Sesi 44 - Week of 5th January 2015

Conversion : Journey to the Middle East


Intro

Tema besar di minggu ini dan minggu-minggu berikutnya adalah conversion atau pertobatan. Tentu saja kita sudah banyak mengenal kisah-kisah pertobatan yang begitu indah, baik di perjanjian lama seperti Daud, atau pun juga di perjanjian baru seperti Petrus, Paulus, Zakeus, Maria Magdalena dan masih banyak lagi.

Di sesi CG hari ini, kita mau mengenal sebuah penggalan kisah dari kehidupan Santo Fransiskus Assisi, yang tidak hanya dihormati di Gereja Katolik, tetapi juga seorang tokoh yang dikenal dan dihormati di dalam agama Islam.

“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Lukas 15:7

Sharing :

Ceritakan 1 kisah pertobatan/conversion santo santa atau orang lain yang berkesan bagimu.

Missionary Journey to the Middle East

St. Francis Assisi

Dengan hati yang selalu terbakar oleh cinta akan Tuhan, Fransiskus berkeinginan untuk membawa dan mewartakan kabar gembira Allah kepada semua orang. Dengan resiko akan kehilangan nyawanya, ia tanpa ragu berencana untuk melakukan pewartaan kepada orang-orang yang belum percaya di negara-negara Islam.

Fransiskus mencoba pergi ke Timur Tengah sebanyak 3 kali. Yang pertama, dari pelabuhan Ancona di Italia, ia naik perahu yang akan berlayar ke pantai timur mediterania. Fransiskus ingin menuju ke Siria untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Muslim. Baru saja mereka memulai perjalanan, angin kencang merubah haluan kapal ke arah pantai Dalmatian, arah yang berlawanan dengan tujuan mereka. Perjalanan kapal pun dibatalkan. Fransiskus dan teman seperjalanannya akhirnya harus meninggalkan kapal dan mereka memutuskan untuk kembali pulang.

Kira-kira setahun setelahnya, di tahun 1213, Fransiskus mencoba lagi untuk kedua kalinya. Tujuannya kali ini adalah untuk mewartakan Injil kepada Sheik Miramolino Mohammed al-nasir di Maroko. Perjalanan ini ditempuhnya melalui daratan. Bersama 1 friar yang lain, Fransiskus berjalan dari Italy tengah, melewati Maritime Alps dan menyebrang ke bagian selatan Perancis.

St. Bonaventure menuliskan : Semangat yang membara untuk mewartakan Injil, sering kali membuat kondisi kesehatan Fransiskus memburuk. Setelah melewati perbatasan Spanyol, Fransiskus jatuh sakit. Sepertinya jalan Tuhan yang menuntun Fransiskus untuk kembali pulang ke Italy. Disana ia menggunakan waktunya untuk membimbing dan membina ordo yang baru saja ia dirikan. (OFM)

Di tahun yang sama, Paus Innocent III merencanakan sebuah invasi ke 5 (fifth Crusade) untuk merebut kembali tanah suci dan Yerusalem, yang saat itu dikuasai oleh negara Mesir, dipimpin oleh Sultan al-Malik al-Kamil. Baru di tahun 1217, invasi tersebut terlaksana. Demikian pula, baru di saat tersebut Fransiskus mencoba ke 3 kalinya untuk menuju ke Timur Tengah.

Para sejarahwan dan nara sumber mengakui 1 hal yang sama, bahwa Fransiskus adalah orang yang cinta kedamaian. Ia menentang adanya peperangan. Tidak hanya peperangan di Damietta yang akan kita baca kisahnya sebentar lagi, tetapi ia menentang keseluruhan ide dari invasi tersebut.

The tragic Battle of Damietta

Capture of Damietta by Frisian crusaders

Kota Damietta di Mesir teletak di dekat pantai Mediterania, di dekat muara sungai Nil. Damietta adalah gerbang menuju ke Kairo, sehingga dengan demikian kota ini adalah kota yang amat penting dalam strategi perang.

