Sesi 61 - Week of 21st Feb 2021

Leadership Lessons from Pope Francis


Pengantar

Pemimpin yang hebat mungkin adalah sesuatu yang langka di jaman sekarang ini. Banyak orang sudah kehilangan kepercayaan pada pemimpin mereka, baik pemimpin gereja, negara ataupun perusahaan tempat mereka bekerja. Sering kali orang-orang yang menduduki posisi pemimpin ini hanya mementingkan diri sendiri atau kepentingan kelompok mereka. Mereka tidak mampu menyatukan dan menginspirasi pengikut mereka. Mereka tidak mau mengambil keputusan kontroversial yang membuat mereka berada di posisi yang sulit atau membuat perubahan besar yang berlawanan dengan kebiasaan yang sudah dijalani selama ini. Banyak orang mengharapkan seorang pemimpin yang dapat membawa kesegaran baru kepada dunia yang sudah stagnant ini, dan bagi gereja Katolik kita mendapatkan sosok pemimpin yang baru di dalam diri Paus Fransiskus.

Dalam CG hari ini mari kita belajar beberapa point tentang kepemimpinan dari Paus Fransiskus. Mungkin ini sesuatu yang berbeda dari yang kita pelajari di kursus-kursus kepemimpinan yang biasa tapi bukan berarti kita tidak bisa menerapkannya dalam hidup sehari-hari, di keluarga dan tempat kerja kita.

Bahan

Apa yang berbeda dari Paus Fransiskus sebagai seorang pemimpin?

Yang menjadi fondasi kepemimpinan dia adalah pelatihan yang dijalani selama menjadi seminarian di ordo Jesuit. Dia tidak belajar kepemimpinan dari sekolah manajemen atau bisnis seperti kebanyakan pemimpin lain, tetapi lewat program pelatihan di seminari dimana dia harus melewati silent retreat sebulan penuh, perjalanan ziarah yang berat, mengajar anak-anak, dan pelayanan lainnya.

Kardinal Bergoglio adalah seseorang yang low profile dan bahkan bukan kandidat kuat pada saat pemilihan Paus. Ketika dia muncul sebagai Paus Fransiskus di balkoni di St Peter Square, dunia menjadi gempar. Dan ditambah lagi dengan perbuatannya yang tidak mengikuti tradisi yang biasanya dilakukan oleh seorang Paus. Dia memilih untuk tinggal di apartemen kecil, naik bus umum, membeli sepatu sendiri, membuatkan sandwich untuk penjaganya, memesan tiket pesawat untuk dirinya sendiri, dll.

Beberapa hari setelah dilantik, dia berkata bahwa kekuasaan yang sejati adalah pelayanan. Dia menantang orang-orang Kristiani yang suam-suam kuku dan malas. Orang Kristiani seharusnya lebih bersemangat untuk menyebarkan Injil dan bukannya berlindung dalam kehidupan yang nyaman. Gereja harus menjadi miskin dan terbuka untuk orang-orang miskin. Para petinggi Gereja tidak seharusnya menempatkan karir, kekuasaan dan uang sebagai prioritas yang lebih penting daripada orang. Paus Fransiskus tidak hanya menantang Gereja Katolik tetapi pemikiran dunia di jaman ini. Dia memperlihatkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin yang otentik bertindak dan menempatkan prioritasnya.

Formasi bertahun-tahun yang dijalani oleh Paus Fransiskus ketika dia di seminari Jesuit membentuk dirinya dan menjadi dasar dari gaya kepemimpinannya sekarang. Dia mempunyai misi untuk membawa Gereja ke baris depan dalam perperangan dengan budaya modern saat ini. Gereja harus keluar dari dirinya sendiri. Dan ini membutuhkan para pemimpin yang kuat agar dapat menghadapi segala perubahan yang harus terjadi. Pemimpin yang kuat tidak muncul dengan sendirinya, maka dari itu diperlukan formasi yang kuat untuk membentuk pemimpin yang berkomitmen, mempunyai banyak keahlian dan memegang nilai-nilai yang benar. Pemimpin yang tahu bagaimana mengambil keputusan yang benar, yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru, berdedikasi tinggi untuk sebuah goal yang lebih tinggi dari dirinya sendiri dan mengenal dirinya sendiri.

Konsep lama tentang pemimpin adalah satu orang yang memimpin sebuah group atau organisasi. Tetapi di masa sekarang kata pemimpin tidak merujuk ke satu orang yang spesifik melainkan pada kualitas-kualitas yang dibawa oleh seorang pemimpin dan siapa saja yang memiliki kualitas itu bisa disebut sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus tahu arah jalannya, mempunyai pengaruh yang baik untuk orang lain, dapat mengambil keputusan dan bertanggung jawab akan hasil yang didapat.

