Sesi 25 - Week of 22 Mar 2020

Mazmur 51 Seruan Memohon Pengampunan


Pengantar

Mzm 51 mengungkapkan pengakuan dosa Daud setelah nabi Natan menegur dia karena perzinaannya dengan Batsyeba dan pembunuhan yang diperbuatnya atas Uria. Peristiwa ini merupakan noda terbesar yang mencemari karakter Daud. Dalam 1 Raja-raja 15:5 dikatakan bahwa “dia tidak menyimpang dari segala yang diperintahkan-Nya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.”

Dalam kitab Mazmur, ada 7 mazmur pengakuan dosa dan Mazmur 51 dikatakan yang paling indah. Lewat mazmur ini kita diajak untuk belajar tentang kesadaran seseorang akan dosa dan keinginannya untuk memohon ampun.

Mari kita renungkan bersama Mazmur 51:1-19

51: 1

Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!

51: 2

Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!

51: 3

Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.

51: 4

Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.

51: 5

Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.

51: 6

Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.

51: 7

Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!

51: 8

Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!

51: 9

Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!

51: 10

Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!

51: 11

Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!

51: 12

Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!

51: 13

Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.

51: 14

Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu!

51: 15

Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji-pujian kepada-Mu!

51: 16

Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya.

51: 17

Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

51: 18

Lakukanlah kebaikan kepada Sion menurut kerelaan hati-Mu bangunkanlah tembok-tembok Yerusalem!

51: 19

Maka Engkau akan berkenan kepada korban yang benar, korban bakaran dan korban yang terbakar seluruhnya; maka orang akan mengorbankan lembu jantan di atas mezbah-Mu.

Refleksi

Daud meminta belas kasihan Tuhan karena ia tahu bahwa ia telah berdosa. Ia sadar bahwa hanya Allah yang dapat menghapus dosanya. Walau Daud juga bersalah kepada Uria, suami Batsyeba, tetapi ia mengerti bahwa yang terutama ia berdosa kepada Allah. Dialah yang ditentang dan kebenaran-Nyalah yang disangkal dengan dosa yang Daud buat dengan sengaja. Daud sadar bahwa ia memang mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa (concupiscence). Sebab itu ia rela menerima hukuman dari Allah yang adalah adil. Daud kemudian memohon supaya Allah membasuh dia dan meminta supaya hatinya ditahirkan dan batinnya diperbaharui.

Perkataan Daud agar Allah tidak mengambil Roh-Nya yang kudus dari dirinya merupakan permohonan supaya Allah jangan menolak dia menjadi raja seperti yang telah Allah lakukan pada Saul. Untuk itu Daud berjanji akan mengajarkan jalan Tuhan kepada orang-orang lain untuk membawa mereka ke dalam pertobatan setelah Allah memulihkannya. Ia kemudian memohon supaya Allah melepaskan dia dari hutang darah tersebut. Daud sadar bahwa bukan darah kambing dan domba yang menghapuskan dosanya, tetapi hanya Allah yang dapat menghapuskan dosa jika ia datang kepada Allah dengan hati yang hancur.

Perhatikan bahwa mazmur ini digubah oleh seorang percaya yang dengan sengaja berbuat dosa yang begitu hebat terhadap Allah sehingga ia dipisahkan dari kehidupan dan kehadiran Allah. Daud mungkin menggubah mazmur ini setelah ia bertobat dan Natan menyatakan pengampunan Allah baginya. Daud memohon dengan sungguh-sunggguh agar keselamatan, kemurnian, kehadiran Allah, kekuatan rohani, serta sukacita dipulihkan sepenuhnya. Pertobatan Daud dari dosa yang begitu mengerikan dan pengampunan Allah yang begitu ajaib menunjukkan bahwa tidak ada dosa apapun yang dapat memisahkan umat Allah dari kasih Allah jika ia sungguh-sungguh bertobat.