Di akhir bulan Juli 1219, Fransiskus dan beberapa teman perjalanannya berada di tengah-tengah tentara Crusaders. Para tentara tersebut sudah mengelilingi kota Damietta dan mereka sangat berapi-api untuk melakukan serangan. Dengan berbagai motif, mulai dari keinginan untuk memuliakan Tuhan, sampai dengan keserakahan dan keinginan berperang belaka. Mereka mendapatkan semangat-semangat tersebut dari banyaknya legenda setempat. Legenda mengatakan bahwa di sisi sungai Nil itulah, dimana keranjang berisi bayi Musa ditemukan. Juga di tempat dekat sana, adalah tempat kelahiran prophet Yeremia. Selain itu tersebar pula sebuah buku wahyu setempat yang mengatakan bahwa “kota perairan Mesir akan jatuh ke tangan orang-orang Kristen”.

Pertahanan di Damietta sangatlah penting bagi Mesir. Jika kota ini jatuh, maka Kairo pun akan mudah diserang dan itu akan menjadi keruntuhan bagi negara Mesir. Tentara Crusaders akhirnya akan melakukan serangan lewat darat dan perairan, yang terjadi di tanggal 29 Agustus.

Pada waktu tersebut, Fransiskus sudah tinggal bersama para Crusaders selama kurang lebih sebulan lamanya. Pagi hari sebelum perang akan berlangsung, Fransiskus mendapatkan wahyu bahwa pertarungan tersebut akan berakibat fatal bagi tentara Crusaders. Ia dengan mati-matian berusaha memberi tahu para tentara tentang wahyu yang didapatkan. Tetapi hal tersebut diacuhkan oleh para tentara yang sedang sangat berantusias untuk berperang.

St. Bonaventure dalam tulisannya men-quote Fransiskus : “But if I say that, they will say I am a fool. Andi f I do not say it, my conscience will give me no rest. What do you think I should do?” Teman seperjalanan Fransiskus, bruder Illuminato, menjawab : “Brother, do not worry about being criticized. This will not be the first time you were called a fool. Obey your conscience and have more regard for God that for human beings.”

Fransiskus terus-terusan berusaha memberikan peringatan yang ia dapatkan. Ia bahkan pergi dan bertemu dengan pengantara Paus, Kardinal Pelagius, bersama dengan pimpinan perang tentara Crusaders, John of Brienne, dan para panglima tentara. Tetapi mereka mengacuhkan Fransiskus, bahkan menganggap bahwa adalah sebuah lelucon jika mereka mengikuti nasihat dari orang rendahan seperti Fransiskus.

Pada tanggal 29 Agustus 1219, tentara Kristiani menyerbu tenda-tenda orang Muslim. Hari itu adalah hari perayaan pemenggalan kepala Yohanes pembabtis.

Mengetahui apa yang akan terjadi di pertempuran itu, Fransiskus enggan melihat peperangan itu dengan mata kepala sendiri.

Di hari yang sama, disaat matahari mulai terbenam, tentara Crusaders menyesali kekalahan mereka dengan keputusasaan yang amat besar. Fransiskus pun bersedih, terutama atas hampir punahnya kontigen tentara Spanyol yang juga bagian dari tentara Crusaders. Begitu juga banyak dari tentara Kristiani yang dipenggal oleh musuhnya. Seorang sejarahwan menulis, hari ini Yohanes Pembabtis mendapatkan banyak teman di Surga.

Face to Face with the Sultan

Atas rencana Tuhan yang begitu besar, justru kekalahan tentara Kristiani lah yang memberikan Fransiskus kesempatan untuk mewartakan Injil kepada para Muslim. Sultan al-Malik al-Kamil, salah satu tokoh besar agama Islam di jaman itu, yang juga memimpin pertahanan Damietta, menyadari kalau bala bantuan tentara Crusaders bisa datang kapan saja. Sang sultan juga menyadari kalau tentaranya sedang dilanda kelaparan, terlebih lagi adanya panen gagal di musim itu. Sehingga dengan demikian Sultan al-Malik al-Kamil menawarkan perdamaian sementara selama bulan September 1219.

