Sesi 55 - Week of 11th May 2015

Jalan Salib Station of the Cross


Pertanyaan dari fasil sebelum membagikan materi CG ini:

Apa yang kalian ketahui tentang jalan salib (stations of the cross)?

Intro

Jalan salib merupakan salah satu devosi yang paling populer dalam gereja katolik. Ke empat belas perhentian jalan salib dapat ditemukan di hampir seluruh gereja katolik saat ini. Devosi ini terutama dilakukan pada masa pra-Paskah. Pada CG kali ini, kita akan belajar lebih jauh tentang asal usul jalan salib, dan bagaimana devosi ini berkembang hingga saat ini.

Main Discussion

Apa itu Jalan Salib (Stations of the Cross)

Jalan salib (dikenal juga dengan Via Crucis, dan Via Dolorosa) merujuk kepada rangkaian gambar atau ukiran yang melukiskan adegan kisah sengsara Yesus Kristus. Objek ini bertujuan untuk membantu orang beriman untuk melakukan napak tilas sengsara dan wafat Yesus Kristus. Doa jalan salib dilakukan dengan menjalani setiap perhentian disertai dengan doa dan renungan maupun meditasi pada setiap perhentiannya.

Berikut ini adalah 14 perhentian Jalan salib:

  1. Yesus dijatuhi hukuman mati
  2. Yesus memanggul salib
  3. Yesus jatuh untuk pertama kali
  4. Yesus berjumpa dengan ibu-Nya
  5. Yesus ditolong Simon dari Kirene
  6. Wajah Yesus diusap oleh Veronika
  7. Yesus jatuh untuk kedua kalinya
  8. Yesus menghibur wanita-wanita yang menangisi-Nya
  9. Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
  10. Pakaian Yesus ditanggalkan
  11. Yesus disalibkan
  12. Yesus wafat di kayu salib
  13. Yesus diturunkan dari salib
  14. Yesus dimakamkan

Asal usul Jalan Salib

Awalnya jalan salib (Via Dolorosa) merupakan miniatur ziarah di tanah suci Yerusalem (lihat gambar di atas). Jalan ini menandai rute perjalanan Kristus membawa salib-Nya menuju bukit Golgota. Selama ratusan tahun, para peziarah Kristen menjalani rute ini di Yerusalem. Rute ini merupakan tujuan utama para peziarah yang saleh sejak zaman Konstantin (abad ke-4). Tradisi juga menegaskan bahwa Bunda Maria mengunjungi tempat-tempat ini setiap hari, dan Santo Hieronimus berbicara kepada para peziarah yang mengunjungi tempat-tempat suci ini pada zamannya. Namun devosi Jalan Salib masih belum ada pada zaman tersebut.

Karena tidak banyak orang yang dapat pergi ke Yerusalem untuk berdoa dan melakukan napak tilas secara langsung di jalan salib ini, para peziarah yang kembali dari tanah suci mulai mereproduksi tempat-tempat suci ini di tempat mereka masing-masing. Pada abad ke-5, St Petronius, uskup Bologna saat itu, mendirikan kapel-kapel yang saling terhubung di biara San Stefano di Bologna. Kapel-kapel ini dibangun untuk merepresentasikan tempat-tempat suci yang ada di Yerusalem. Inilah yang dapat dikatakan sebagai cikal bakal pendirian jalan salib di gereja-gereja di Eropa yang mulai bermunculan pada abad ke-15 dan 16.

Pada tahun 1420, sekembalinya dari tanah suci, Beato Alvarez mendirikan beberapa kapel-kapel kecil di Biara di Cordova yang menggambarkan beberapa adegan sengsara Kristus. Sekitar tahun yang sama, Beata Eustochia mendirikan beberapa perhentian jalan salib di biaranya di Messina.  Contoh-contoh lain seperti pendirian di Görlitz (1465), Nurenburg (1468), Louvain (1505), dan lain-lain. Di beberapa tempat, pendirian tersebut tidak sekedar mereproduksi perhentian-perhentian Via Dolorosa di Yerusalem, tetapi juga mereproduksi jarak antar masing-masing perhentian sehingga orang-orang yang melakukan jalan salib berjalan sejauh jarak yang sama dengan jika mereka melakukannya di Yerusalem.

