2015 Sesi 57 - Week of 1st June 2015

Menyangkal diri Memikul salib dan Mengikuti Yesus


Intro

Dua minggu yang lalu kita telah mengenal Jalan Salib, mulai dari latar belakang, isi doa dan penjelasannya. Menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah cukup mengenal Doa Jalan Salib dan mendoakannya setahun sekali di gereja bersama sama? Bagaimana caranya kita sendiri juga bisa memikul salib kita masing masing dengan sukacita seperti yang Tuhan perintahkan dan supaya tetap terus bisa mengikuti Dia? Dalam pembahasan kali ini, kita akan belajar lebih lagi tentang menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus, agar kelak kita boleh mengambil bagian dalam kebahagiaan kekal bersama Yesus di surga.

Pertanyaan:

Apakah pendapatmu / pengertianmu saat ini tentang menjadi seorang Katolik, secara lebih khusus tentang mengikuti Yesus, apakah hal itu kamu rasa mudah atau tidak?

Main Discussion

Sebelum kita membahas tentang “menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus” marilah kita membaca Injil Markus Bab 8: 31 38:

[table “” not found /]

Pertanyaan:

Dari bacaan di atas, ayat mana yang menarik / menyentuhmu. Mengapa?

  1. Penderitaan menghantar kepada keselamatan (ay.31-33)
    Yesus memberitahu murid- murid-Nya tentang penderitaan dan wafat-Nya yang akan dialaminya. Saat itu murid-murid tidak memahaminya bahwa Yesus akan mendapat perlakuan sedemikian oleh tua-tua, imam kepala dan para ahli Taurat. Rasul Petrus menyuarakan protesnya, namun perkataannya ini malah dikecam oleh Yesus, sebab Ia ingin menegaskan bahwa misi-Nya bersifat spiritual/ rohani, dan bukan duniawi menurut pemikiran manusia. Misi Kristus adalah misi Allah, yaitu bahwa Yesus harus menyelamatkan manusia melalui penderitaan dan kematian. Demikianlah, bagi kita juga, penderitaan jika dipersatukan dengan Kristus dapat menjadi sarana yang menghantar kita kepada keselamatan.
  2. Menyangkal diri, Memikul salib and mengikuti Yesus untuk mencapai kehidupan kekal (ay.34)
    Kalau kita melihat konteks dari ayat ini, maka kita dapat melihat bahwa Yesus mengatakan perkataan tersebut setelah Dia menegur Petrus. Kalau sebelumnya Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Sang Mesias, Anak Allah yang hidup (lih. Mt 16:16-19), namun di ayat selanjutnya, rasul Petrus justru mencoba menghalangi Yesus untuk menerima rencana Allah, yaitu untuk menerima siksaan, dibunuh dan kemudian bangkit pada hari ke-tiga (lih. ay. 21-22). Di ayat 23 dikatakan bahwa Yesus menegur rasul Petrus dengan keras, karena Petrus menempatkan pemikiran sendiri di atas apa yang dipikirkan oleh Allah.