Apa yang dapat kita pelajari dari pertobatan Daud

Kasihanilah aku, ya Allah. Pemazmur tidak menyatakan dirinya tidak bersalah. Dia juga tidak mengalihkan kesalahan kepada siapa pun. Karena mengerti dirinya tidak pantas mendapat pengampunan, pertama dia memohon dikasihani berdasarkan kasih setia Allah. Sejalan dengan belas kasihan tersebut, dia meminta agar pelanggarannya dihapuskan dan kesalahannya dibersihkan. Meskipun Daud menulis mazmur ini berdasarkan sebuah peristiwa yang sangat khusus, namun mazmur ini dapat digunakan secara umum seperti halnya mazmur-mazmur Daud yang lain.

Lalu apa yang dapat kita pelajari dari Daud?

Mengakui dosanya

Siapa saja yang dituduh oleh hati nuraninya telah melakukan dosa yang berat harus berulang-ulang mendoakan mazmur ini dengan iman kepada Yesus Kristus, Sang Pengantara. Bukan itu saja, meskipun kita tidak bersalah dalam hal perzinahan, pembunuhan atau kejahatan besar lain yang sejenisnya, dengan menyanyikan dan berdoa menurut mazmur ini kita dapat memohon pengampunan untuk kesalahan yang lain. Apabila kita melakukannya dengan sikap hati yang tepat, maka melalui Kristus kita akan memperoleh rahmat pengampunan dan anugerah tepat pada waktunya.

Dengan sungguh-sungguh berdoa memohon pengampunan atas dosanya

Dosa yang diratapi Daud dalam mazmur ini adalah kebodohan dan kejahatan yang telah dilakukannya dengan istri sesamanya. Perbuatan asusila yang dilakukannya dengan Batsyeba merupakan jalan masuk bagi semua dosa lain yang selanjutnya. Dosa Daud ini dicatat sebagai peringatan bagi semua orang, agar siapa saja yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, perlu berhati-hati supaya tidak jatuh.

Pertobatan yang diungkapkannya dalam mazmur ini dipicu oleh pelayanan Natan yang diutus Allah untuk menyadarkan Daud setelah ia tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyesal dan berdukacita akibat perbuatannya. Meskipun Allah membiarkan umat-Nya jatuh ke dalam dosa dan berkubang di dalamnya selama beberapa waktu, dengan suatu cara Dia akan mempertobatkan mereka, membawa mereka kembali kepada-Nya dan

menyehatkan kembali akal budi mereka. Dalam hal ini, Dia menggunakan pelayanan perkataan, namun Dia tidak terikat pada cara tersebut. Siapa yang sudah jatuh dalam pelanggaran apa saja harus menganggap sebuah teguran yang tulus sebagai kebaikan tertinggi yang dapat dilakukan baginya, dan seorang penegur yang bijak harus dianggapnya sebagai sahabat terbaik.

Mohon agar nuraninya merasa sejahtera dan diberi anugerah untuk pergi dan tidak berbuat dosa lagi

Daud, yang telah disadarkan atas dosanya, mencurahkan isi hatinya kepada Allah melalui doa untuk memohon belas kasihan dan anugerah. Karena dosanya telah diketahui secara luas, Daud ingin agar pertobatannya juga diketahui oleh khalayak umum. Siapa yang sungguh-sungguh bertobat dari dosa-dosanya, tidak akan malu mengakui pertobatannya. Dia tidak mengusulkan untuk menimbang perbuatan jahatnya dengan perbuatan baiknya, atau berpikir bahwa semua pelayanannya bisa menebus pelanggarannya. Dia justru lari memohon belas kasihan Allah yang tak terbatas, dan hanya bergantung pada rahmat-Nya itu untuk memperoleh pengampunan dan damai sejahtera.

Daud mengakui asal mula kejahatannya: “Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan”. Hal yang dimaksudkan dia adalah dosa asal. Daud tidak menjadikan ini alasan untuk berbuat dosa melainkan menyuruh dirinya sendiri untuk menyadari kelemahannya ini dan tidak sembarangan bermain-main dengan godaan sehingga dosa tersebut bisa dicegah. Kepala yang jernih (kebijaksanaan) dan hati yang sehat (ketulusan) menunjukkan bahwa manusia kepunyaan Allah diciptakan sempurna adanya. Kalau kita memanfaatkan anugerah yang telah Tuhan berikan, maka kita akan tetap bersih.

