Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 24 - Week of 8 Mar 2020

Acedia


Persiapan Fasil:

  1. Baca bahan cg kali ini dan siapkan dengan baik.
  2. Salah satu cara mengatasi acedia di bahan ini adalah meditasi akan hari Tuhan dan meditasiakan kematian kita. Lakukan meditasi ini dan sharing apa yang kamu dapat dari meditasi ini

    saat CG nanti.

  3. Agar dapat memahami bahan ini dengan lebih baik, fasil diharapkan menonton (mendengarkan) youtube referensi bahan ini:
    1. https://www.youtube.com/watch?v=1AHWlZ_ptvc
    2. https://www.youtube.com/watch?v=Wax6Nk5CZqw
  4. Membaca link-link di daftar referensi akan membantumu memahami bahan CG ini.

Intro

Apakah kalian pernah mendengar kata acedia? Apa yang kalian ketahui tentang acedia? Acedia adalah salah satu dosa dari 7 dosa pokok. Bagaimana dengan kemalasan (sloth)? Kita mungkin lebih sering mendengar kata kemalasan (sloth) sebagai salah satu dari 7 dosa pokok. Di CG kali ini kita akan belajar lebih dalam tentang acedia, beda acedia dengan sloth, apa manifestasinya, dan bagaimana kita mengatasi acedia.

Materi

Banyak orang menyebut dan menganggap acedia sebagai kemalasan (sloth). Jika kita mendengar kata kemalasan apa yang kita bayangkan atau pikirkan? Mungkin kita membayangkan seseorang yang tidur-tiduran di sofa sepanjang akhir pekan tanpa mengerjakan apa pun.

Kemalasan sering dihubungkan dengan kebosanan dan acedia. Kebosanan mengacu pada kekosongan jiwa tertentu atau kurangnya gairah (lack of passion); acedia mengacu pada kesedihan yang datang dari keengganan kita untuk mengatasi kesulitan dalam mencapai sesuatu yang baik. Kemalasan lebih umum mengacu pada keengganan dan ketidakniatan kita untuk berusaha (idleness of one who is not inclined to exert himself).

Dalam Pocket Catholic Dictionary Fr. John Hardon, kemalasan didefinisikan sebagai “kelesuan jiwa atau kebosanan karena pengerahan tenaga yang diperlukan untuk kinerja pekerjaan yang baik. Pekerjaan yang baik mungkin merupakan tugas fisik, seperti berjalan; atau latihan mental, seperti menulis; atau tugas spiritual, seperti doa.” Acedia lebih besar dari kemalasan (dengan kata lain kemalasan adalah subset dari acedia). Di dalam kemalasan, orang cenderung tidak melakukan apa-apa (idle), sedangkan acedia juga mencakup orang yang sibuk melakukan banyak hal (namun bukan hal yang harus dia lakukan saat ini).

Di Gereja awal, para pertapa tinggal di padang pasir untuk mencari Tuhan dalam keheningan dan kesunyian, serta penebusan dosa dan doa. Sementara para pertapa ini tinggal dan berdoa di padang pasir, mereka memiliki kejelasan untuk memperhatikan berbagai godaan yang menyerang mereka ketika mereka mengejar Yesus dengan segala yang mereka miliki. Dari pengalaman ini muncullah daftar dosa-dosa pokok yang meliputi kesombongan, murka, iri hati, kerakusan, keserakahan, nafsu dan acedia.

Jika kita sekarang tinggal di padang pasir, kita mungkin tidak akan dihadapkan dengan semua godaan ini. Sebagai contoh, seseorang mungkin memiliki temperamen untuk berperang dengan keserakahan tetapi tidak dengan nafsu. Orang lain mungkin bergulat dengan kesombongan tetapi bebas dari murka. Tapi satu godaan yang dikatakan para pertapa ini menyerang semua orang yaitu acedia.

Kebanyakan orang mengaitkan acedia dengan kemalasan, tetapi acedia jauh lebih licik daripada sekadar menghindari pekerjaan. Bahkan, mereka yang sangat sibuk sering kali dapat menderita acedia. Acedia bukanlah menghindari kerja; acedia adalah menghindari pekerjaan yang harus dilakukan saat ini. Acedia berasal dari bahasa Yunani akèdia yang berarti “lack of care”.