    1. Penyangkalan diri berarti mengikuti Kristus
      Dalam konteks inilah, setelah Yesus menegur Petrus, Dia kemudian mengatakan bahwa setiap orang yang mau mengikuti Yesus, harus melakukan apa yang dilakukan oleh Yesus, yaitu melaksanakan kehendak Bapa. Ini berarti seseorang harus melakukan doa seperti yang Yesus doakan dalam taman Getsemani “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Mt 26:39,42,44). Ini juga berarti seseorang juga harus memikul salib, seperti yang Yesus lakukan. Namun, menerima penderitaan ini harus dilandasi oleh kasih kepada Allah (lih. 1Kor 13:3) dan kebenaran akan Kristus (lih. Mt 5:10-11).
    2. Penyangkalan diri berarti menempatkan kebenaran di atas segalanya
      Jadi, menyangkal diri adalah menempatkan kebenaran dan kehendak Allah lebih tinggi daripada keinginan pribadi. Ini adalah suatu tindakan yang tidak mudah, karena kita sering melakukan apa-apa yang kita anggap gampang dan menguntungkan kita, tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Berapa banyak dalam kehidupan sehari-hari, kita bertanya terlebih dahulu kepada Allah sebelum mengambil keputusan-keputusan? Penyangkalan diri melibatkan pertobatan yang terus-menerus, karena penyangkalan diri melibatkan kerendahan hati yang menjadi dasar dari pertobatan dan spiritualitas Katolik. Penyangkalan diri adalah menempatkan dogma dan doktrin yang ditetapkan oleh Gereja Katolik lebih tinggi daripada interpretasi pribadi. Kalau Gereja Katolik mengajarkan bahwa pemakaian kontrasepsi (termasuk kondom) adalah berdosa, maka dengan kerendahan hati kita mengikuti pengajaran ini, walaupun ini sulit.
    3. Dasar dari penyangkalan diri
      Penyangkalan diri yang terus-menerus yang didasari oleh kebenaran dan kasih kepada Allah, akan semakin membuat diri kita menjadi semakin mirip dengan Kristus. Dan penyangkalan diri ini akan membawa kita kepada kebebasan, karena kebenaran adalah membebaskan (lih. Yoh 8:32). Dan dengan kebebasan yang benar ini, maka kita akan semakin mengikuti perintah Allah dengan lebih mudah dan lebih siap, karena mengikuti perintah Allah telah menjadi karakter atau menjadi bagian dan kebiasaan dari jiwa kita. Akhirnya, seseorang yang menyangkal dirinya, bersama dengan pemazmur, akan menyanyikan “Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.” (Mzm 119:35)

    Dengan menunjuk kepada diri-Nya sendiri, yaitu bahwa pelaksanaan misi-Nya membawa-Nya kepada salib, Yesus mengajarkan bahwa kita para pengikut-Nya juga harus melalui jalan yang sama. Hidup sebagai seorang Kristen, dengan segala tuntutannya, merupakan sebuah salib yang harus dipikul, untuk mengikuti Kristus.

    Kristus tidak mengajarkan jalan pintas berupa euforia sesaat, atau dedikasi yang hanya sesekali atau setengah- setengah, tetapi Ia menghendaki komitmen total seumur hidup -yang melibatkan penyangkalan diri- dengan ketaatan dan kesetiaan terhadap kehendak Allah, sebagaimana dicontohkan-Nya. Sebab tujuan yang ditentukan-Nya bagi manusia adalah kehidupan kekal. Maka kehidupan di dunia yang sementara ini harus dinilai dalam terang kehidupan kekal tersebut. Apa yang kita lakukan di dunia ini harusnya membantu mengarahkan kita kepada kehidupan kekal, dan bukan sebaliknya.

    “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20)

    Pertanyaan:
    Sharingkan pengalamanmu tentang penyangkalan diri. (misal: Apakah pengertianmu tentang penyangkalan diri selama ini sudah benar? Apakah kamu pernah merasa berat dalam penyangkalan diri? Pernahkan kamu merasa kamu mengambil jalan sendiri ketimbang mengikuti jalanNya? Ceritakan kesulitan2 atau tantangan yang kamu hadapi dalam penyangkalan diri? dsb)

