Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 60 – Week of 7 February 2021

Working for Love


Intro

Santo Josemaria Escriva pernah berkata, “Work is born of love; it is a manifestation of love and is directed towards love.” Mungkin kita pernah bertanya-tanya di dalam hati atau bertanya kepada Tuhan: Mengapa saya bekerja? Apakah saya sudah bekerja dengan baik? Apakah yang ingin saya capai dari pekerjaan saya? Lewat pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat menyadari bahwa tujuan hidup kita adalah mengasihi Tuhan, bukanlah “menghasilkan sesuatu”. “Holiness does not consist in doing more difficult things every day, but in doing them every day with greater love.

Pada CG kali ini kita akan belajar dari Santo Josemaria Escriva tentang bekerja, terutama bekerja untuk kasih.

Materi

Banyak orang bekerja, bahkan bekerja sangat keras, tetapi gagal menguduskan pekerjaannya (sanctify their work). Kita bekerja menciptakan sesuatu, membangun sesuatu, menghasilkan sesuatu, mengejar hasil/target/KPI. Ada yang bekerja karena kewajiban, atau karena mendapatkan upah, atau karena mengejar ambisi. Terkadang kita sukses, terkadang kita gagal. Terkadang kita menganggap pekerjaan kita menarik, atau membosankan dan merepotkan. Pekerjaan kita mungkin memberikan kepuasan, namun juga kekuatiran. Beberapa dari kita bekerja sampai kelelahan, sedangkan yang lain menyerah kepada kemalasan dan berusaha menghindari kelelahan dengan segala cara.

Semua sikap di atas memiliki satu kesamaan: semuanya berasal sifat manusia yang terluka akibat dosa, dengan segala konsekuensi dosa. Ini seperti orang yang terperangkap di dalam labirin yang tidak dapat menemukan jalan menuju kebebasan sejati. Jalan menuju kebebasan ini hanya dapat ditemukan dengan mengangkat pandangan kita untuk merenungkan hidup (kontemplasi) dan bekerja dengan terang Tuhan yang melihat kita dari tempat tinggi. Bagi orang Kristiani, pekerjaan lahir dari kasih (work is born of love), pekerjaan adalah manifestasi kasih (work is manifestation of love), dan pekerjaan diarahkan kepada kasih (work is directed towards love).

Work born of love

Akibat dari dosa asal adalah concupiscence (kecenderungan berbuat dosa) yang membuat manusia mencintai sesuatu untuk memuaskan keinginan mereka sendiri. Walaupun mereka bekerja dengan penuh minat dan antusiasme, tujuan mereka adalah untuk memuaskan keinginan mereka sendiri. Pekerjaan anak-anak Tuhan tidak berasal dari cinta yang seperti ini.

Orang Kristiani hendaknya tidak bekerja hanya saat mereka menginginkannya atau ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Karya dan pekerjaan mereka berasal dari kasih yang lebih tinggi yaitu kasih yang secara langsung menghendaki kebaikan orang lain, bukan mencari keuntungan sendiri; kasih yang tidak hanya memberikan sesuatu, tetapi siap memberikan dirinya sendiri (“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” — Yohanes 15:13).

Bagi orang Kristiani, pekerjaan lahir dari cinta kepada Tuhan. Cinta inilah yang membawa kita untuk melakukan kehendak-Nya, dan kita percaya bahwa kehendak Tuhan selalu baik. Tuhan menghendaki bahwa kita bekerja. Bekerja adalah salah satu atribut Tuhan, dan kita manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan. Kita berbagi atribut ini dengan Tuhan, dan kita diperintahkan Tuhan untuk melanjutkan, mengelola, dan menjaga ciptaan-Nya. (“Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” — Kejadian 2:15).

Akan sangat bermanfaat jika kita sering merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini: mengapa kita bekerja? Apakah untuk kasih kepada Tuhan atau kepuasan diri sendiri? Kita mungkin dapat menjawab bahwa kita bekerja karena kebutuhan. Namun, jawaban ini menunjukkan bahwa kita belum merenungkan secara mendalam, bekerja karena kebutuhan bukanlah jawaban akhir.

Kita semua butuh makan supaya kita hidup. Tetapi, untuk apa kita hidup? Kita hidup bagi kemuliaan Tuhan seperti kata Santo Paulus di dalam surat kepada umat di Korintus (1 Kor 10:31). Ini juga alasan mengapa kita makan dan mengapa kita bekerja. Jika kita memeriksa diri kita dengan tulus, dan meminta terang Roh Kudus, kita akan dapat melihat dengan jelas motif utama di balik usaha-usaha dan pekerjaan professional kita. Tuhan akan memberikan kita rahmat untuk memurnikan hati kita sehingga kita dapat menghasilkan buah-buah cinta kasih yang Dia harapkan dari talenta yang telah Dia berikan kepada kita.

