2015 Sesi 46 Week of 19th Jan 2015 The Road to Damascus


[2015] Sesi 46 – Week of 19 Jan 2015

The Road to Damascus

 

Intro

“Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.”

Galatia 1:13-14.

 

Saulus telah menganiaya banyak orang pada masa gereja awal dan merajam martir pertama yaitu Santo Stephanus. Dalam perjalanan ke Damaskus (Damsyik) itulah dia berencana untuk menangkap lebih banyak lagi orang Kristen, pada masa itulah Saulus mengalami pertobatannya, dan pada akhirnya merubah namanya menjadi Paulus.

 

Untuk bahan ini, kita mau memahami lebih tentang perjalanan pertobatan Santo Paulus dalam “Perjalanan ke Damaskus.”

http://youtu.be/fMFHC1hXbUQ

 

Main Discusson

Ada banyak point-point penting yang kita bisa ambil untuk dipelajari dari Pertobatan Santo Paulus yang relevant dengan kehidupan kita sekarang, yang bisa kita refleksikan:

1.       Pride (and self-sufficiency) goeth before the Fall

Kita diberitahu oleh St Teresa dari Avila bahwa orang yang akan maju dalam kehidupan spiritual harus menghabiskan banyak waktu dalam praktek kerendahan hati. Orang sombong, tidak peduli seberapa murni niatnya, sering dipimpin oleh citra yang terdistorsi akan Kebenaran. Tidak ada bukti bahwa Santo Paulus pernah mendengar Yesus mengajar sebelum penyaliban, tapi seperti begitu banyak orang Abad 1 lainnya, dan semangatnya pada Hukum dan para nabi. Santo Paulus, sebelum pertobatannya, ia tinggal di kegelapan spiritual pada masa itu dan gagal untuk mengenali Yesus sebagai Mesias yang telah lama ditunggu dan yang dijanjikan itu. Apakah ini cocok dengan tindakan Santo Paulus tepatnya, tapi terlalu percaya diri dan terlalu mandiri dapat mengarahkan seseorang menjadi tertutup / buta akan Kebenaran.

2.      True Conversion requires surrender

Banyak kesempatan untuk mengalami pertobatan sejati telah dibatalkan oleh keengganan untuk melepaskan dan menyerah. Bahkan ketika kita tahu kita salah, sudah menjadi sifat manusia yang menyebabkan orang terlalu berpegang teguh pada cara lama dan keinginan manusiawi. Mungkin takut akan kehilangan sesuatu – kontrol, prestise, pengakuan, harta, jabatan, dll? Berapa kali seseorang memasuki bilik pengakuan dosa dan bahkan mengakui segala sesuatunya, namun kemudian berjalan keluar membawa beban berat lama yang sama dari dosa dan kesalahan yang Tuhan ingin kita tinggalkan? Apa pun bentuk yang dibutuhkan, kita harus menyerahkan diri kita dengan sangat kepada Allah sehingga "tidak lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Santo Paulus harus buta untuk bisa melihat. Dia harus menerima bahwa dengan menganiaya orang Kristen, ia telah menganiaya Allahnya sendiri. Dia harus mau belajar lebih banyak lagi dari apa yang sudah dipelajari, bahkan untuk "melupakan" beberapa hal yang ia pegang dengan teguh sebelumnya.

3.      Conversion is not a one-time, past event

Santo Paulus rela dipimpin oleh orang lain ke Damaskus (Damsyik), tempat di mana ia bertemu dan disembuhkan dan dibaptis oleh Ananias. Setelah beberapa kali gagal untuk memberitakan Yesus ke beberapa rumah ibadat setempat, Santo Paulus menyadari bahwa ia perlu mengambil waktu untuk pembentukan dan pertumbuhan dalam kasih karunia, sehingga ia menghabiskan tiga tahun dalam doa dan pertumbuhan dalam kehidupan rohani di Arabia – dan bahkan itu baru permulaan. Pada awal pertobatannya ini tidak menyelesaikan kebutuhannya untuk bertumbuh, itu baru awalnya saja. Dia akan menulis, "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27) Juga tidak membawa berakhirnya penderitaan dan jerih payahnya, "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."(Roma 8:16-17) Pertobatan adalah usaha seumur hidup yang mengharuskan kita untuk "terus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar."

4.      Conversion is a complete turn in another direction

Untuk mengalami pertobatan sejati, kita harus benar-benar jujur dengan Allah dan diri kita sendiri. Tidak bisa setengah-setengah. Tidak ada perbedaan yang lebih jelas daripada perbedaan antara kehidupan Santo Paulus sebelum dan sesudah pertobatannya. Kehidupan baru kita di dalam Kristus harus menjadi prioritas tertinggi dalam pekerjaan hidup kita. Perubahan ini harus melibatkan seluruh hidup kita. Kita tidak bisa hanya setia di Gereja saja dan tidak setia di tempat lain, seperti di rumah, pekerjaan dan kehidupan masyarakat. Itu adalah kebutuhan yang mutlak. Kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan dan kita tidak bisa menjalani kehidupan ganda – tidak jika kita ingin mengikuti Kristus.

 

Semoga Allah yang Baik, "Pemberi semua yang baik", membantu kita untuk membuka pikiran kita dan hati kita semua bahwa ia memanggil kita untuk menjadi dan lakukan dalam hidup ini sehingga bersama-Nya dalam kehidupan yang akan datang. Dan mungkin contoh Santo Paulus dan cerita pertobatannya yang dicatat dalam Kitab Suci mengajar dan mengilhami kita untuk itu.

 

Pertanyaan Sharing:

  1. Apakah kita pernah mengalami kebutaan rohani, dimana kita tidak bisa melihat berkat / kasih Allah yang telah diberikan kepada kita?
  2. Apakah kalian mengalami kesulitan dalam menyerahkan diri seutuhnya kepada tuntunan Allah, mungkin dalam kehidupan sehari-hari, dimana kalian harus melepaskan kebiasaan-kebiasaan buruk untuk bisa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah?
  3. Sharingkan bagaimana pertumbuhan rohani kalian masing-masing!
  4. Apa tindakan yang akan kalian lakukan untuk menjadikan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kalian?

 

Fun Facts:

The Feast of Conversion of Saint Paul of the Apostle is a feast celebrated during the liturgical on January 25.

 

Reference

Article of “Three Conversion Stories from the Bible” by Deacon Michael Bickerstaff

http://www.integratedcatholiclife.org/2014/01/deacon-bickerstaff-three-biblical-conversion-stories/

http://en.wikipedia.org/wiki/Conversion_of_Paul_the_Apostle

 

Closing Prayer:

Prayer to Saint Paul the Apostle

O Glorious Saint Paul, after persecuting the Church you became by God’s grace its most zealous Apostle. To carry the knowledge of Jesus, our divine Savior, to the uttermost parts of the earth you joyfully endured prison, scourgings, stonings, and shipwreck, as well as all manner of persecutions culminating in the shedding of the last drop of your blood for our Lord Jesus Christ. 

Obtain for us the grace to labor strenuously to being the faith to others and to accept any trials and tribulations that may come our way. Help us to be inspired by your Epistles and to partake of your indomitable love for Jesus, so that after we have finished our course we may join you in praising him in heaven for all eternity. Amen.