Sesi 43 - Week of 25 Sep 2022

Taboo


Intro

“Ati2, jangan main2 sama orang yang banyak tato nya deh, itu pasti orang ga bener”
“Eh , jangan dengerin musik rock atau metal, itu musik setan”
“Orang Kristiani itu ga boleh beli toto atau main-main judi, dosa itu”
Dalam kehidupan keseharian kita, sobat-sobat AmoreDio mungkin sering melihat, mendengar, atau merasakan sendiri percakapan di atas mengenai hal-hal yang kesannya bersifat tabu. Nah, bagaimana jawabannya ? Yuk, kita bahas bersama-sama.

Tato

Apabila kita berbicara mengenai tato dengan sahabat seiman, sering kali kita akan bertemu dengan ayat di bawah ini.

Janganlah kamu menggoresi tubuhmu karena orang mati dan janganlah merajah tanda-tanda pada kulitmu; Akulah TUHAN. (Im 19:28)

Bukankah ayat ini melarang umat Kristiani untuk mempunyai tato? Tidak demikian karena hukum ini adalah bagian dari “ceremonial law”. Yaitu hukum yang hanya berlaku untuk umat Yahudi pada saat itu. Di kitab Imamat banyak kita temukan hal-hal seperti ini. Contoh: Janganlah kamu mencukur tepi rambut kepalamu berkeliling dan janganlah engkau merusakkan tepi janggutmu.(Im 19:27)

Apakah itu berarti umat Kristiani tidak boleh memotong rambut dan harus berjenggot? Tentu saja tidak, karena sama seperti yang dikatakan mengenai tato, hukum ini tidaklah lagi berlaku untuk kita. Tidak ada larangan bagi kita untuk mewarnai kulit. Umat Katolik bebas saja menggunakan make-up, menggambar alis, dsb. Begitu pula dengan tato, proses dimana tinta pewarna ada di tubuh kita secara prinsip tidaklah pernah dilarang oleh Gereja.

Pembahasan yang lebih penting adalah:

  1. Gambar dan tulisan apa yang ada di tato tersebut. Gambar dan tulisan yang bersifat amoral, bersifat satanist maupun pornografi jelaslah tidak boleh, karena akan membuat orang yang melihatnya berbuat dosa.
  2. Motivasi untuk membuat tato : Apakah tujuannya hanya untuk gaya? Pelampiasan amarah dan emosi sesaat? Karena tato sifatnya cenderung lebih permanen, keputusan ini harus dipikirkan baik-baik. Walaupun Gereja tidak secara eksplisit melarang tato, bukan berarti kita semua harus memiliki tato.

Sebagai analogi, andaikan tubuh anda adalah sebuah mobil Ferrari yang sudah licin, mengkilat, luar biasa cantiknya karena diciptakan oleh Tuhan sendiri. Apakah bagus bila di mobil itu lalu dipasang banyak stiker-stiker. Mungkin saja tidak.

When God created the human body and soul, He declared it good. Why do we need to improve on what God has already made beautiful? The tattoos also call a great deal of attention to ourselves rather that to God who made us in His image.

Bagaimana dengan tato-tato yang sifatnya religius? Tubuh bukanlah tempat yang tepat untuk menampilkan gambar-gambar atau tulisan rohani. Baiklah kita lebih berfokus pada “tato rohani” dalam hati kita yang menandakan kita sebagai milik Kristus.

Yang lebih penting lagi, walaupun kita tidak memiliki tato atau tidak suka akan tato, kita tidak boleh menghakimi atau berprasangka buruk pada sahabat kita atau orang lain yang memiliki tato. Ingatlah bahwa isi hati dan perbuatan lebih penting dibanding penampakan luarnya saja.

Judi

Teman-teman mungkin pernah membeli tiket lotre ataupun bermain kartu, atau juga iseng taruhan dengan teman akan suatu peristiwa. Ini semua bisa dimasukan dalam kategori judi.

KGK 2413: Main judi (umpamanya main kartu) atau taruhan sebenarnya tidak melanggar keadilan. Tetapi itu tidak dapat dibenarkan secara moral, kalau merugikan seseorang dalam apa, yang ia butuhkan untuk keperluan hidupnya dan keperluan hidup orang lain. Nafsu bermain dapat memperhamba pemain. Mengadakan taruhan yang tidak adil atau menipu dalam permainan adalah kesalahan besar, kecuali kalau kerugian itu begitu minim, sehingga yang dirugikan tidak terlalu menghiraukan sesuai dengan akal sehat.

Seperti yang ditulis dalam KGK di atas, sebenarnya jika dari tindakannya itu sendiri, judi pada dasarnya tidak melanggar keadilan. Tapi seringkali judi itu sudah melibatkan jumlah uang yang besar dan merugikan pihak-pihak yang bermain, terutama yang kalah. Inilah yang biasanya terjadi, dimana orang berjudi lalu kalah dan benar-benar terpuruk sehingga kehilangan rumah, pekerjaan, bahkan keluarganya pun dirugikan.

Judi juga sangat berbahaya apabila disertai dengan nafsu yang membuat orang menjadi kecanduan. Seseorang dapat terjebak pada nafsu berjudi, sehingga sulit melepaskan diri dari kebiasaan yang membahayakan ini, yang pada akhirnya dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai kecenderungan untuk menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih lagi dari sebelumnya. Kecenderungan ini dapat menjerumuskan manusia dalam dosa perjudian, yaitu keterikatan untuk bermain, dan untuk terus mempertaruhkan lebih banyak, karena tidak lagi dapat mengendalikan diri dan memikirkan kebutuhan anggota keluarganya (padahal ada resiko kehilangan uang sejumlah yang ditanamkan/dipertaruhkan, atau malah lebih dari apa yang dimiliki). Jika ini taruhan semacam ini terus dilakukan, maka seseorang jatuh ke dalam keinginan daging, yaitu hawa nafsu dan kepentingan diri sendiri (lih. Gal 5:19-21), dan ini tidak berkenan di hadapan Allah.