Work as an expression of love

Pekerjaan orang Kristiani mengekspresikan cinta kasih. Cinta kepada Tuhan tidak hanya menuntun kita untuk bekerja, tetapi juga menuntun kita untuk bekerja dengan baik dan benar, karena itulah yang Tuhan inginkan. Kita adalah rekan kerja Tuhan, dan pekerjaan manusia benar-benar merupakan partisipasi aktif dalam karya ciptaan Tuhan. Tuhan menciptakan segalanya karena cinta dan ingin semua karya-Nya sempurna. Dia ingin kita belajar dari cara Dia bekerja.

Role model kita yang sempurna adalah Kristus. Kristus melakukan karya-Nya karena cinta kepada Bapa dan kepada kita. Dia mengekspresikan cinta ini dengan kesempurnaan karya yang Dia lakukan. Pekerjaan professional kita dapat menjadi ungkapan cinta kepada Tuhan bila dilakukan dengan baik. Ini tidak berarti bahwa hasilnya pasti positif, tetapi kita berusaha melakukannya sebaik mungkin, menggunakan semua cara yang tersedia dalam keadaan tertentu.

Bekerja bukan hanya masalah memenuhi tugas dan kewajiban. Bekerja adalah untuk mencintai, dan dengan senang hati melakukan tugas dan pengorbanan di dalam pekerjaan kita. Lakukan pekerjaan kita dengan pemahaman bahwa Tuhan melihat dan mengetahuinya. Tuhan peduli dan menganggap pekerjaan kita. Oleh karena itu, pekerjaan kita harus kudus dan berkenan kepada-Nya. Kita tidak hanya melakukan pekerjaan kita sampai ke titik terakhir, tetapi melakukan keseluruhannya dengan kejujuran moral, keadilan, kesetiaan, dan kemuliaan. Maka, pekerjaan kita tidak hanya akan lurus dan kudus, tetapi juga akan menjadi doa.

Di saat seseorang bekerja untuk cinta kepada Tuhan, aktivitas pekerjaannya mengungkapkan cinta ini dalam berbagai bentuk. Orang dapat melihatnya dari sikap mereka dalam pekerjaan: kepeduliaan dengan apa yang dikerjakan, relationship dengan rekan kerja, semangat di dalam pelayanan kerja, keceriaan, dan kesetiaan. Cinta kasih Kristus memancar di dalam aktivitas pekerjaan mereka.

Yesus berkata, “Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan” (Matius 24: 40-41). Mereka mengerjakan hal yang sama, tetapi tidak dengan sikap dan disposisi yang sama: yang seorang berkenan kepada Tuhan, sedangkan yang lain tidak.

Lingkungan sekitar yang tidak mendukung dapat membuat kita lupa bahwa kita dipanggil untuk ambil bagian di dalam kehidupan kekal, dan membuat kita hanya berpikir tentang hasil yang kelihatan saja. Oleh sebab itu, Santo Josemaria menekankan: “Bekerja menghadap Tuhan, tanpa mencari kemuliaan manusia.” Beberapa orang melihat pekerjaan sebagai sarana untuk mendapatkan pengakuan, atau untuk memperoleh kekuasaan atau kekayaan yang memuaskan ambisi pribadi mereka, atau untuk merasakan kebanggaan atas kemampuan mereka sendiri untuk bekerja. Jika disposisi kita adalah bekerja menghadap Tuhan, orang akan melihat kita bekerja untuk cinta kepada Tuhan, bukan untuk kepentingan sendiri.

Jika seseorang gagal untuk mengekspresikan cinta kasih kepada Tuhan, mungkin api cinta itu telah padam. Jika dalam interaksi sehari-hari dengan rekan kerja, orang lain tidak dapat melihat bahwa mereka berinteraksi dengan orang Kristiani dan hanya sekedar orang baik yang dapat diandalkan, mungkin garam kita telah menjadi hambar. Cinta untuk Tuhan itu menular dan berusaha berbagi dengan orang lain sebaik mungkin.

Work directed toward love

Pekerjaan, bila dilakukan untuk cinta dan dengan cinta, adalah pekerjaan yang diarahkan kepada cinta: untuk menumbuhkan cinta di dalam diri orang yang melakukannya. Pertumbuhan kasih ini merupakan inti dari kesucian dan kesempurnaan anak-anak Tuhan sehingga pekerjaan ini juga menguduskan kita.

