Sesi 62 - Week of 28th Feb 2021

Menjadi Seorang Katolik di Tempat Kerja dan Sekolah


Intro

Dalam hidup kita, kita akan menghabiskan kira-kira 90,000 jam untuk bekerja. Ini setara dengan 1⁄3 hidup kita. Namun, masih banyak umat Katolik yang memisahkan waktu mereka untuk bekerja dari waktu mereka menjadi seorang Katolik. “Di rumah dan di gereja, aku dengan taat menjadi orang Katolik. Kalau di tempat kerja (atau sekolah), aku hanya melakukan tugasku saja— tidak perlu pusing memikirkan nilai-nilai Katolik.” Terdengar familiar?

Apakah pekerjaan itu penting?

Sebenarnya apakah bekerja itu penting bagi iman Katolik kita? Apakah Tuhan peduli dengan pekerjaan kita? Apakah kita berada di belakang counter menerima pesanan makanan, memegang papan di pinggir jalan untuk memandu lalu lintas, berjalan mondar-mandir dengan bayi yang terus menangis sepanjang malam, atau melakukan operasi yang rumit untuk menyelamatkan nyawa seseorang, kita semua bekerja. Itu bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Pekerjaan ini penting bagi kita secara pribadi dan masyarakat secara keseluruhan. Tentu Tuhan peduli dengan pekerjaan kita.

Paus Yohanes Paulus II, pada tahun 1981, dalam ensiklik Laborem Exercens (Through Labour) mengingatkan kita bahwa, dari semua ciptaan Tuhan, hanya manusia yang mampu bekerja. Nyatanya, pekerjaan adalah bagian dari umat manusia sejak awal, karena Adam dan Hawa diberi mandat untuk merawat taman Eden dan isinya. Paus Yohanes Paulus II juga mengingatkan kita bahwa pekerjaan itu harus bermartabat, harus mengangkat orang, dan bukannya menindas mereka:

If one wishes to define more clearly the ethical meaning of work, it is this truth that one must particularly keep in mind. Work is a good thing for man— a good thing for his humanity— because through work man not only transforms nature, adapting it to his own needs, but he also achieves fulfilment as a human being and indeed, in a sense, becomes “more a human being”.

… man himself should not experience a lowering of his own dignity. Again, it is well known that it is possible to use work in various ways against man, that it is possible to punish man with the system of forced labour in concentration camps, that work can be made into a means for oppressing man, and that in various ways it is possible to exploit human labour, that is to say the worker. All this pleads in favour of the moral obligation to link industriousness as a virtue with the social order of work, which will enable man to become, in work, “more a human being” and not be degraded by it not only because of the wearing out of his physical strength (which, at least up to a certain point, is inevitable), but especially through damage to the dignity and subjectivity that are proper to him.

Paus Yohanes Paulus II juga menjelaskan bahwa Gereja memiliki kewajiban kepada pekerja, seperti yang tertulis di dalam Laborem Exercens:

The Church considers it her duty to speak out on work from the viewpoint of its human value and of the moral order to which it belongs, and she sees this as one of her important tasks within the service that she renders to the evangelical message as a whole. At the same time she sees it as her particular duty to form a spirituality of work which will help all people to come closer, through work, to God, the Creator and Redeemer, to participate in his salvific plan for man and the world and to deepen their friendship with Christ in their lives by accepting, through faith, a living participation in his threefold mission as Priest, Prophet and King, as the Second Vatican Council so eloquently teaches.

Jadi, Tuhan tidak hanya peduli dengan pekerjaan kita, malah Dia menggunakan pekerjaan untuk mengubah kita secara rohani, memberi kita martabat, dan membantu kita menjadi lebih dekat dengan Dia, yang adalah Sang Pencipta Tertinggi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menunjukkan nilai dan ajaran Katolik kita dalam seluruh aspek kehidupan kita, termasuk di tempat kerja, sekolah, rumah, gereja, tempat umum, dll.

Kesulitan menjadi orang Katolik di tempat kerja/sekolah

Menjadi seorang Katolik di tempat kerja memang tidak mudah. Banyak tantangan, godaan dan juga ketakutan datang menghampiri kita. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa kita terkadang enggan menunjukkan nilai-nilai Katolik kita atau bahkan untuk mengaku bahwa kita adalah seorang Katolik:

  • Sejak usia dini, kita diajarkan untuk memisahkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ini menyebabkan rasa takut membiarkan orang lain melihat diri kita yang otentik dan sejati di tempat kerja.
  • Ketakutan sederhana untuk dihakimi, dikritik atau dikucilkan di tempat kerja membuat banyak dari kita tidak terbuka tentang iman kita.
  • Kurang percaya diri dalam mendiskusikan dan menjelaskan iman Katolik kita kepada orang lain.
  • Keyakinan bahwa menjadi Katolik di tempat kerja membutuhkan pengorbanan yang besar. Contohnya: apabila rekan kerja kita senang bergosip di kantor atau ada banyak “bad politics” di kantor, kita sebagai orang Katolik seharusnya tidak mengikuti kebiasaan buruk tersebut.