Seorang pemimpin memimpin lewat perbuatannya dan itulah yang dilakukan oleh Paus Fransiskus. Ketika dia memutuskan untuk naik bus daripada limo, memilih kalung salib dari perak dibanding emas, turun dari mobilnya untuk memeluk seseorang yang cacat, mencium kaki narapidana, dsb, dia menunjukkan dengan jelas bagaimana Gereja harus menjadi sederhana dan memusatkan perhatian pada orang miskin dan yang terkucil. Tanpa harus mengeluarkan perintah resmi, kehidupan Paus Fransiskus yang sederhana telah membuat para kardinal dan uskup di sekitarnya ingin merefleksi ulang gaya hidup mereka dan inilah ciri seorang pemimpin yang efektif.

Komitmen dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut Paus Fransiskus

Kenali dirimu dengan baik tetapi hiduplah untuk melayani orang lain

Seorang pemimpin yang penuh integritas dapat dilihat dari cara dia menjalani hidupnya. Orang-orang terinspirasi oleh pemimpin ini karena dia dapat memimpin dirinya sendiri dan ini hanya dapat dilakukan setelah melakukan introspeksi diri yang dalam. Seperti kata pepatah, musuh yang paling kuat adalah diri kita sendiri. Ketika kita takut untuk menunjukkan diri kita apa adanya, itulah saat kita kalah terhadap diri sendiri.

Orang yang tidak melakukan introspeksi diri mungkin tidak memiliki rasa takut tapi disitulah resikonya karena orang tersebut tidak tahu kelemahan-kelemahannya dan bisa saja membuat keputusan yang bodoh di suatu saat yang merugikan dirinya sendiri dan mungkin orang lain. Justru introspeksi diri ini membebaskan seseorang dan memampukan dia melihat dirinya sebagai pribadi yang unik yang mempunyai peranan yang unik. Seorang pemimpin haruslah nyaman dengan dirinya sendiri, menerima baik buruk dirinya dan berani untuk melawan kelemahannya agar dapat menjadi versi terbaik dari dirinya. Hanya setelah seorang pemimpin dapat memimpin dirinya sendiri, dia akan dapat memimpin orang lain. Tetapi tidak ada satu manusia pun yang sempurna. Seorang pemimpin juga harus dapat menerima kelemahannya dan dengan demikian dia dapat menerima kelemahan orang lain yang dipimpinnya.

Tetapi mengenal diri saja tidaklah cukup karena seorang pemimpin yang baik harus melihat keluar dari dirinya, kepada orang-orang yang dipimpin. Seperti yang diajarkan Yesus di perjamuan terakhir, seorang pemimpin haruslah yang menundukkan diri untuk melayani pengikutnya. Jika seorang pemimpin dapat menginspirasi pengikutnya untuk memberikan dedikasi tinggi dalam melayani orang lain dengan sepenuh hati, maka organisasi tersebut pasti sukses. Demikian juga dengan Gereja. Tujuan utama Gereja adalah untuk membuat kemuliaan Tuhan nyata di dunia dan bukannya untuk menimbun harta sebanyak-banyaknya untuk Gereja atau untuk membuat Gereja dipuji karena perbuatannya.

Jalani kehidupan di dunia dengan segala realitasnya tetapi jauhkan dirimu dari dunia setiap hari

Paus Fransiskus mengajarkan kita bahwa seorang pemimpin tidak akan dapat memimpin orang-orangnya tanpa dia mengenal realita kehidupan mereka, apa yang mereka lakukan dan alami setiap hari, dan ikut merasakan segala kebahagiaan dan kekecewaan yang mereka alami. Semakin sering kita terjun ke lapangan dan membuka mata terhadap segala hal yang terjadi di dunia dan di sekitar kita, maka kita akan semakin terlibat dan merasakan solidaritas dengan orang-orang yang kita pimpin. Jika kita hanya mengurung diri di dalam istana kita, maka kita akan kehilangan arah. Pesan Paus dalam salah satu homilinya adalah untuk selalu dekat dengan orang-orang yang kamu pimpin dan jadikan kebutuhan dan perjuangan mereka menjadi milikmu.

Tidak semua yang terjadi di dunia adalah buruk. Banyak hal baik juga yang terjadi dan seperti ajaran dalam ordo Jesuit, mari kita temukan Tuhan dalam segala hal. Kehadiran Tuhan bisa dirasakan dimana dan kapan saja. Bukalah matamu untuk melihat Tuhan berdiri di depanmu, bersyukurlah untuk semua hal baik yang terjadi dan jadilah seseorang yang penuh kasih dan jujur dengan apa yang dipercayakan Tuhan kepadamu. Dan ketika hal buruk terjadi atau ketika kamu melihat penderitaan dan ketidakadilan di sekitarmu, lakukan sesuatu. Seorang pemimpin yang baik tidak segan untuk turun ke jalan dan membuat sepatunya kotor, untuk berkorban bagi pengikutnya dan bertanggung jawab atas keputusan yang dibuatnya dan akibatnya bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Akan tetapi, seorang pemimpin yang setiap harinya sibuk dengan berbagai hal dan menghadapi masalah non-stop tidak akan dapat bertahan jika dia tidak menyisihkan waktu setiap harinya untuk menarik diri dari semua ini untuk berdoa dan refleksi. Pertama-tama seorang pemimpin harus belajar mendelegasikan tugas dan memberikan kepercayaan kepada bawahannya. Setelah itu, gunakan waktu yang dia punya untuk berhenti sejenak dari segala kesibukan, mencari tempat yang tenang untuk merefleksikan semua kejadian yang sudah dialami. Terkadang yang kita perlukan adalah tidak melakukan kegiatan apa-apa, menikmati ketidaksibukan dalam hidup kita dan keheningan dalam kesendirian kita.

