katanya: “Bukan, aku tidak kenal Dia!” Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: “Engkau juga seorang dari mereka!” Tetapi Petrus berkata: “Bukan, aku tidak!” Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: “Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.” Tetapi Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.” Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

    Ketika Yesus ditangkap, sejumlah dari mereka yang hadir pada saat itu mendakwa Petrus menjadi salah satu pengikut Yesus (Lukas 22: 54-62). Seperti sebelumnya diprediksi oleh Yesus, Petrus menyangkal Yesus tiga kali. Petrus adalah murid yang dikasihi dan dipercaya Yesus yang menyaksikan banyak mukjizat, bahkan ketika Petrus berjalan di atas air dengan Yesus (Matius 14: 29-31). Meski begitu, Petrus menunjukkan kelemahan manusia dengan menyangkal Yesus karena takut ditangkap. Orang kristiani di seluruh dunia masih menghadapi penganiayaan dan penghinaan dalam masyarakat, dari pelecehan, pemukulan dan kematian. Berapa banyak orang Kristiani yang tetap diam ketika menghadapi diskriminasi. Sikap diam itu menunjukkan kerapuhan manusia. Iman Petrus adalah iman yang tidak sempurna, terutama karena ia tidak didiami oleh Roh Kudus pada waktu itu. Setelah kedatangan Roh pada hari Pentakosta untuk tinggal di dalam hati orang percaya (Kis 2), Petrus bagaikan ‘singa’ gagah berani dalam iman, ia tidak pernah takut untuk mewartakan Tuhan-Nya.

  • Perhentian yang ke-5: Yesus diadili oleh Pontius Pilatus (Lukas 23:13-25)

    Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, dan berkata kepada mereka: “Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” (Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.) Tetapi mereka berteriak bersama-sama: “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!” Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.

    Secara hukum, tidak mungkin Yesus diadili di pengadilan, terutama karena tidak ada bukti nyata melawan dia. Ponsius Pilatus tidak dapat menemukan kesalahan apa pun yang diperbuat Yesus dan ingin melepaskan Nya. Tetapi para mahkamah agung menuntut agar Pilatus mengeksekusi Yesus. Mahkamah agung yang memerintah menurut hukum Musa yang ketat dan tradisi, menganggap Yesus sebagai ancaman besar bagi kekuasaan otoritas mereka terhadap orang Yahudi. Yesus mengajar bahwa keselamatan adalah oleh kasih karunia Allah dan bukan dengan kepatuhan terhadap banyak ajaran yang ditetapkan oleh imam-imam kepala. Pengajaran itu tidak hanya merusak otoritas pemimpin agama, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kehidupan yang mereka nikmati sebagai hasil dari kontrol mereka atas orang-orang Yahudi.

  • Perhentian yang ke-6: Yesus di hadapan Mahkamah Agama (Lukas 22:63-65)

    Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: “Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?” Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya.

    Yesaya menubuatkan bahwa Yesus akan tertikam oleh karena pemberontakan kita (Yesaya 53: 3-6) dan memar untuk ketidakadilan dan bahwa dengan bilur-bilurnya kita disembuhkan. Penyembuhan yang dimaksud adalah penyembuhan spiritual, atau penyembuhan dari dosa. Pengampunan dosa, sering direpresentasikan sebagai tindakan penyembuhan.

  • Perhentian yang ke-7: Yesus memanggul salib. (Yohanes 19:17)

    Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.

    Ketika Yesus mengangkat salib-Nya, Dia mengangkat lebih berat dari kayu. Tanpa kita ketahui, Yesus membawa dosa manusia, menghadapi hukuman dosa-dosa layak, yang Ia derita demi manusia. Yesus menasihati kita dalam Matius 16:24, “Jika ada orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Dia juga mengungkapkan bahwa ini bukan pilihan: “… dan siapa saja yang tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku (Matius 10:38).