Jumlah perhentian jalan salib yang didirikan di Eropa pada abad ke-15 dan 16 bervariasi antara satu dengan yang lain, ada yang jumlahnya dua belas, sembilan belas, bahkan dua puluh lima dan tiga puluh tujuh. Pada abad ke-16, mulai bermunculan buku-buku devosi jalan salib yang disertai doa saat berhenti di setiap perhentian, dan untuk pertama kalinya empat belas perhentian muncul pada beberapa buku-buku devosi tersebut. Pada tahun 1731, Paus Clement XII menetapkan perhentian jalan salib berjumlah empat belas.

Latar belakang perhentian-perhentian di jalan salib lahir dari gabungan tiga devosi yang berkembang terutama di Jerman dan Belanda pada abad ke-15. Ketiga devosi itu adalah:

  1. Devosi “Christ’s falls”: Yesus di bawah salib yang jumlahnya tujuh.
  2. Devosi “Christ’s way of sorrow”: prosesi perjalanan dari satu gereja ke gereja lain merenungkan perjalanan Yesus  sebelum disalibkan, seperti perjalanan dari taman Getsemani ke rumah Ananias, kemudia ke rumah Kayafas, ke tempat di mana Dia diadili Pilatus.
  3. Devosi “the Stations of Christ”: saat-saat dimana Yesus berhenti dalam perjalanan-Nya menuju Kalvari

Pendirian jalan salib di gereja menjadi umum sejak akhir abad ke-17, dan popularitas jalan salib terutama disebabkan oleh adanya indulgensi bagi yang melakukan jalan salib.

Indulgensi dan Jalan Salib

Pada awalnya indulgensi ini diberikan pada perhentian di tempat-tempat suci di  Yerusalem. Beberapa perhentian di Yerusalem yang memiliki indulgensi antara lain: tempat di mana Yesus berjumpa dengan ibu-Nya, tempat Yesus menghibur wanita-wanita yang menangisi-Nya, tempat Yesus diberjumpa dengan Simon dari Kirene, tempat di mana pakaian Yesus ditanggalkan, tempat Yesus disalib, rumah Pilatus, dan tempat Yesus dimakamkan.

Mengingat karena sangat sedikit orang yang dapat melakukan ziarah ke Yerusalem, untuk memperoleh indulgensi ini, atas petisi dari ordo Fransiskan (yang pada saat itu menjaga tempat-tempat suci ini di Yerusalem), Paus Inosensius XI pada tahun 1686, memberikan ijin para Fransiskan untuk mendirikan jalan salib di semua gereja-gereja ordo Fransiskan. Selain itu, indulgensi yang awalnya hanya terdapat pada tempat-tempat suci di Yerusalem dapat diperoleh juga oleh Fransiskan dan anggota ordonya jika mereka melakukan jalan salib pada replika jalan salib di gereja-gereja ordo Fransiskan. Paus Benediktus XIII pada tahun 1726 kemudian memperluasnya menjadi semua orang beriman yang melakukan jalan salib, tidak hanya Fransiskan saja. Pada tahun 1731, Paus Clement XII mengembangkannya lebih jauh dengan memberikan indulgensi tersebut pada semua jalan salib di seluruh gereja jika jalan salib tersebut  didirikan oleh romo ordo Fransiskan. Akhirnya pada tahun 1862, semua uskup diberi kuasa untuk mendirikan jalan salib.

Berdasarkan Enchiridion of Indulgences No. 63, indulgensi penuh diberikan kepada umat beriman, yang melakukan jalan salib dengan sungguh-sungguh. Di dalam pelaksanaan jalan salib, kita diajak mengingat lagi penderitaan Yesus Kristus, saat Dia diadili di gedung pengadilan Pilatus, dijatuhi hukuman mati, berjalan menuju ke gunung Kalvari, dan mati di kayu salib untuk keselamatan kita.