Para pertapa di padang pasir menyebut acedia “the noon-day devil.” Alasannya sangat sederhana: acedia menyerang pada siang hari. Bayangkan Anda tinggal di padang pasir. Dari pukul 10 pagi hingga 2 siang matahari akan tampak seperti melayang di langit, tidak bergerak dan tak terhindarkan. Kesegaran pagi telah berlalu, dan sejuk dan tenangnya malam belum tiba. Yang bisa dilakukan adalah duduk di gubuk dan berdoa (atau tugas apa pun yang dilakukan oleh pertapa). Perasaan tidak puas yang mendalam akan mulai muncul di pikiran orang tersebut, dengan alasan bahwa mereka harus melakukan sesuatu yang lain.

Sama seperti kita sekarang, terkadang muncul godaan untuk melakukan hal-hal yang lain. Bahkan hal-hal yang baik seperti: menyebarkan Injil atau melayani orang miskin. Terlepas dari apapun godaan itu, itu adalah godaan untuk meninggalkan komitmen kita, “meninggalkan gubuk kita”, dan melakukan sesuatu yang lain, yang tidak seharusnya kita lakukan saat itu.

Dom Jean-Charles Nault di dalam bukunya The Noonday Devil: Acedia, the Unnamed Evil of Our Times meringkas dosa ini:

On the one hand, acedia is a sin against the joy that springs from charity; it is sadness about what ought to gladden us most: participation in the very life of God. On the other hand, acedia is a sin against charity when it crushes or paralyzes activity, because then it affects the deepest motive force of activity, namely, charity, the participation of the Holy Spirit. (p. 80)

Jadi acedia melumpuhkan kita dari aktivitas yang seharusnya kita lakukan saat ini. Dosa ini merampas sukacita yang muncul dari cinta kasih, dari partisipasi kita dalam karya kasih Tuhan. Acedia yang merajalela tidak hanya mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai anak-anak Allah, tetapi juga semua orang di sekitar kita.

St Thomas Aquinas menyebutkan ada dua bagian acedia:

Sadness about spiritual good

Manusia dapat sedih di hadapan Tuhan karena kita harus meninggalkan hal-hal kedagingan yang terbatas yang mudah dan dapat dicapai dengan segera untuk ultimate good di dalam Tuhan di surga.

A sluggishness

Kelesuan yang mencegah kita untuk memenuhi dan menyelesaikan aktivitas kita (bringing acts to their fulfilment). Kita menjadi lumpuh untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik, menjadi tidak peduli untuk mengasihi sesama, dan akhirnya kasih menjadi mati di dalam hidup kita.

 

St Thomas juga menyebutkan bahwa acedia menghasilkan buah membuat kita kabur dari apapun yang membuat kita sedih, mencari pelarian sebagai kompensasi. Kita menjadi mudah irritated dengan orang-orang di sekitar kita. Kita menjadi struggle dengan spiritual good, mencari unlawful things. Dan akhirnya kita menjadi putus asa (despair).

Lima manifestasi utama acedia

Interior instability

Tidak bisa diam, mudah bosan, berusaha mencari distraction. Contohnya: selalu cek facebook setiap menunggu traffic light

Exaggerated concern about our health

Sebagai bait Roh kudus, kita seharusnya menghormati tubuh kita, bukannya terlalu terobsesi terhadap ‘citra tubuh’. Obsesi berlebihan dapat menyebabkan ketidak teraturan. Contohnya: olah raga berlebihan sehingga mengabaikan hal yang lain, diet berlebihan sehingga tidak punya cukup tenaga melakukan aktivitas sehari-hari.

Aversion to manual work

Menghindari melakukan hal-hal sederhana. Misalnya: kemalasan untuk membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan sebagainya.

Minimalism in our spiritual life and the duties of our state of life

Membuat kita hanya melakukan yang paling minimal (sebatas untuk memenuhi persyaratan minimum), dan melakukannya dengan tidak sepenuh hati.

