Sesi 25 - Week of 2nd June 2019

Saint Lorenzo Ruiz


Intro

Di dalam bulan ini, kembali lagi kita mau mengenal beberapa santo atau santa dan mengambil teladan dan inspirasi dari kehidupan mereka.

Pernahkah kalian mendengar atau mengenal St. Lorenzo Ruiz? Jikalau tidak pernah, hal tersebut bukan lah sesuatu yang mengejutkan. Mengingat betapa banyaknya santo santa yang dikanonisasi oleh Vatikan sejak dari abad ke 10. Jika ‘ketenaran’nya dibandingkan dengan Santo Fransiskus asisi, santo Paulus, santo ignasius Loyola, dkk, maka dapat diibaratkan kalau St. Lorenzo Ruiz hanyalah anak bawang saja.

Tetapi seperti santo santa yang lain, kisah hidup St. Lorenzo  terus menginspirasi banyak orang di jaman sekarang ini, mengingatkan kita bahwa kekudusan bukanlah privilege untuk segelintir orang saja, tetapi sebuah panggilan untuk semua orang yang telah dibabtis dalam Tuhan.

Who is he?

Lorenzo dilahirkan di Binondo, Manila, sekitar tahun 1610. Ayahnya adalah seorang kristiani keturunan Cina dan Ibunya seorang filipino. Oleh karena itu, Lorenzo dapat mempelajari kedua Bahasa tersebut, Bahasa cina dan Bahasa tagalog dari mereka. Kemudian Lorenzo pun belajar Bahasa spanyol dari pastor-pastor ordo dominikan, ketika Filipina dibawah kekuasaan negara Spanyol.

Lorenzo sering kali membantu tugas di Gereja di Binondo sebagai putra altar dan sebagai sacristan.

Dengan dorongan dari pastor-pastor tersebut, Lorenzo mendalami seni kaligrafi dan akhirnya menjadi seorang kaligrafer professional. Lorenzo juga merupakan anggota dari ‘Confernity of the Holy Rosary’ dibawah bimbingan ordo Dominikan. Ia adalah seseorang yang memiliki devosi yang begitu dalam kepada Bunda Maria. Sebuah devosi yang ia turunkan dan bagikan kepada istri dan 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuannya.

Pada tahun 1636, Lorenzo dituduh membunuh seorang berwarga negara Spanyol. Ketika itu, ada 2 pelaut spanyol yang sedang mabuk dan berkelahi, dan berakhir dengan pembunuhan. Pihak wewenang dari Spanyol tidak mengininkan untuk mengirim orang dari warganya sendiri ke dalam penjara. Maka dicarilah seseorang untuk dijadikan kambing hitam. Dan akhirnya mereka menemukan Lorenzo, seorang Cina-filipino.

Di saat itu, seorang Cina-filipino selalu mendapatkan perlakuan yang tidak adil oleh pihak spanyol (yang memerintah di Filipina selama 333 tahun). Cina-filipino dianggap sebagai kelas sosial yang paling rendah disana. Dengan pemerintahan tirani, tuduhan-tudahan palsu dan juga menggunakan saksi-saksi bayaran, maka orang-orang filipina sebenarnya tidak punya hak atau kesempatan untuk membela diri dalam persidangan. Mereka hanya dapat menerima hasil akhir dan berharap atas belas kasih hakim saja.

Oleh karena itu, Lorenzo berusaha untuk lari dan ia pun coba untuk ikut dengan beberapa pastor Dominikan yang ia pikir akan berlayar dan melakukan misionaris ke Makau. Bersama Lorenzo, ada 3 orang romo Dominikan, Antionio Gonzales, Guillermo Courtet dan Miguel de Aozaraza, 1 romo dari Jepang, Vincente Shiwozuka de la Cruz dan 1 orang awam penderita sakit lepra bernama Lazaro.

Tortured

Tanpa ia sadari, ternyata perlayaran tersebut membawa mereka ke Okinawa, Jepang. Pada saat itu, Jepang dibawah Tokugawa Shogunate, sedang gencar-gencarnya mengprosekusi dengan tanpa ampun orang-orang Kristiani. Mereka tidak segan-segan membantai para Kristiani yang menyebarkan Injil di tanah Jepang.

Beberapa minggu setelah mereka melabuh di Jepang, Lorenzo ditangkap ketika sedang merayakan misa kudus disalah satu desa kecil. Mereka dibawa ke Nagasaki. Sebelum mereka disiksa, seorang perwakilan shogun menawarkan kepada Lorenzo dan grupnya kebebasan, asalkan mereka mau menyangkal iman kepercayaan mereka dan meninggalkan Jepang. Lorenzo dan grupnya secara damai menyetujui untuk pergi dari Jepang, tetapi tidak mau menyangkal iman mereka. Hal tersebut membuat Shogun Lord sangat murka, karena tidak pernah boleh ada orang yang menolak keinginannya.

