Sesi 1 - Week of 30 Jul 2023

Apologetics: Defending your faith


Intro to Apologetics

Di kehidupan kita sehari-hari, tentu saja kita pernah mengalami perasaan canggung, apalagi jika pengalaman ini disebabkan karena seseorang mempertanyakan sesuatu tentang iman Katolik. Misalnya, “Kenapa salibmu ada Tuhan Yesusnya sih? Katanya Tuhan Yesus sudah bangkit, kok masih ada di salib?. Atau mungkin ada yang bilang “Orang Katolik itu penyembah berhala, liat aja mereka sering berdoa didepan patung dan gambar. Malah banyak orang yang membawa jimat, seperti rosario dan scapular.”

Apakah yang kita lakukan, jika berada di situasi seperti itu? Banyak dari kita hanya bisa tersenyum diam, atau dengan malasnya menghindari dengan memberikan jawaban, “Gak tau deh, tanya aja sama Romo.”

Di dalam sesi kali ini (dan juga sesi-sesi apologetik lainnya), kita mau belajar bagaimana kita bisa menjawab dan dengan rasa penuh HORMAT menjelaskan tentang iman Katolik kita.

The Definition of Apologetics

Apologetik berasal dari suku kata bahasa Yunani kuno “apologia”, yang artinya pembelaan secara formal atas sebuah kepercayaan; atau sebuah penjelasan atau argumen atas sebuah filosofi atau agama. Kata “apologia” dipakai beberapa kali di dalam Perjanjian Baru, termasuk di dalam Injil, dimana kata ini digunakan untuk menjelaskan kebenaran Gereja kepada orang-orang yang tidak percaya.

Salah satu contohnya adalah ketika Paulus yang ditangkap, berdiri di depan tribun di Yerusalem: “Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah, apa yang hendak kukatakan kepadamu sebagai pembelaan diri [apologia].” (Kis 22:1). Contoh lainnya ada di surat Paulus kepada jemaat di Filipi, di mana Paulus menyatakan bahwa salah satu tugasnya adalah mempertahankan Injil (Filipi 1:15).

Tidak terlupa juga, bagaimana St. Petrus menyampaikan pesannya kepada kita melalui suratnya: “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.” (1 Petrus 3:15-16)

Catholic Apology (Apologi Katolik) adalah pembelaan dan penjelasan atas ajaran, kepercayaan dan sikap-sikap gereja Katolik. Tujuannya adalah untuk menghilangkan keragu-raguan, memberikan pencerahan atas kesalahpahaman dan akhirnya untuk memenangkan hati dan jiwa-jiwa untuk Yesus Kristus. Apologetik bertujuan untuk menolong dan menjawab orang-orang, baik Katolik atau non-Katolik, yang bertanya-tanya “Mengapa aku harus menjadi orang Katolik?”. Kita melakukan dan memulai Apologetik melalui pikiran, akal budi, dan akhirnya bisa mencapai hati orang-orang tersebut.

Dalam apologi Katolik, ada dua pertanyaan mendasar yang perlu direnungkan. Pertanyaan mendasar yang pertama adalah: “Mengapa saya harus menjadi seorang Katolik?”. Pertanyaan mendasar lainnya adalah: “Mengapa saya harus percaya Tuhan dan menganut agama?”

Three Divisions of Catholic Apologetics

Dengan demikian, ilmu apologi Katolik bisa menjadi tiga bagian. Pertama, studi tentang agama secara umum dan dasar-dasar kepercayaan teistik; kedua, studi tentang dasar-dasar kepercayaan Kristen; ketiga, studi tentang Gereja yang benar dalam Kristus dan dasar-dasar kepercayaan Katolik.

1. Studi tentang agama secara umum

Apologist menyelidiki tentang sifat agama, universalitasnya, dan kemampuan alami manusia untuk memperoleh gagasan-gagasan keagamaan. Hal ini mengarah pada pemeriksaan dasar-dasar kepercayaan teistik, termasuk pertanyaan-pertanyaan penting tentang (1) keberadaan Pribadi Ilahi, (2) kebebasan kehendak manusia (3) keabadian jiwa manusia dan apa yang terjadi setelah kematian.

2. Studi tentang dasar-dasar kepercayaan Kristen

Setelah membahas konsep wahyu ilahi, apologist melanjutkan dengan membuktikan fakta wahyu-wahyu Kristen, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sumber utama yang digunakan untuk membuktikan tiga fakta wahyu ini adalah Kitab Suci. Di sini, apologist harus membangun argumen berdasarkan studi kritis para ahli kitab suci yang objektif untuk membangun argumen mengenai keaslian dan keandalan Alkitab sebagai karya sejarah.

3. Studi tentang Gereja yang benar dalam Kristus dan dasar-dasar kepercayaan Katolik

Apologetik dalam konteks Katolik tidak berhenti sampai hanya sekadar membuktikan fakta wahyu Kristen. Kekristenan bukan hanya filsafat kehidupan beragama atau sistem kepercayaan individu, tetapi juga memiliki hubungan historis yang tak terpisahkan dalam masyarakat. Oleh karena itu, Apologetik Katolik menambahkan bukti tentang Gereja yang benar dalam Kristus dan identitas Gereja Katolik sebagai kelanjutan yang penting dari fakta wahyu Kristen. Dalam catatan para Rasul, dijelaskan bahwa Gereja Katolik memiliki otoritas tertinggi dari Pendirinya untuk mengajar dan menguduskan umat manusia atas nama-Nya.