Ketika kita berdoa, kita diingatkan kembali akan misi dan prioritas kita, semangat kita dibangkitkan kembali, dan kita mendapatkan perspektif baru akan hal-hal yang sedang ada di dalam pikiran kita. Justru ketika kita semakin sibuk, semakin kita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berdoa dan refleksi. Dan kita harus berkomitmen melakukan ini karena tanpa komitmen kita akan mudah menomorduakan doa dan refleksi dan lebih mementingkan melanjutkan pekerjaan kita. Setelah melakukan doa dan refleksi ini, kita menjadi lebih siap untuk melanjutkan langkah kita.

Hiduplah untuk saat ini dan hormati tradisi tetapi ciptakanlah masa depan

Hidup ini pendek adalah sebuah realita yang diketahui semua orang. Jadi, jangan menghabiskan waktu melakukan hal- hal yang tidak penting menurutmu dan yang mungkin membuatmu menyesal di kemudian hari. Ambil kesempatan yang ada di depan mata karena mungkin kesempatan itu tidak akan datang kedua kali. Jalani harimu seakan-akan itu adalah hari terakhir dalam hidupmu. Pesan Paus Fransiskus, “Dedikasikan dirimu untuk melakukan hal yang sedang kamu lakukan saat ini dan berikan yang terbaik.” Seorang pemimpin yang baik tahu betapa pentingnya masa sekarang dan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik.

Tetapi masa sekarang tidak bisa dipisahkan dari apa yang telah terjadi di masa lampau. Tindakan atau keputusan yang kita ambil sekarang dilandasi oleh apa yang kita alami sebelumnya. Jika kita melupakan masa lalu atau menganggapnya tidak penting, maka kita hanya hidup untuk saat sekarang tanpa ada akar yang kuat dan akan mudah hanyut dalam kebahagiaan atau kenikmatan semu yang sifatnya sementara. Seorang pemimpin yang baik haruslah memiliki fondasi yang kuat sehingga tidak gampang terpengaruh dan berubah-ubah pikiran. Dia juga harus memegang teguh nilai-nilai moral dan berani mempertahankannya. Ini hanya mungkin jika sang pemimpin itu sudah pernah melewati penderitaan atau kesulitan dalam hidupnya di masa lalu. Kita semua tahu bahwa seseorang yang sudah pernah menderita dan berhasil melewatinya akan menjadi pemimpin yang luar biasa.

Apa yang terjadi di masa lalu dan apa yang sedang kita lakukan saat ini haruslah membawa kita ke masa depan. Kita harus mau berubah. Ketika kita bilang kita mau setia pada Tuhan, itu artinya kita bersedia untuk diubah karena Tuhan selalu membawa perubahan bagi orang-orang yang setia pada-Nya. Ketika kita bebas dari hal-hal yang mengikat kita, seperti status, kenyamanan, uang, dsb kita bisa mengambil keputusan dengan lebih obyektif dan benar. Dan kebebasan itu kita gunakan untuk melakukan sesuatu dengan perspektif yang baru dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Seorang pemimpin yang baik berani untuk mencoba dan menerima kegagalan. Ketika kita melakukan suatu hal yang baru di tengah dunia yang selalu berubah ini sudah pasti ada saatnya kita mengalami kegagalan sebelum kita sukses dan kita harus menerima kenyataan ini.

Dan hal terakhir yang bisa kita pelajari adalah perubahan tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja. Inilah mengapa seorang pemimpin harus dapat menginspirasi dan merubah cara berpikir pengikut-pengikutnya sehingga mereka akan membantu mendorong perubahan itu bersama-sama.

Sharing

  1. Sharingkan pengalamanmu ketika kamu dipilih sebagai pemimpin. Apa yang kamu rasakan dan lakukan kemudian? Tantangan terbesar apa yang pernah kamu alami sebagai pemimpin dan bagaimana kamu mengatasinya? (contoh: menjadi pemimpin di kantor, sekolah/kelas, komunitas, atau organisasi lain)
  2. Sharingkan kriteria seorang pemimpin yang ideal menurutmu dan pengalamanmu bekerja di bawah pemimpin yang seperti ini.
  3. Bayangkan kamu diberi kepercayaan untuk merubah sesuatu di tempat kerja/sekolah/komunitas. Perubahan apa yang akan kamu lakukan sebagai seorang pemimpin?

Reference

  • Book “Pope Francis. Why he leads the way he leads? Lessons from the first Jesuit Pope.” by Chris Lowney