    Mengambil jalan salib yang merupakan simbol kematian, berarti mati terhadap keinginan diri sendiri untuk hidup menjadi manusia baru (2 Korintus 5:17) dalam pelayanan dan ketaatan kepada Kristus . Ini berarti menyerahkan kehendak, kasih sayang, ambisi, dan keinginan kita kepada Allah. Kita tidak mencari kebahagiaan kita sendiri sebagai hal yang terutama, tetapi bersedia untuk meninggalkan semua dan menyerahkan nyawa kita juga, jika diperlukan.

  • Perhentian yang ke-8: Simon dari Kirene membantu mengangkat salib Yesus (Lukas 23:26)

    Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.

    Simon dari Kirene dianggap sebagai korban dari keadaan. Ia kemungkinan besar datang ke Yerusalem untuk perayaan Paskah dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada saat itu. Kita hanya tahu sedikit tentang Simon dari Kirene karena ia tidak disebutkan dalam Alkitab setelah ia membantu membawa salib di mana Yesus akan dipaku (Lukas 23:26). Simon tidak menolak ketika diperintahkan untuk membantu Yesus oleh tentara Romawi, kemungkinan besar karena dia takut. Tidak seperti Yesus, yang memikul salib-Nya dengan rela, Simon dari Kirene terpaksa.

    Sebagai pengikut Kristus, kita bergabung dengan Yesus dalam penderitaan-Nya dengan rela, seperti Paulus mendesak kita, “Jadi jangan malu untuk bersaksi tentang Tuhan kita, atau malu sebagai tawanannya. Tapi bergabung dengan saya dalam penderitaan untuk Injil, oleh kuasa Allah” (1 Timotius 1: 8).

    Pertanyaan 2

    Apakah kita pernah mengalami keterpaksaan dalam melayani Tuhan? Sharingkan pengalaman kamu.

  • Perhentian ke-9: Yesus bertemu dengan wanita-wanita dari Yerusalem (Lukas 23:27-31)

    Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.

    Ketika Yesus bertemu dengan wanita yang menangis dan beberapa murid-Nya dalam jalanNya untuk disalibkan, Ia mengingatkan mereka bahwa mereka jangan menangisi-Nya, tetapi seharusnya mereka prihatin untuk diri mereka sendiri dan kehidupan anak-anak mereka (Lukas 23: 27-31). Bahkan saat menderita kesakitan dan penghinaan, perhatian Yesus bukan untuk diri-Nya sendiri, tetapi bagi hidup dan jiwa-jiwa yang menghadapi bahaya hukuman kekal akibat dosa mereka. Kita seharusnya fokus kepada pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan daripada hal-hal duniawi. Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yohanes 18:36), dan sebagai warga negara surga, fokus dan perhatian kita harusnya kesana.

  • Perhentian ke-10: Yesus disalibkan (Lukas 23:33-38)

    Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi”.

    2000 tahun sesudah Yesus wafat, kita pun masih sulit untuk membayangkan bagaimana murid-murid Yesus tidak berdaya melihat Yesus dipaku tangan dan kaki-Nya di kayu salib dan wafat (Lukas 23:44-46). Orang yang dicintainya dan murid-murid Yesus belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi pada saat itu. Mereka belum mampu memahami bahwa semua ini adalah rancangan keselamatan bagi semua orang yang percaya pada Kristus. Bagi kita, “bagaimana kita melarikan diri dengan mengabaikan keselamatan besar ini?” (Ibrani 2: 3).

  • Perhentian yang ke-11: Yesus mempercayakan kerajaan Surga kepada penjahat yang percaya (Lukas 23:43)

    Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

    Ada kemungkinan bahwa penjahat yang disalibkan di samping Yesus mampu memahami konsep bahwa kehidupan tidak berakhir bagi Yesus, tetapI kematianNya justru mengantarkan kepada kehidupan kekal dimana Dia datang untuk memberikan itu kepada manusia.

  • Perhentian yang ke-12: Yesus di kayu salib berbicara kepada Ibu dan murid yang di kasihiNya (Yohanes 19:26-27)

    Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

    Seluruh hidupnya, termasuk kematian-Nya, mengajarkan bahwa kita harus menempatkan kebutuhan orang lain dahulu, menyerahkan segalanya kepada kehendak Allah yang sempurna. Kesediaan untuk mematuhi Firman-Nya dan menunjukkan kerelaan berkorban untuk orang lain yang dalam kesulitan, adalah karakteristik orang beriman yang sejati.

