Sesi 11 – Week of 9th Dec 2018

Panggilan Hidup Kristiani


Intro

Untuk CG kali ini kita mau mensharingkan tentang panggilan hidup. Bagi kita-kita yang sekarang sedang kuliah, belajar dan juga bekerja, pastinya kita pernah menanyakan atau bahkan sedang mencari tahu apa sih panggilan hidup kita.

Apakah itu Panggilan Hidup Kristiani?

“Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” (Yoh 6:29)

Dalam Kitab Suci kata panggilan sering diartikan sama dengan pekerjaan; dalam pengajaran iman panggilan dikaitkan dengan mereka yang menanggapinya. Yang satu lagi, kata hidup kristiani sering dihubungkan dengan suatu cara hidup yang diajarkan dan diwariskan oleh Yesus Kristus, Putera Allah, kepada para pengikut-Nya.

Allah dalam Dirinya sendiri sempurna dan bahagia tanpa Batas. Berdasarkan keputusan-Nya yang dibuat Karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan manusia dengan kehendak bebas, supaya manusia itu dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya yang bahagia.
Karena itu, pada setiap saat dan di mana-mana Ia dekat dengan manusia. Ia memanggil manusia dan menolongnya untuk mencari-Nya, untuk mengenal-Nya, dan untuk mencintai-Nya dengan segala kekuatannya. Ia memanggil semua manusia yang sudah tercerai-berai satu dari yang lain oleh dosa ke dalam kesatuan keluarga-Nya, Gereja.
Ia melakukan seluruh usaha itu dengan perantaraan Putera-Nya, yang telah Ia utus sebagai Penebus dan Juru Selamat, ketika genap waktunya. Dalam Dia dan oleh Dia Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anak-Nya dalam Roh Kudus, dan dengan demikian mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia. (KGK no. 1)

Katekismus Gereja Katolik (KGK) menegaskan bahwa Allah memanggil manusia untuk hidup bahagia sebagai anggota keluarga-Nya. Demi tujuan itu, Allah mengutus Putera-Nya ke dunia dan semua orang yang mau menanggapi panggilan-Nya diberi-Nya karunia untuk memanggil Allah sebagai Bapa.

Itu berarti panggilan hidup kristiani adalah panggilan Allah kepada semua orang yang mau percaya kepada Sang Putera. Allah mengaruniakan gelar anak-anak Allah berdasarkan iman mereka, supaya mereka pun berhak mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia.

Jenis-Jenis Panggilan Hidup Kristiani

Dalam konteks rohani, kata panggilan sering dikaitkan dengan panggilan khusus menjadi rohaniwan/rohaniwati. Dan juga panggilan umum yang biasa dikenakan kepada awam yaitu pilihan hidup selibat dan hidup berkeluarga.

Dengan demikian, semua orang yang dipanggil mengikuti Yesus Kristus untuk menjadi murid-Nya akan dihadapkan pada suatu pilihan hidup tertentu. Tapi apapun pilihan itu, intinya tetap pada mengikut Yesus Kristus.

Anda mungkin sudah sering mendengar panggilan-panggilan hidup kristiani seperti di atas. Namun kita juga mau melihat panggilan berdasarkan peran-peran yang kita mainkan.

Peran-Peran Dalam Panggilan Hidup Kristiani

Yesus Kristus diurapi oleh Bapa dengan Roh Kudus dan dijadikan “imam, nabi, dan raja”. Seluruh Umat Allah mengambil bagian dalam ketiga jabatan Kristus ini, dan bertanggung jawab untuk perutusan dan pelayanan yang keluar darinya. (KGK no. 783)

Sebagai murid Yesus Kristus, kita juga ambil bagian dalam peran-peran imam, nabi dan raja dan mewujudkannya dalam perutusan dan pelayanan. Adapun peran awam dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Imam: Menjadi penyalur berkat dan rahmat Allah
  2. Nabi: Mewartakan kebenaran Kristus
  3. Raja: Melayani umat Allah

Peran sebagai murid Yesus Kristus di atas kita bisa terapkan lagi ke dalam peran-peran lain dalam keluarga, pekerjaan, gereja dan masyarakat.

Dalam keluarga kita bisa berperan sebagai suami/istri, ayah/ibu, anak, mertua, atau menantu.

Di dunia kerja ada macam-macam profesi seperti dokter, polisi atau insinyur. Selain itu, ada juga peran-peran seperti karyawan, manajer, atau pemilik.

Di gereja pun kita mungkin memainkan peran sebagai cg leaders, ministry leaders, seksi liturgi atau katakese, dan peran-peran yang lain.

Masih ada peran-peran di masyarakat yang lainnya. Kita perlu memainkan pelbagai macam peran, yang kadang tidak bisa dipisah-pisah, untuk menanggapi dan menghayati panggilan hidup kristiani.

Lalu, bagaimana cara kita menanggapi panggilan Allah untuk hidup bahagia dalam keluarga-Nya? Bagaimana cara mewartakan iman dalam persekutuan persaudaraan dan, pada saat yang sama, merayakannya dalam liturgi dan dalam doa?

Hambatan dan Tantangan Menanggapi Panggilan

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat 6:33-34)

Persoalan terbesar yang kita hadapi dalam menanggapi panggilan Allah adalah munculnya hal-hal yang menghambat atau merintangi upaya menjadikan Allah sebagai Tuhan dan Raja hidup kita.

Bentuknya bisa bermacam-macam. Hubungan dengan orang lain, pengaruh paham non-kristiani, atau peristiwa penting yang terjadi dalam hidup adalah sebagian dari contoh-contoh hal yang bisa menghalangi niat kita.