Dos and Don’ts of Apologetics

Semua orang Katolik harus mempunyai dasar pengetahuan akan apologetics, karena mereka akan bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan tentang iman Katolik. Ketika hal itu terjadi, mereka harus selalu ingat akan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan dalam konteks Apologetik

Apologetics should remove objections or false ideas about Catholicism

Misalnya ketika ditanya: “Mengapa orang Katolik menyembah Bunda Maria?”. Seorang apologist harus bisa meluruskan kesalahpahaman ini dan menjelaskan bahwa orang Katolik tidak menyembah, tapi menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Allah. Menjelaskan tentang sikap dan kehidupan Bunda Maria dalam hidup Yesus dan kesertaannya dalam Gereja juga bisa membantu menghapus kesalahpahaman tersebut.

Apologetics present reasoned evidence for Catholic doctrine

Doktrin Katolik seperti Trinitas, Inkarnasi dan keberadaan Tuhan dalam Ekaristi, mungkin bukanlah sesuatu yang bisa dibuktikan secara konkrit, karena sifat Tuhan atau Roh-Nya yang tidak terlihat. Tetapi sebuah argumen yang bagus bisa menjadikan doktrin-doktrin tersebut masuk akal dan juga tidak bertentangan dengan logika. Salah satunya adalah contoh yang diberikan St. Thomas Aquinas tentang keberadaan Tuhan. Dalam bukunya “Summa Theologiae”, melalui rumusan “Quinque viae” (Lima jalan (menuju Tuhan)), St. Thomas Aquinas secara logis menjelaskan bahwa lebih masuk akal untuk mempercayai bahwa adanya Pencipta yang maha Kuasa, yang membentuk dan mendesain alam semesta, dibandingkan untuk mempercayai bahwa segala sesuatu tercipta atas dasar ketidaksengajaan belaka.

Apologetics should prepare the heart for conversion through an appeal to the intellect

Kita harus ingat bahwa tujuan apologetik bukan untuk menunjukan kepintaran dan kecerdasan kita, melainkan untuk mengundang sesama kita ke dalam hubungan cinta kasih dalam Tuhan, melalui Yesus Kristus. Di dalam situasi menghadapi orang Protestan yang anti-Katolik, ingatlah selalu kalau tujuan kita adalah memberikan undangan kepada mereka untuk bisa mengalami secara penuh dengan Gereja yang dibentuk Tuhan Yesus sendiri.

Apologetics cannot always demonstrate the truth of the Catholic Faith

Bagaimanapun baik dan hebatnya argumen apologetik, kita harus ingat bahwa argumen tersebut juga mempunyai batasan. Hal seperti transubtansiasi (perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Yesus) tidak bisa dibuktikan secara nyata seperti halnya hukum alam gravitasi misalnya. Seorang apologist harus menaruh hormat dan pengertian terhadap batasan-batasan tersebut. Selalu ingat bahwa iman adalah sebuah anugerah dari Tuhan.

Likewise, apologists cannot force people to believe

Manusia bukanlah mesin yang bisa memproses informasi dan mengubahnya menjadi sebuah keputusan yang sempurna. Seorang apologist yang baik harus bisa menghargai hakekat dan kehendak bebas yang dianugerahkan kepada setiap orang ketika ia berhadapan dengan orang yang mempertanyakan iman katoliknya. Mempertahankan iman bukanlah tentang “memenangkan argumen”, tetapi tentang “mengungkapkan kebenaran”.

Apologists do not win souls – that is the work of the Holy Spirit

Ketika merasakan keberhasilan, seorang apologist bisa mendapatkan godaan untuk sombong dan besar hati. Kita harus selalu ingat, bahwa kerendahan hati amat sangat diperlukan didalam berapologi. Semua argumen dan karya apologetik haruslah berdasarkan kepada anugerah Tuhan melalui Roh Kudus. Oleh karena itu, berdoa dan refleksi diri secara terus menerus menjadi kunci dari aktivitas apologetik.

Sekarang, kita akan coba untuk belajar mempertahankan atau mengenalkan iman Katolik kita dengan baik. Ingat kalau kita harus selalu dengan penuh cinta dan hormat terhadap lawan bicara kita. Gunakan saat ini untuk berlatih dan saling mengkoreksi.

Aktivitas

Di dalam 1 CG, bagilah menjadi 2 kelompok.
Fasil bertugas sebagai lawan bicara semua kelompok. (fasil tidak masuk dalam kelompok) Setiap pertanyaan, tiap kelompok diberi waktu 2-3 menit untuk menyiapkan penjelasan atau argumen mereka. Boleh buka google, chatgpt, alkitab, dll.

Kemudian tiap grup mengungkapkan jawaban mereka. Max 5 menit. Fasil boleh menanyakan hal yang kurang jelas setelah setiap kelompok selesai dengan jawaban mereka. Kelompok diberikan max 1 menit lagi utk menjelaskan.

Questions for discussion

  1. “Kenapa ya kalo misa di Gereja Katolik suka bosenin? Isinya itu itu aja dan kurang kerasa gitu deh, mending ke gereja sebelah lebih seru” (Goal intention: to explain the importance of mass)
  2. “Katanya Tuhan cuma satu, kenapa harus ada Allah Bapa, Putra, Roh Kudus?” (Goal intention: to explain the Trinity doctrine)

Setelah semua kelompok selesai berbicara, refleksikan dan diskusikan manakah penjelasan dan argumen yang paling dapat kita aplikasikan di jaman sekarang ini.

Reference