Menguduskan diri sendiri di dalam pekerjaan berarti membiarkan diri sendiri dikuduskan oleh Roh Kudus, kasih Allah Tritunggal. Hal ini berarti kita bekerja sama dengan-Nya, dan mempraktekkan cinta yang dicurahkan ke dalam hati kita saat kita melakukan tugas-tugas kita. Jika kita patuh pada karya Roh Kudus dan melakukan pekerjaan kita untuk cinta, Roh Kudus sendiri yang akan menguduskan kita. Roh Kudus akan menumbuhkan kasih di dalam diri kita, dan meningkatkan kapasitas kita untuk mencintai.

Pekerjaan yang diarahkan kepada cinta dan pengudusan diri kita juga menyempurnakan kita di dalam Kristus. Bekerja untuk kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama memerlukan kebajikan-kebajikan Kristiani. Pekerjaan professional kita haruslah menjadi arena dimana kita melatih kebajikan-kebajikan: ketekunan, penggunaan waktu yang baik, keuletan dalam menyelesaikan setiap tugas-tugas dengan baik, memperhatikan hal-hal kecil yang merupakan manifestasi dari kasih yang tulus. Praktek kebajikan-kebajikan ini sangat penting jika kita ingin mengubah pekerjaan professional kita menjadi doa and persembahan yang berkenan kepada Tuhan.

Santo Josemaria pernah berkomentar: “I contemplate because I work; and I work because I contemplate.” Mengasihi dan mengenal Tuhan dalam kontemplasi menuntunnya untuk bekerja, dan karenanya dia berkata: saya bekerja karena saya berkontemplasi. Dan bekerja pada gilirannya menjadi sarana pengudusan dan kontemplasi: saya berkontemplasi karena saya bekerja. Upaya melingkar, dari kontemplasi ke kerja dan dari kerja ke kontemplasi, berpusat kepada Kristus yang menarik kita kepada-Nya, dan menarik semua hal bersama-sama dengan kita, sehingga melalui Dia, bersama Dia, dan di dalam Dia, segala kehormatan dan kemuliaan diberikan kepada Allah Bapa dalam kesatuan dengan Roh Kudus.

Realita bahwa pekerjaan anak-anak Tuhan diarahkan kepada cinta, and oleh karenanya menguduskan mereka, menjelaskan mengapa di dalam perspektif kekudusan (yang penting pada akhirnya), kita tidak dapat mengatakan bahwa satu profesi lebih besar atau lebih kecil daripada yang lain. Martabat pekerjaan didasarkan kepada cinta. Semua pekerjaan memiliki kualitas supernatural yang sama, dan semua menjadi hebat jika dilakukan dengan cinta. Yang dianggap hebat dapat menjadi kecil ketika makna hidup Kristiani hilang dari pandangan kita.

Tanpa adanya cinta, pekerjaan kehilangan nilainya di hadapan Tuhan, tidak peduli betapa luar biasa kelihatannya di mata manusia. Seperti kata Santo Paulus di dalam surat pertama kepada umat di Korintus: “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna” (1 Kor 13:2). Kasih memberikan dimensi baru untuk segala yang kita kerjakan.

Sharing

  1. Sharingkan mengapa kamu bekerja? Apakah yang kamu cari di dalam pekerjaanmu? Untuk yang masih sekolah, pekerjaan apakah yang ingin kamu lakukan di masa depan?
  2. Jika semua kebutuhan hidupmu sudah terpenuhi, apakah kamu masih akan tetap bekerja? Jika ya, pekerjaan yang seperti apakah yang kamu lakukan. Jika tidak, mengapa?
    Work is not equal to job. Pekerjaan professional kita dapat berubah, dan kita juga dapat pensiun dari pekerjaan professional kita. Berbeda dengan pekerjaan professional, kerja (work) kita lahir dari kasih, merupakan ekspresi kasih, dan mengarah pada kasih dan kekudusan kita. Selama kita masih mencintai dan berusaha mencapai kekudusan, kita akan terus bekerja sebaik mungkin di dalam kehidupan sehari-hari kita.
  3. Apakah pekerjaanmu merupakan ekspresi cinta kepada Tuhan? Bagaiman rekan kerjamu atau bosmu (teman kerja kelompok atau guru bagi yang masih sekolah) melihatmu di dalam pekerjaan?
  4. Apakah yang dapat kamu lakukan supaya pekerjaan kita membawa kita kepada kekudusan? Sharingkan.

Reference

  1. Working for Love. https://opusdei.org/en/article/working-for-love/
  2. http://cg.amoredio.org/cg-reading/how-should-we-approach-work-as-a-catholic/