Discouragement and abandonment of your vocation

Meninggalkan panggilan hidup kita di dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

Ada banyak cara menghadapi acedia. Berikut ini beberapa cara menghadapi acedia

Return to God. Healing comes from God. Remember to keep holy the Lord’s Day.

Jika kita hanya memandang kewajiban hari Minggu secara minimal dan sebagai beban (seperti manifestasi nomor 4 di atas), kita kehilangan intinya. Misa Minggu adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani kita selama seminggu, seluruh Hari Tuhan harus disisihkan untuk Tuhan dan keluarga. Meditasi akan hari Tuhan akan membantu kita memahami karya dan rencana Tuhan bagi kita.

Take stock of our schedule

Waktu adalah salah satu komoditas kita yang paling berharga, dan kita harus menghabiskannya dengan cara yang mencerminkan nilai dan prioritas kita. Memprioritaskan Hari Tuhan adalah langkah pertama dan terpenting. Namun, kita masih memiliki enam hari untuk diatur dengan benar. Jika dianalogikan seperti memasak, iman, keluarga, pekerjaan, dan kegiatan lainnya adalah seperti bahan yang perlu ditambahkan pada waktu yang tepat dan dalam ukuran yang tepat untuk membuat hidangan yang lezat. Jika kami tidak meluangkan waktu untuk membaca dan mengikuti resep, bahan-bahannya tidak akan menyatu seperti yang kita inginkan.

Itulah mengapa sangat penting bagi individu, pasangan, keluarga, dan komunitas untuk meluangkan waktu untuk mengidentifikasi prioritas dan komitmen mereka dan menjadwalkan hari mereka sesuai dengan prioritas tersebut. Bagi kita yang cenderung malas, jadwal akan membuat kita bertugas untuk memastikan kita memenuhi kewajiban kita. Bagi kita yang cenderung ke arah workaholic, jadwal akan memastikan bahwa kita menyediakan waktu untuk berdoa, membaca untuk anak-anak, atau prioritas lain yang mungkin dikesampingkan jika kita tidak waspada.

Mengolah dan menumbuhkan kebajikan (cultivate virtue)

Cara terbaik untuk menghindari dosa adalah dengan mengganti dan mengisinya dengan kebajikan. Kebajikan yang berhubungan dengan acedia adalah ketekunan. Ketekunan adalah kebajikan yang memberitahu kita untuk memenuhi kewajiban kita dalam hidup, bahkan pada saat kelelahan. Sering kali orang ingin lari dari masalah dan dari kewajiban. Diperlukan ketekunan untuk tetap setia melakukan kewajiban kita, termasuk pekerjaan, tanggung jawab terhadap keluarga, negara, komunitas dan Gereja.

Perseverance in work

Janganlah mudah menyerah. Walaupun sering kali kita lemah dan jatuh ke dalam acedia ini, kita segera kembali hal yang kita harus kerjakan dan selesaikan saat ini. Set a measure for your task and don’t let up until you complete it.

Meditation on our death

Setiap hari kita dapat melakukan meditasi akan kematian kita. Kita dapat bertanya saat akhir hidup kita, ke manakah kita akan pergi? Meditasi ini membantu mengingatkan kita akan hal-hal terpenting di dalam hidup kita.

Increasing our faithfulness to our routine and daily life

Tidak ada obat yang ampuh untuk mengatasi acedia selain kesetiaan kita di dalam rutinitas kita sehari-hari. Acedia menarik kita dari kenyataan saat ini dengan berbagai macam hal (yang mungkin baik dan menyenangkan). Mari kita mohon rahmat Tuhan agar kita tetap setia dengan tanggung jawab kita dan tidak lari dari panggilan dan tanggung jawab kita saat ini.

Pertanyaan Sharing

  1. Fasil memulai sharing dengan pengalaman dalam mempersiapkan bahan ini dan saat meditasi yang dilakukan.
  2. Dari lima manifestasi acedia, manifestasi manakah yang kamu sering hadapi. Sharingkan.
  3. Sharingkan tips yang dapat kamu bagikan atau salah satu dari enam cara menghadapi acedia.

Referensi