Nasihat bagi orang Katolik di tempat kerja/sekolah

Kita semua memiliki situasi kerja yang tidak kita sukai: orang di bilik di sebelah kita yang berbicara tanpa henti, manajer yang tampaknya membenci semua orang yang dipimpinnya, pekerjaan membosankan yang tidak kita sukai, guru yang tidak niat mengajar, dst. Bagaimana kita dapat membawa kehidupan rohani kita ke dalam situasi ini?

Berikut ini beberapa cara praktis yang dapat kita lakukan:

  1. Mulailah hari kita di tempat kerja dengan doa. Ini bisa berupa Saat Teduh atau doa yang lebih sederhana yang meminta agar Tuhan menyertai kita saat kita bekerja dan juga pada saat kita bersama dengan rekan kerja kita.
  2. Bersikaplah terbuka tentang menjadi seorang Katolik. Kita tidak perlu berkhotbah setiap hari, tetapi kita dapat meletakkan kartu doa di bilik kita, menyimpan Alkitab di meja kita atau memakai simbol iman kita. Terbukalah untuk berdiskusi tentang iman kita juga: ketika rekan kerja bertanya mengapa kita tidak makan daging pada hari Jumat, siapkan jawaban.
  3. Tunjukkan kasih Kristus. Kita semua membawa kehidupan pribadi kita ke dalam lingkungan kerja/sekolah kita. Mungkin kita memiliki rekan kerja yang sedang berjuang melawan suatu penyakit atau seseorang sedang mengalami perceraian. Akui secara diam-diam situasi mereka (bukan di depan banyak orang) dan beritahu mereka bahwa kita berdoa untuk mereka. Terlebih lagi, doakan juga teman yang bergosip sepanjang waktu atau manajer/guru yang berperilaku kasar. Tindakan kita harus selalu penuh kasih.
  4. Atur waktu dan ruang kerja/belajar kita dengan baik. Itu berarti ruang kerja/belajar yang rapi dan mengetahui lokasi dokumen atau peralatan kita. Hal ini akan membantu kita untuk fokus bekerja saat kita sedang bekerja. Meskipun sesekali berjalan di sekitar kantor baik untuk tubuh dan pikiran, kita juga perlu memastikan bahwa kita tidak menghabiskan waktu dengan bermain game, mengobrol, atau terlibat dalam aktivitas lain yang “mencuri” waktu dari pekerjaan utama kita.
  5. Bersyukur setiap saat. Beberapa dari kita diberkati untuk memiliki pekerjaan yang menurut kita memuaskan. Sebagian dari kita memiliki pekerjaan yang sulit secara fisik atau emosional. Ada juga dari kita memiliki pekerjaan yang benar-benar tidak kita sukai, tetapi kita harus tetap mengerjakannya demi membawa sesuap nasi ke meja makan kita sehari-hari. Tidak peduli apa pekerjaan kita, ada hal-hal yang bisa kita syukuri. Cari hal-hal itu dan bersyukurlah kepada Tuhan setiap harinya.

Kesimpulan

Tuhan peduli dengan pekerjaan kita karena Dia peduli dengan kita. Kita harus selalu ingat bahwa pekerjaan kita adalah bagian dari rencana Tuhan untuk membantu kita berkembang, terutama dari segi rohani. Memang bekerja tidaklah mudah, apalagi sebagai orang Katolik. Namun, dengan bimbingan Tuhan, kita dapat pelan-pelan mulai menerapkan nilai-nilai ajaran Gereja Katolik saat kita bekerja. Di saat kita melibatkan Tuhan di dalam setiap pekerjaan kita, di sana kita akan merasakan kedamaian dan iman kita semakin bertumbuh di dalam-Nya

Pertanyaan Sharing

  1. Sharingkan pengalaman kalian merasakan sukacita sebagai orang Katolik ketika bekerja (di kantor maupun di sekolah).
  2. Sharingkan pengalaman kalian merasakan kesulitan untuk menerapkan nilai-nilai ajaran Gereja Katolik ketika bekerja (di kantor maupun di sekolah).
  3. Sharingkan hal-hal yang kalian syukuri mengenai pekerjaan/studi kalian saat ini.

Reference