  3. Kehilangan kehidupan duniawi (ay.35)
    “Nyawa” dalam terjemahan Vulgate adalah kata yang berarti ‘jiwa’. Di ayat ini jiwa/nyawa artinya sama dengan hidup. Kata ‘hidup’ dapat mengacu kepada hidup di dunia dan hidup kekal. Di sini Yesus mengajarkan bahwa walaupun kematian dapat mengakhiri hidup di dunia, namun Ia dapat mengubah kematian menjadi kehidupan kekal.
    Dengan demikian, maksud-Nya adalah: barangsiapa yang mengutamakan hidup duniawi, ia akan kehilangan hidup surgawi, namun barangsiapa kehilangan hidup duniawi demi Tuhan Yesus dan Injil, ia akan memperoleh hidup surgawi. Apakah artinya ‘mengutamakan hidup duniawi’? Artinya: membiarkan hidup dipimpin oleh keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (lih. 1 Yoh 2:16). Maka kehilangan hidup duniawi artinya adalah penyangkalan diri terhadap ketiga kecenderungan ini; dan hidup seperti ini adalah hidup memikul salib, sambil selalu memikirkan hal- hal surgawi daripada yang duniawi (lih. Kol 3:1-2)
  4. Teladan Kristus (ay.36-37)
    Yesus menjanjikan kehidupan kekal kepada mereka yang dengan rela hati mau melepaskan kehidupan duniawi. Ia sendiri memberikan teladan, dengan menyerahkan nyawa-Nya, sebagaimana Gembala yang baik berkorban demi menyelamatkan domba-dombanya. “Tak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabat-Nya” (Yoh 15:13).
  5. Jangan malu mengakui Kristus (ay.38)
    Setiap manusia akhirnya akan diadili oleh Kristus. Ia adalah Hakim yang akan mengadili semua orang yang hidup dan yang mati (Mat 16:27). Keputusan akhir ini akan tergantung dari sejauh mana seseorang mengasihi Tuhan dan sesama demi kasihnya kepada Tuhan. Pada hari penghakiman itu, Kristus akan mengenali siapa yang setia dan siapa yang tidak setia, yaitu mereka yang malu untuk mengikuti teladan Kristus karena takut akan arus dunia, mereka yang gagal untuk hidup sesuai dengan imannya. Kita umat Kristen tidak boleh malu mengakui Injil (Rom 1:16), dan kita tidak boleh terbawa oleh arus dunia. Kita malah harus memberi pengaruh yang baik untuk mengubah dunia, tentu dengan bantuan rahmat Tuhan.Pertanyaan:
    Apakah selama ini kamu sudah merasa bangga dan tidak malu untuk mengakui dan mengikuti Yesus Kristus di dalam kehidupan kamu? Jika masih, sharingkan pengalamanmu, kendala kendala yang kamu hadapi, dan bagaimana pengalamanmu menghadapi hal itu?
  6. Mungkinkah Memikul Salib dengan Sukacita?
    Adakah kasih yang lebih besar daripada kasih yang mampu memberikan hidup pada seseorang yang sudah mati? Betapa besar kasih karunia Tuhan, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita di dalam Kristus, yang memberikan kepada kita hidup ilahi-Nya! Betapa kita patut bersukacita karenanya! Sebab walaupun kita telah berdosa, dan layak menerima maut oleh karena kesalahan kita, Tuhan Yesus tetap mau mengampuni kita. Tuhan selalu memberikan kepada kita kesempatan untuk bertobat, sebagaimana Ia telah berkali-kali mengampuni bangsa Israel yang sering berubah setia (lih. 2Taw 36:14).Tuhan tetap mendorong kita umat-Nya, agar kembali kepada-Nya. Demikianlah, Tuhan selalu menyertai kita dengan kasih karunia-Nya, mendorong kita untuk senantiasa mengimani Dia dan melakukan perbuatan- perbuatan baik, agar kelak kita dapat beroleh kasih karunia-Nya yang berlimpah di Surga sampai selama-lamanya.Maka kasih karunia dan iman adalah dua hal yang tak terpisahkan (lih Injil Yoh 3:14-21). Dari pihak Allah, Ia telah menunjukkan kasih-Nya dengan mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal; dan dari pihak manusia, kita menanggapinya dengan percaya dan mengimani Dia. Hanya jika kita menanggapi kasih-Nya dengan percaya kepada-Nya, kita dapat beroleh hidup yang kekal.Maka kasih karunia Allah itu membutuhkan tanggapan dari kita, yang kita nyatakan dengan sejauh mana kita mau mengikuti Dia. Maukah kita hidup di dalam terang kasih-Nya dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik? Ataukah kita malah memilih hidup dalam kegelapan seturut kehendak kita sendiri? Sebab terang Kristus akan menyatakan apakah perbuatan kita adalah perbuatan yang baik atau sebaliknya. Kita diajak kembali kepada terang Kristus, dan kembali ke jalan-Nya. Memilih jalan Tuhan—rela mengampuni, berbelas kasih, menghindari segala dosa—memang tidaklah mudah. Seringnya dibutuhkan pengorbanan, yaitu untuk mematikan ke-ego-an kita, agar kita bisa mengikuti teladan-Nya. Oleh karena jalan pengorbanan itulah yang dipilih oleh Kristus untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita, maka tak mengherankan, bahwa jalan itu pulalah yang dapat menyatakan kasih kita kepada-Nya dan kepada sesama. Dan jika Kristus telah melakukannya dengan sukacita, maka kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Jika dalam kehidupan ini, kesulitan dan pergumulan tidaklah secara total dapat dihindari, maka pilihannya bagi kita adalah, apakah kita akan menerimanya sambil bersungut-sungut, atau menerimanya dengan sukacita? Sebab bersama Yesus, salib kehidupan itu akan diubah-Nya menjadi kemuliaan pada waktu-Nya.Maka marilah mengikuti Yesus dengan sukacita ke Yerusalem, ke Kalvari, kepada Salib itu, dan salib kehidupan kita. St. Jose M. Escriva mengatakan, “Bukankah benar, ketika kamu berhenti takut kepada salib, kepada apa yang orang katakan sebagai salib, dan ketika kamu berketetapan akan menerima kehendak Tuhan, di saat itulah kamu akan menemukan kebahagiaan, dan semua kekuatiranmu, dan semua penderitaanmu, akan sirna?” (The Way of the Cross, Second Station). Semoga Tuhan memberikan kepada kita sukacita sejati, sebab kita percaya bahwa kasih karunia-Nya akan mendatangkan kebaikan bagi kita yang percaya dan berharap kepada-Nya.Pertanyaan:
    Menurutmu, apa salib yang sedang kamu pikul saat ini? Apakah kamu merasa itu sebagai beban, atau adakah sukacita yang kamu rasakan saat memikul salibmu?