Kutipan di atas secara tegas menyebutkan bahwa kekuatiran akan hari esok sebagai hambatan mendasar bagi manusia untuk menerima kehadiran Allah.

Pertama, kekuatiran akan hari esok mengalihkan fokus perhatian kita dari Allah kepada hal lain yang “lebih menarik”. Kedua, hal kekuatiran juga menumpulkan kepekaan kita untuk menyadari kehadiran Roh Allah dalam hidup kita. Sebagai akibatnya, kita kesulitan untuk memberi ruang yang memadai bagi Dia untuk memimpin hidup kita.

Hambatan hidup kristiani di atas merupakan sesuatu yang nyata dan tetap aktual sampai saat ini. Tantangan kita adalah apakah kita gigih dan tekun untuk mengatasi hambatan yang ada agar hidup kita selalu terarah kepada Allah.

Upaya hidup kudus itu memerlukan pertobatan terus-menerus. Sebab hanya itulah jalan bagi kita untuk dapat hidup dalam persekutuan dengan Allah.

Memaknai Panggilan Hidup Kristiani

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16)

Panggilan hidup bahagia dapat menjadi nyata dalam istilah “hidup yang kekal”. Hidup abadi adalah anugerah sekaligus tujuan hidup kita. Hidup ini juga merupakan tujuan karena itulah yang dijanjikan Allah untuk diberikan kepada mereka yang menanggapi panggilan-Nya.

Henri Nouwen menuliskan, “Hidup abadi adalah hidup yang dapat dirasakan sekarang ini juga, karena hidup abadi adalah hidup dalam dan bersama Allah. Dan Allah ada kini dan di sini, di tempat saya berada.”

Maka anugerah itu sebenarnya sudah kita terima, bila kita hidup dalam dan bersama Allah. Sekalipun belum sempurna, tujuan hidup itu sudah kita capai saat ini, saat kita menyadari kebenaran ini.

Lalu, bagaimanakah kita dapat menanggapi panggilan hidup kekal itu?

Menanggapi Panggilan Hidup Kristiani Dengan Menjadi Murid

“ Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika Ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah!” Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus). Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: :”Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” (Yoh 1:35-42)

Kita mengikuti Yesus karena pewartaan orang yang sudah lebih dulu mengenal Yesus sebelum kita. Persoalannya, apakah ketika mengikuti Yesus kita dapat mendengar sapaan-Nya, “Apakah yang kamu cari?”

Seandainya kita mendengarnya apakah kita akan menanggapinya dengan menyampaikan maksud kita mengikuti-Nya? Jika jawabannya ya berarti kita telah siap menjadi murid-Nya. Dan kemungkinan besar peristiwa selanjutnya akan berlangsung seperti kisah di atas.

Jika kita mengikuti Tuhan Yesus untuk menjadi murid-Nya, maka Ia akan mengajak kita untuk tinggal bersama-sama dengan Dia.

Apapun jenis panggilan hidup kristiani kita dan apapun peran-peran yang kita mainkan, Tuhan Yesus ingin menjalin hubungan pribadi yang mendalam dengan diri kita masing-masing sebagai pribadi.

Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus). (Yoh 1:41)

Di ayat 41, sebagai lanjutan kutipan di atas, barulah kita tahu bahwa “pengalaman tinggal bersama dengan Yesus” itu menjadi pewartaan dan kesaksian Andreas tentang jati diri-Nya kepada Simon saudaranya.

Karya pelayanan kita sebagai murid baru menghasilkan buah setelah kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus. Jadi, karya pelayanan yang dilandasi pengalaman tinggal bersama Yesus inilah yang akan mengisi hidup kekal kita.

Menghayati Panggilan Hidup Kristiani Dalam Ekaristi

Bagaimanakah cara kita menghayati panggilan melalui pilihan hidup dan peran-peran yang kita lakukan?

Salah satu cara nya yaitu dengan bergaul lebih akrab dengan Tuhan Yesus dengan bertekun merayakan ekaristi dan mendoakan doa adorasi ekaristi.

Dengan menjalin hubungan erat dengan Tuhan dan membangun persaudaraan sejati dengan jemaat, kita ikut berjuang membangun Tubuh Kristus yang hidup, untuk melanjutkan Karya Allah di dunia. Maka dari itu, mungkin tidak ada yang berubah dengan pilihan hidup dan peran-peran kita. Barangkali yang berubah adalah cara kita memandang dan memaknai panggilan hidup kita.

Pertanyaan kita terkait misteri panggilan hidup kristiani akan berubah seiring dengan makin terarahnya hidup kepada Allah Tritunggal. Dan saya percaya bahwa jawabannya sedikit-demi-sedikit akan terungkap seiring dengan makin dekatnya hubungan kita dengan-Nya.

Sumber:

http://www.carakatolik.com/panggilan-hidup-kristiani/

Pertanyaan Sharing:

  1. Sharingkan salah satu peran dalam hidupmu yang sudah kalian lakukan dengan baik? (Contoh: dalam keluarga, gereja, sekolah, atau pekerjaan)
  2. Sharingkan salah satu peran dalam hidupmu yang belum kalian lakukan dengan baik?
  3. Menurut kalian apakah hambatan yang kalian alami jika kalian belum melakukan peran kalian dengan baik?
  4. Sharingkan pengalamanmu dengan mengikuti ekaristi dan mendoakan adorasi dapat menghayati peran yang kamu jalani!