Walaupun dikatakan bahwa jika dilakukan dengan kebijaksanaan/prudence dengan syarat- syarat tertentu -maka bermain yang melibatkan pertaruhan masih dapat dibenarkan secara moral- namun sesungguhnya, kita perlu berhati- hati dan sedapat mungkin menghindari permainan- permainan semacam ini. Tidak semua orang dapat mengendalikan diri dan berjudi dengan akal sehat dan hati-hati, oleh sebab itu kita dianjurkan untuk waspada dan menghindari, seperti dikatakan oleh Archbishop William Goh dalam sebuah artikel, It is safer to not play with fire.

Pada akhirnya tidak ada penjudi yang menang dan pasti selalu kalah. Hanya bandar yang menang, karena ia harus membayar karyawan dan pajak serta sewa fasilitas yang ada. St Agustinus mengatakan, “Iblis menciptakan judi.” Mungkin demikian. Ingatlah, sementara Tuhan kita tergantung di salib, para prajurit Romawi melemparkan dadu untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan jubah-Nya; mereka mementingkan hanya kepentingan diri sendiri dan tak menyadari akan kebaikan yang terlebih besar (Yohanes 19:24).

Amsal 13:11 mengatakan, “Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.”

1 Timotius 6:10 memberitahu kita “karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”

Ibrani 13:5 menyerukan, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”

Matius 6:24 mengatakan, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Musik Rock/Metal/Rap

Musik adalah sebuah sarana. Dengan musik, kita dapat mengungkapkan isi hati kita, menghibur orang lain, dan tentu saja untuk memuji Tuhan.

Musik adalah bentuk karya seni dan tidak ada yang salah dengan musik itu sendiri. Akan tetapi musik mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi kesadaran kita. Sesuatu yang kita dengarkan setiap hari dan kita katakan, akan mempengaruhi pikiran kita. Sayangnya kebanyakan lirik dari lagu-lagu rock/metal ataupun pop seringkali berbicara mengenai sex, drugs, hedonisme, kekerasan terhadap wanita, violence, dan kriminalitas.

Cobalah cari lirik dari lagu rock/metal/rap favorit kita di internet, lalu coba bacakan liriknya pada anak kecil ataupun anak kita. Bayangkan apabila anak itu akan melakukan semua yang ada di lirik itu — apakah kita mau? Sekarang bayangkan kata-kata itu didengarkan oleh kita setiap hari, sering tanpa sadar itupun akan mempengaruhi hati dan pola pikir kita.

Musik-musik seperti inilah yang sepatutnya kita hindari. Bukan berarti kita tidak boleh mendengarkan musik seperti yang disebutkan di atas, tapi kita seharusnya mendengarkan lagu-lagu pujian dan doa yang bisa mendekatkan kita pada Tuhan. Music can become a prayer, seperti dikatakan oleh Pope Benedict XVI. Mari kita gunakan musik sebagai sarana untuk membawa orang lebih dekat lagi kepada Tuhan.

Konklusi

Memang masih banyak lagi hal-hal lain yang terkesan tabu, seperti rokok, minuman keras (alkohol), operasi kecantikan, dan lain sebagainya. Gereja Katolik tidak memberikan pandangan secara spesifik dan detail terhadap hal-hal dan kebiasaan-kebiasaan ini. Namun kita sebagai manusia telah diberikan akal budi dan suara hati, bagaimana kita seharusnya bersikap.

“Kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal yang bernilai, yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Kita harus merawatnya dengan cara yang bijaksana dan bersama itu juga memperhatikan kebutuhan orang lain dan kesejahteraan umum. Perawatan kesehatan para warga menuntut bahwa masyarakat ikut membantu menciptakan situasi hidup, sehingga manusia dapat mengembangkan diri dan menjadi matang: pangan dan sandang, perumahan, pelayanan kesehatan, pendidikan dasar, lapangan kerja, dan bantuan sosial.” (KGK, 2289)

“Kebajikan penguasaan diri menjauhkan segala bentuk keterlaluan: tiap penggunaan makanan, minuman, rokok, dan obat-obatan yang berlebihan. Siapa yang dalam keadaan mabuk atau dengan kecepatan tinggi membahayakan keamanan orang lain dan keamanannya sendiri di jalan, di air, atau di udara, membuat dosa besar.” (KGK, 2290)

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”. (1 Kor 6:19-20)

Sharing Questions

  1. Apa pendapat kalian mengenai tato? Apakah kalian memiliki atau ingin memiliki tato? Apa kesan kalian akan orang yang memiliki tato?
  2. Apakah teman-teman pernah melihat efek buruk dari judi baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain? Sharingkanlah!
  3. Ada kah hal-hal tabu lainnya yang kalian ketahui dan apakah kalian mempunyai pengalaman akan hal-hal tabu tersebut? Sharingkanlah!

Reference

  • https://www.catholic.com/magazine/online-edition/what-does-the-church-teach-about-tattoos
  • http://www.ewtn.com/v/experts/showmessage.asp?number=463499
  • http://www.catholicgentleman.net/2014/06/a-marked-man-should-catholics-get-tattoos/
  • https://www.catholic.sg/pastoral-message-online-gambling/
  • http://catholicexchange.com/the-church-and-rock-music