  1. Indulgensi penuh Jalan Salib diperoleh dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
  2. Pelaksanaan Jalan Salib harus dilakukan di depan jalan salib yang didirikan secara sah.
  3. Diperlukan empat belas salib yang harus didirikan pada masing-masing perhentian. Umumnya juga ditambahkan gambar yang merupakan representasi masing-masing perhentian.
  4. Pelaksanaan Jalan Salib pada umumnya terdiri dari empat belas bacaan diikuti dengan beberapa doa vokal pada masing-masing perhentian. Namun, pada dasarnya tidak ada yang lebih diperlukan selain meditasi sengsara dan wafat Tuhan.
  5. Diperlukan sebuah gerakan berpindah dari satu perhentian ke perhentian yang berikutnya. Tetapi, jika jalan salib dilakukan untuk publik dan tidak memungkinkan untuk setiap orang untuk berjalan secara teratur dari satu perhentian ke perhentian yang lain, hal ini dapat diwakili setidaknya satu orang berjalan dari perhentian ke perhentian, sedangkan yang lain diam di tempat.
  6. Mereka yang memiliki halangan untuk memperoleh indulgensi penuh, dapat memperoleh indulgensi yang sama, jika mereka menghabiskan setidaknya satu setengah jam dalam membaca bacaan dan meditasi sengsara dan wafat Tuhan.

Scriptural Stations of the Cross

Jika kita melihat kembali ke empat belas perhentian jalan salib, hanya tujuh di antaranya tertulis di dalam kitab suci. Perhentian 3, 4, 6, 7, 9, 10, dan 13 tidak tertulis di dalam kitab suci.

Pada tahun 1991, Santo Yohanes Paulus II memperkenalkan jalan salib yang baru. Berbeda dengan jalan salib sudah ada sebelumnya, setiap perhentian yang baru ini tertulis secara eksplisit di dalam di kitab suci (karena itu lebih dikenal dengan nama scriptural stations of the cross).

Perhentian scriptural stations of the cross serta perbandingannya dengan traditional stations of the cross dapat dilihat pada gambar di samping. Jalan salib yang baru ini tidak menggantikan yang lama, namun dapat digunakan sebagai alternatif jalan salib yang sudah ada sebelumnya.

Penutup

Tidak ada devosi yang lebih kaya dengan indulgensi daripada devosi Jalan Salib. Tidak ada devosi lain yang secara harafiah meminta kita agar taat pada perintah Kristus untuk memikul salib dan mengikuti-Nya. Jalan Salib membawa kita lebih dekat kepada Kristus.

Questions:

  1. Sharingkan pengalamanmu mengikuti jalan salib? Apa yang kamu dapatkan setelah melakukan jalan salib?
  2. Ketika merenungkan perhentian-perhentian dalam jalan salib, perhentian manakah yang paling mengena untukmu jika dihubungkan dengan pengalaman/penderitaanmu sendiri? Mengapa?

Video tentang jalan salib untuk menutup CG:

www.youtube.com/watch

References

  • Way of the Cross. New Advent. www.newadvent.org/cathen/15569a.htm
  • Way of the Cross. Catholic Answers. www.catholic.com/encyclopedia/way-of-the-cross
  • Enchiridion of Indulgences No. 63. www.dominicanidaho.org/indulg.html – Exercise of the Way of the Cross (Viae Crucis exercitium)
  • The Way of the Cross. Office for Liturgical Celebrations of the Supreme Pontiff. www.vatican.va/news_services/liturgy/documents/ns_lit_doc_via-crucis_en.html
  • Station of the Cross: Traditional vs Scriptural Way of the Cross. www.lauramcalister.com/2015/03/27/stations-of-the-cross-traditional-scriptural/
  • Stations of the Cross. www.fisheaters.com/stations.html

Closing Prayer

PRAYER TO JESUS CHRIST CRUCIFIED

Behold, O kind and most sweet Jesus, I cast myself on my knees in Thy sight, and with the most fervent desire of my soul, I pray and beg Thee to impress upon my heart lively sentiments of faith, hope, and charity, with true repentance for my sins, and a firm desire of amendment, while with deep affection and grief of soul I contemplate Thy five most precious Wounds, having before my eyes that which David spoke in prophecy: “They pierced My hands and My feet; they have numbered all My bones.” God has loved us from all eternity. So He says: “Remember I first loved you. You had not come to be, nor did the world yet exist, but I loved you already. From all eternity I have loved you.”