  • Perhentian yang ke-13: Yesus wafat di kayu salib (Lukas 23:44-46)

    Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.

    Pada saat Yesus wafat, tirai bait Allah, yang merupakan simbol pemisah antara manusia dengan Allah, terbelah dari atas ke bawah. Ini menakutkan semua orang Yahudi yang menyaksikan acara itu, yang tidak menyadari bahwa hal itu menandakan akhir Perjanjian Lama dan awal Perjanjian baru. Manusia tidak lagi harus menderita terpisah dari Allah karena dosa, tetapi kita mampu mendekati takhta kasih karunia dalam doa dengan pengampunan dosa.

  • Perhentian yang ke-14: Yesus dikuburkan (Lukas 23:50-54)

    Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai.

    Pengorbanan besar Yesus tidak hanya bagi dosa-dosa manusia, tetapi juga menjadi kemenangan yang akan mengalahkan dan mengatasi kematian, yang akan sebaliknya tak terhindarkan dari manusia yang lahir di bawah kutukan dosa. Dosa membawa hukuman yang tak terhindarkan sendiri, dan hukuman nya adalah kematian. Pencipta kita adil dan menuntut agar hukuman dosa harus dibayar. Karena Allah mengasihi dan penyayang serta adil, Ia mengutus AnakNya yang tunggal untuk membayar hukuman dosa-dosa kita (Yohanes 3:16).

    Kasih dan kemurahan Tuhan yang luas tak terbatas ditunjukkan dengan kata-kata Yesus diatas salib yang meminta Tuhan untuk mengampuni orang-orang yang menyalibkanNya dalam ketidak pedulian mereka (Lukas 23:34). Sangatlah mudah untuk menduga ketidak inginan seseorang untuk sepenuhnya taat kepada Firman Tuhan adalah karena kurangnya pengetahuan dan kebijaksanaan. Ironinya kesalahan yang sama dapat terulang oleh ketidakpedulian manusia saat ini. Orang berdosa yang menolak untuk menerima kasih karunia keselamatan melalui pengorbanan Yesus berasal dari hasil ketidak pedulian dan dosa, yang memisahkan manusia dari hikmat Allah.

    Pertanyaan 3:

    Mari kita refleksikan beberapa perhentian di atas selama 2-3 menit dan sharingkan

    Pertanyaan 4:

    Dari ke-14 perhentian ini, yang manakah yang paling berkesan untuk kamu.Sharingkan.

Closing Prayer

My Jesus, I have traveled Your Way of the cross. It seems so real and I feel so ashamed. I complain of my sufferings and find obedience to the Father’s Will difficult. My Mind bogged down by the poverty, sickness, starvation, greed and hatred in the world. There are many innocent people who suffer so unjustly. There are those born with physical and mental defects. Do we understand that You continue to carry Your cross in the minds and bodies of each human being? Help me to see the Father’s Will in every incident of my daily life. This is what You did – you saw the Father’s Will in Your persecutors, Your enemies and your pain. You saw a beauty in the Cross and embraced it as a desired treasure. My worldly mind is dulled by injustice and suffering and I lose sight of the glory that is to come. Help me to trust the Father and to realize that there is something great behind the most insignificant suffering. There is Someone lifting my cross to fit my shoulders there is Divine Wisdom in all the petty annoyances that irk my soul every day. Teach me the lessons contained in my Cross, the wisdom of its necessity, the beauty of its variety and the fortitude that accompanies even the smallest cross. Mary, My Mother, obtain for me the grace to be Jesus to my neighbor and to see my neighbor in Jesus.

Amen.

Source:

  • http://www.gotquestions.org/stations-of-the-cross.html#ixzz3YytuHNlz
  • http://www.imankatolik.or.id/f.php?f=index1.html