Mohon agar bebas mendekat kepada Allah dan berjanji akan berbuat semampunya demi kebaikan jiwa-jiwa yang lain dan demi kemuliaan Allah

Dosa membuat kita cemar, menghalangi kita untuk bersekutu dengan Allah dan membuat kita merasa tidak nyaman dengan diri kita sendiri. Ketika Allah mengampuni kita, Dia membersihkan kita dari dosa supaya kita berkenan di hadapan-Nya, merasa nyaman dengan diri kita sendiri, dan bebas menghampiri-Nya. Sejak awal ketika Daud menyatakan pertobatannya, Natan telah meyakinkannya bahwa dosanya telah diampuni. Namun demikian, Daud tetap berdoa: “Bersihkanlah aku, tahirkanlah aku, hapuskanlah pelanggaranku” (ayat 2). Demikianlah, semua petobat yang sejati akan membenarkan Allah dengan mempersalahkan diri mereka sendiri.

Daud menjadi berbesar hati dalam pertobatannya untuk berharap bahwa Allah mau menerima dirinya karena Daud meyakini bahwa pertobatannya jujur di hadapan Allah. Dia berharap agar Allah memampukannya untuk menepati janjinya dan agar di dalam batinnya Allah memberitahukan hikmat kepadanya untuk mengenali dan menghindari rancangan si penggoda di lain waktu. Di mana ada kebenaran, di situ Allah akan memberikan hikmat. Siapa yang berusaha melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh akan diajar tentang tugasnya.

Kesimpulan

Sebaiknya kita mengakui dosa kita secara terperinci, supaya kita bisa lebih jelas dalam memohonkan pengampunan, dan dengan begitu kita bisa lebih terhibur pula. Kita harus merenungkan sumber-sumber khusus penyebab dosa-dosa kelemahan kita serta keadaan-keadaan khusus yang memicu dosa-dosa besar kita.

Tidak mudah bagi kita untuk menerima teguran dari orang lain. Seringkali kita menjadi marah, tersinggung atau merasa direndahkan ketika orang lain menegur dan mengingatkan kesalahan yang telah kita perbuat. Ada teguran yang mendidik yang membuat seseorang sadar akan kesalahannya, namun ada pula teguran yang justru mematahkan semangat. Teguran yang bertujuan untuk mendidik dan meluruskan jalan yang bengkok adalah yang sesuai dengan firman Tuhan, seperti teguran Natan terhadap Daud.

Setelah jatuh, Daud tidak membiarkan dirinya terpuruk, tetapi bangkit kembali sekalipun harus membayar harga yang sangat mahal. Daud beroleh pengampunan dari Tuhan karena memiliki hati yang tulus dan jujur mengakui dosa- dosanya di hadapan seluruh rakyat dan tidak takut dipermalukan oleh manusia. Pertobatan menghasilkan pemulihan dan urapan yang baru.

Asal kita mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, siap ditegur dan bertobat dengan sungguh, Tuhan pasti akan memulihkan keadaan kita!

 

Sharing

  1. Apakah yang kamu rasakan ketika kamu sadar bahwa kamu telah melakukan suatu kesalahan besar? Sharingkan apa yang kamu lakukan kemudian.
  2. Sharingkan pengalamanmu mendapatkan teguran atas kesalahan yang telah kamu lakukan. Apa perasaanmu saat itu dan bagaimana kamu merespon teguran tersebut?
  3. Daud berjanji setelah dosanya diampuni dia akan membawa orang-orang lain untuk bertobat. Sharingkan pengalamanmu membantu orang lain menyadari dosanya atau memberikan nasehat supaya orang lain tidak jatuh dalam dosa.