Mengambil kesempatan masa damai tersebut, Fransiskus langsung meminta Kardinal Pelagius ijin untuk pergi ke tengah-tengah para tentara Islam. Kardinal Pelagius mengkhawatirkan akan keselamatan Fransiskus. Dilaporkan bahwa Sultan al-Kamil pernah berkata : “anyone who brought him the head of a Christian should be awarded with a Byzantine gold piece.”. Kardinal Pelagius menolak ijin Fransiskus berkali-kali. Disinilah tanda kepatuhan Fransiskus kepada Gereja bisa dilihat. Ia bisa saja pergi tanpa harus ijin dari Kardinal Pelagius, tetapi Ia memilih untuk taat. Akhirnya oleh karena keteguhan hati Fransiskus, ia pun memperoleh ijin untuk pergi ke tengah-tengah tentara Islam.

Seperti yang sudah diperkirakan, Fransiskus dan 1 teman perjalanannya, mendapatkan perlakuan kasar oleh para tentara Islam. Mereka tertangkap oleh prajurit Sultan, dihina dan dipukuli. Tetapi keduanya tidak menunjukan rasa takut akan siksaan atau bahkan akan kematian. Ketika mereka ditangkap, mereka hanya berkata “Sultan” terus menerus. Hanya dengan 1 kata itu, mereka berusaha menyampaikan pesan, kalau mereka ingin bertemu dengan sang sultan. Atas kebesaran Tuhan, mereka pun diseret menghadap Sultan al-Kamil.

Sultan al-Kamil pun menanyakan alasan kedatangan ke 2 frater Fransiskan ini. Apakah mereka penyampai pesan oleh bala tentara Crusaders, atau kah mereka ingin meninggalkan kekristenan mereka dan bergabung kepada Islam. (Bruder Illuminato yang menjadi penerjemah Fransiskus) Fransiskus berkata dengan tegas, bahwa ia adalah penyampai pesan, tetapi bukan dari para tentara Kristiani, tetapi dari Tuhan Allah sendiri. Fransiskus kemudian memulai mewartakan kabar gembira Yesus Kristus sang penebus. Point yang penting disini adalah bahwa Fransiskus menyatakan, kalau kekhawatiran dan keiinginan pribadi dia adalah keselamatan jiwa dari sang Sultan sendiri.

Sang Sultan dan para pendampingnya mendengarkan Fransiskus dengan seksama. Mereka pun kagum akan keberanian, entusias dan keteguhan hati Fransiskus. Begitu besarnya kegaguman Sultan al-Kamil, sampai ia meminta untuk bisa mendengarkan pewartaan Fransiskus lebih banyak lagi.

Fransiskus tidak lah menyerang ajaran agama Islam, tetapi dibawah tuntunan roh kudus, ia mewartakan kebenaran akan agama Kristiani. St. Bonaventure menulis, bahwa kegigihan Fransiskus menunjukan apa yang tertulis di dalam Injil : “Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.” Lukas 21:15.

Fransiskus bahkan menyatakan bahwa mereka bisa menunjukan kebeneran agama Kristen kepada para penasihat agama Islam kerajaan. Sultan pun memanggil para “imams” untuk bertemu dengan Fransiskus, tetapi mereka menolak untuk berdiskusi dengan orang Kristen dan meminta supaya ke 2 frater itu dibunuh, sesuai dengan ajaran agama Islam.

Tetapi Sultan al-Kamil yang begitu tergugah akan pewartaan Fransiskus berkata : ” I am going to go counter to what my religious advisors demand and will not cut off your heads … you have risked your own lives in order to save my soul.”

Ke 2 frater Fransiskan itu menjadi tamu Sultan berhari-hari. Sultan al-Kamil juga membantu memberikan pengobatan akan mata Fransiskus yang sakit karena teriknya matahari di Mesir. Penyakit mata ini diderita oleh Fransiskus sampai ia nantinya meninggal.

Trial by Fire

Penuh dengan roh kudus, Fransiskus terus mewartakan Injil kepada sultan dan para pendampingnya. Disuatu ketika Sultan al-Kamil menawarkan sebuah dialog dengan para imam. Kali ini, Fransiskus lah yang menolak. Ia mengatakan “Our faith is greater than human reason. Reason is of no use unless a person believes.” Sebagai gantinya, Fransiskus menantang Sultan al-Kamil akan ajaran mana yang “lebih benar dan lebih kudus”, dengan menyalakan api / membakar dirinya. Hal tersebut juga sekiranya dilakukan kepada para imam. Biarlah kita melihat siapa yang tidak akan terluka oleh api tersebut.