Penolakan yang dalam tradisi mereka tidak seharusnya terjadi ini, dianggap oleh para shoguns sebagai hinaan terhadap kerajaan mereka. Lorenzo dan grup kemudian ditangkap dan disiksa secara sadis.

Tongkat-tongkat dari bambu ditajamkan dan ditusuk di kuku jari tangan dan kaki mereka. Begitu pula siksaan dengan axphyxiation. Lorenzo semalam sebelum ia meninggal, tergantung dengan kaki diatas, dengan kepalanya tertanam dalam lubang berisi kotoran hewan dan manusia.

Ketika itu, si penyiksa pun merasa sedikit iba kepada Lorenzo. Ia menawarkan lagi kepada Lorenzo untuk menyangkal iman Katoliknya, supaya ia dapat langsung dibebaskan. Akan tetapi, Lorenzo, sebelum ia meninggal, menjawab : “I am a Catholic. If I had a thousand lives, I shall offer them all to God!”

Miracles

Di jaman modern ini, begitu banyak mujijat terjadi lewat perantaraan Santo Lorenzo Ruiz. Tetapi 1 kejadian yang sangat dikenal orang-orang adalah kisah dari Cecilia Alegria Policarpio. Cecilia, seorang anak berumur 2 tahun, menderita sakit yang sangat jarang, ‘paralysiscausing’ brain disease (brain atrophy hydrocephalus). Cecilia didiagnosis penyakit ini sejak dari lahir dan di rawat di Magsaysay Medical Center.

Pada tahun 1983, Cecilia terbaring di tempat tidur, tidak dapat bergerak karena penyakit otaknya. Tiba-tiba ia melihat cahaya dari kakinya. Cecila ingat kalo ada seorang laki-laki, memegang Rosario, sedang melihat ke surga, tetapi tidak berkata apa-apa.

Keesokan harinya, penyakit Cecilia sembuh total dan ia dapat duduk di tempat tidurnya dengan sendirinya.

Yang Cecilia tidak ketahui adalah kalau ibu dan saudara-saudaranya berdoa novena lewat perantaraan (saat itu) beato Lorenzo dan menempatkan foto dari beato Lorenzo dibawah bantal Cecilia.

Facts

  • Meninggal 29-30 september 1637 di Nagasaki, Jepang
  • Venerated, 11 October 1980 oleh Pope John Paul II
  • Beatified, 18 February 1981 oleh Pope John Paul II
  • Canonized, 18 October 1987 oleh Pope John Paul II
  • Feast day, 28 September
  • Patron of The Philippines, Filipinos, Overseas Filipino workers, migrant workers, Filipino youth, etc.

Summary

Kisah Santo Lorenzo Ruiz, adalah kisah seorang biasa (ordinary) yang tidak pernah memimpikan sainthood. Tetapi ketika ia dihadapkan dengan tahap kehidupan yang begitu gelap dan penuh cobaan, Lorenzo tidak goyah dan tidak meninggalkan iman dan Tuhannya. Melainkan, ia menunjukan bagaimana Kitab Suci dapat diwujudkan dalam aksi yang konkret, dengan menghadapi segala tantangan itu dengan berani dan dengan melihat bahwa kematian tidak hanya sebuah hal yang menakutkan tetapi seperti undangan masuk ke rumah Tuhan.

St. Lorenzo Ruiz’s story reflects the pure light of God’s holiness. God that is worthy of a thousand deaths.

See also:

Sharing

  1. Siapakah santo/santa yang paling menginspirasi kamu? Sharingkan mengapa.
  2. Di dalam kehidupanmu sampai saat ini, perbuatan baik apakah (menurut dirimu sendiri) yang telah kamu lakukan dan dapat menginspirasi orang lain. Jikalau hal tersebut juga terinspirasi dari orang lain, sharingkanlah juga.
  3. Dalam siksaan yang begitu berat, St Lorenzo tetap berpegang teguh akan iman kepercayaannya. Menurutmu, apakah kamu dapat melakukan hal yang sama seperti St. Lorenzo? (cth: ketika mendapat ‘siksaan’ di kantor, di kampus, di manapun melalui ejekan-ejekan, dikucilkan, dianggap aneh, dsb.) Sharingkan alasanmu.

Reference