Closing Prayer

Allah Bapa di surga, kami bersyukur atas teladan salib yang Engkau berikan dalam Yesus Kristus. Engkau sungguh mengasihi kami anak anakmu, karena Yesus sendiri telah merendahkan diri, memikul salib, memberikan nyawaNya bagi kami. Tuhan Yesus, dengan setia dan sukacita Engkau memanggul salibmu buat dosa kami, buat kebahagiaan kami. Berilah kami rahmatMu, agar kamipun sanggup menyangkal diri, memanggul salib kami masing masing, dengan rela dan sukacita, dan mengikuti jejakMu, agar kamipun boleh mengambil bagian dalam kebahagiaan abadi bersama Engkau di surga. Tuhan Yesus, kami anak anakmu penuh dengan kelemahan dan kekurangan, tetapi dengan rahmatMu, dengan darahMu di kayu salib, kami percaya, bahwa kami sanggup memikul salib kami masing masing, hingga kami boleh memperoleh kemengan yang Tuhan sediakan. Semua ini kami mohon demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin

References

  • http://www.katolisitas.org/8653/mrk-831-38-menyangkal-diri-memikul-salib
  • http://www.katolisitas.org/6176/mengikuti-yesus-menyangkal-diri-memikul-salib-mt-1624
  • http://www.katolisitas.org/15466/mungkinkah-memikul-salib-dengan-sukacita