Sang Sultan dengan rendah hati menolak hal ini, mengingat bahwa imam-imamnya tidak akan mau melakukan hal tersebut hanya untuk menunjukan kebenaran agama mereka.

St.Bonaventure menambahkan : bahkan sang Sultan melihat salah satu dari para petua imam-imam itu kabur dengan sembunyi-sembunyi, ketika mendengar usulan Fransiskus tersebut.

Mengetahui bahwa para imam tidak akan mau menjalankan hal ini, Fransiskus mengusulkan biarlah dia sendiri yang masuk kedalam api. Jikalau ia hangus terbakar, anggaplah itu terjadi karena dosanya sendiri. Tetapi jika ia tidak terluka oleh api, para Sultan dan pendampingnya harus mau bertobat dan mengakui Kristus sebagai penyelamat.

Sekali lagi sang Sultan menolak hal tersebut. Ia berkata bahwa ia adalah pempimpin negara Islam di Mesir, Siria dan juga tanah suci. Jika ia berubah haluan ke Kristen, maka akan terjadi kekacauan yang dashyat di Timur Tengah.

Merasa tertantang oleh Fransiskus, Sultan al-Kamil berbalik berusaha dengan cerdik mencobai Fransiskus.

Di suatu ketika, sang Sultan menyuruh pengikutnya untuk menggelar karpet yang mempunyai banyak corak salib. Ia mengatakan kepada pengikutnya, jika Fransiskus datang dan menginjak corak salib di karpet ini, ia akan dituduh menghina ajaran agamanya. Jika ia tidak mau datang melalui karpet ini, ia akan dituduh bersalah karena tidak ramah terhadap si penjamu rumah.

Fransiskus pun dipanggil menghadap Sultan. Tanpa ragu-ragu, Fransiskus menginjak karpet bercorak salib itu. Bruder Illuminato melaporkan bahwa Fransiskus tahu akan keberadaan gambar salib di karpet. Kemudian sang Sultan pun langsung mengecam Fransiskus, karena ia telah menginjak-injak salib yang merupakan tanda penebusan umat Kristen.

Tetapi dengan tenang Fransiskus mengatakan : “Thieves were also crucified with our Lord.” Fransiskus tidak pernah merasa bersalah untuk jalan menginjak gambar salib-salib itu, karena itu bagi dia bukanlah salib Yesus Kristus sang penebus.

Di saat yang lain, Sultan al-Kamil berusaha mencobai Fransiskus lagi. Kali ini sang Sultan menggunakan kalimat dari Injil. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. ” Matius 5:39-40.

Sultan bertanya kepada Fransiskus, mengapa para Crusaders menyerang tanah orang-orang Muslim. Sekali lagi jawaban Fransiskus membuat para pendengarnya terkesima. Fransiskus menjelaskan kalau sang Sultan belum benar-benar memahami kitab suci dan menunjukan kepada Sultan, kata-kata Yesus di ayat sebelumnya :

“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. ” Matius 5:29-30.

Disini Fransiskus mencoba menjelaskan akan siapapun yang berusaha membuat orang-orang Kristen menjauh dari iman dan cintanya akan Tuhan. Ia mengatakan bahwa sang Sultan adalah seperti bola matanya sendiri yang ia cintai. Tetapi jika mata itu menyesatkan, maka baiklah ia dicabut.

Selain itu, menggunakan ayat Matius 5:39-40, sang Sultan sebenarnya menyatakan bahwa orang-orang Muslim telah berbuat kejahatan terlebih dahulu.

Cobaan ke 3 yang dihadapi Fransiskus adalah cobaan material. Dengan penuh rasa hormat dan kagum, sang Sultan mencobai Fransiskus dengan memberikan begitu banyak hadiah dan uang. Sultan al-Kamil bahkan berkata kalau Fransiskus bisa mengambil hadiah ini dan memberikannya kepada para miskin atau menyumbangkannya ke gereja. Tetapi sekali lagi, Fransiskus menolak, dan meyakini sang Sultan, kalau ia hanya tertarik akan keselamatan jiwa-jiwa. Hal tersebut membuat Al-kamil lebih lagi mengagumi Fransiskus.

Deathbed conversion?

Setelah berhari-hari berada di camp Sultan, Fransiskus akhirnya memutuskan kalau ia tidaklah lagi ada kemajuan didalam pewartaannya kepada sang Sultan. Sang Sultan disaat itu sudah berkali-kali menjelaskan bahwa tidaklah mungkin bagi dia untuk menjadi Kristen karena bisa menimbulkan kekacauan dan peperangan antar saudara.

Walaupun Fransiskus tidak menerima uang ataupun hadiah-hadiah dari Sultan, ia kembali tidak dengan tangan kosong. Ia membawa 2 hadiah khusus dari Sultan ke penampungan tentara Crusaders. Barang yang pertama adalah terompet gading. Di terompet ini tertulis “With this …. Saint Francis gathered the people together to hear him preach.” Terompet ini masih tersimpan sebagai inventori di Basilika di Assisi.

Hadiah yang kedua dari sang Sultan adalah stempel tanda jalan (permit of safe-passage) yang bisa digunakan oleh Fransiskus untuk berkelana di dalam daerah kekuasaan sang Sultan dengan aman. Stempel khusus ini atau yang juga dikenal sebagai signaculum adalah tanda pertama yang diakui umat Islam sampai sekarang akan hubungan khusus mereka dengan ordo Fransiskan.

Di dalam “The little Flower of St. Francis” (kompilasi cerita para pendiri ordo Fransiskan) tertulis bahwa setelah Fransiskus menyelesaikan perjalanannya ke Tanah suci, ia mampir dan mengunjungi al-Kamil sebelum kebali ke Itali. Disaat itu ia memberikan sebuah wahyu kepada al-Kamil, bahwa ia akan bertobat dan menjadi Kristen sesaat sebelum sang Sultan meninggal. Hal itu akan terjadi jauh setelah kematian Fransiskus.

Di tahun 1226, Fransiskus meninggal. Kira-kira 12 tahun setelah kematian Fransiskus, ia menampakan diri kepada 2 bruder Fransiskan. Ia menyuruh mereka untuk pergi mengunjungi Sultan al-Kamil untuk membabtis dia. Mengetahui bahwa ajalnya sudah dekat, sang Sultan pun menyuruh ajudannya untuk menunggui pelabuhan. Ia mengatakan, jika ada 2 orang yang mengenakan jubah Fransiskan, tuntun mereka dan bawa mereka langsung menghadap Sultan. Kedua bruder Fransiskan tersebut lah yang akhirnya membabtis sang Sultan.

Meskipun banyak orang di jaman modern ini yang menganggap kisah ini hanyalah fiksi belaka, tetapi tidak bisa dipungkiri begitu banyak sejarah dan bukti-bukti yang terlihat dan tertulis tentang perubahan dalam diri Sultan al-Kamil terhadap umat Kristiani. Mulai dari perdamaian, pembebasan tahanan para Crusaders, hadiah-hadiah yang diberikan kepada Fransiskus, dan masih banyak lagi.

Reference

St. Francis of Assisi and the conversion of the Muslims, The little Flower of St. Francis

Sharing

  1. Sharingkan pengalamanmu hidup bersama dengan orang lain yang berbeda agama. Apakah kamu pernah mencoba membawakan kabar gembira Tuhan kepada mereka?
  2. Sharingkan titik balik kehidupanmu (pertobatanmu) yang membawa kamu kembali kepada jalan Tuhan.

Closing prayer

Lord, make me an instrument of Your peace;
Where there is hatred, let me sow love;
Where there is injury, pardon;
Where there is discord, harmony;
Where there is error, truth;
Where there is doubt, faith;
Where there is despair, hope;
Where there is darkness, light;
And where there is sadness, joy.

O Divine Master, Grant that I may not so much seek
To be consoled as to console;
To be understood as to understand;
To be loved as to love.

For it is in giving that we receive;
It is in pardoning that we are pardoned;
And it is in dying that we are born to eternal life.

Amen.