2013 Sesi 4 Week of 7 Oct 2013 In the footsteps of St Bernadette


In the footsteps of St Bernadette

Intro 

Dalam sesi CG hari ini kita akan melihat kehidupan Santa Bernadete yang dengan segala kekurangannya dan kondisi fisik yang lemah tetap berani berkata “Ya” atas panggilan Tuhan. Karena kesetiaan Bernadetelah maka banyak mukjizat yang terjadi di Lourdes yang sampai saat ini menjadi tempat ziarah yang sangat terkenal. 

Bahan akan dibagi menjadi 3 bagian, kisah awal kehidupan Bernadete, penampakan Bunda Maria dan pesan yang disampaikan kepada Bernadete, dan pelayanan Bernadete sampai akhir hidupnya. 

Main discussion

Awal Kehidupan Bernadete

Bernadete dilahirkan tgl 7 Jan 1844 dalam keluarga Soubirous pemilik pabrik penggilingan gandum. Orang tuanya menikah karena cinta dan memiliki 9 anak (Bernadete yang paling tua). Di awal kehidupannya, Bernadete memiliki hidup yang bahagia dan penuh dengan kasih. Tetapi tidak lama kemudian keluarga Soubirous mulai dilanda musibah, dimulai dengan meninggalnya adik-adik dari Bernadete (hanya 4 dari 9 ber-saudara yang hidup sampai dewasa), Bernadete jatuh sakit (dia menderita sakit asma yang berat), kecelakaan di pabrik yang membuat ayah Bernadete buta sebelah dan revolusi industri yang membuat usaha penggilingan mereka bangkrut. Kemudian mereka diusir dari rumahnya karena tidak mampu lagi membayar sewa. Akhirnya mereka tinggal di satu sel kecil bekas penjara yang kondisinya sangat mengenaskan. Sebuah keluarga yang awalnya berada di posisi atas (terpandang dan berkecukupan) kemudian jatuh ke posisi yang terbawah (miskin dan tidak dianggap). Hanya kekuatan doa dan cinta dalam keluarga ini yang membuat mereka mampu bertahan dan tetap bisa memancarkan kedamaian dan sukacita walaupun hidup serba kekurangan.

Setelah keluarga Soubirous dilanda kemiskinan, Bernadete dikirim ke ibu angkatnya di Bartres untuk bekerja di peternakan. Dia ditugaskan menjaga kawanan domba dan selalu bekerja di lapangan terbuka, menghadapi hujan, badai, salju dan angin kencang. Bernadete berkata “jika Tuhan memang menghendaki ini terjadi, maka kita tidak perlu mengeluh”. Pekerjaan menggembalakan domba ini lah yang mempersiapkan Bernadete untuk membuka hati dan pikirannya kepada kehendak Bapa.

Ibu angkatnya seharusnya mengajarkan katekis kepada Bernadete supaya dia bisa menerima komuni pertama tetapi karena pekerjaan di peternakan begitu banyak hal ini tidak terjadi. Ibu angkatnya memperlakukan dia dengan kasar dan menyebut Bernadete anak yang tidak ada harganya. Akhirnya Bernadete memutuskan kembali ke Lourdes. Keinginan Bernadete yang sangat kuat untuk bertemu dengan Tuhan dalam sakramen Ekaristi itulah yang menjadi motivasi dia meninggalkan jaminan makanannya di peternakan walaupun dia tahu masa depannya tidak jelas menanti di Lourdes dengan kondisi keluarganya yang sudah sangat miskin. 

Pertanyaan: dari 2 pertanyaan di bawah, pilih satu yang paling relevan dengan kisah hidupmu dan sharingkan.

(i) Kejadian yang dialami keluarga Bernadete mungkin pernah kita alami juga. Suatu saat rasanya kita memiliki keluarga yang paling sempurna, tiba-tiba semuanya hancur. Bernadete selalu mengenang saat-saat kecilnya yang bahagia dan ketika kehidupannya mulai susah Bernadete merasakan Tuhan tidak pernah meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Keluarga Bernadete pun tetap tekun berdoa dan tidak membiarkan penderitaan membuat mereka jauh dari Tuhan dan dari satu sama lain. Sharingkan bagaimana kedekatan dengan Tuhan membuat keluargamu berhasil mengatasi kesulitan/musibah yang melanda.

(ii) Seperti Bernadete yang sangat ingin menerima komuni akan tetapi terhalangi karena tidak bisa ikut kelas katekis, terkadang kita pun mempunyai keinginan/kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan Tuhan tetapi tidak kesampaian karena berbagai alasan. Sharingkan 1 peristiwa yang pernah kamu alami dan tindakan apa yang kamu ambil kemudian.  

Pertemuan Bernadate dengan Bunda Maria di Lourdes

Ketika Bernadete yang miskin dan sakit-sakitan pergi ke hutan untuk mencari ranting-ranting kayu yang bisa dijual untuk membeli roti, disanalah dia bertemu dengan Bunda Maria yang tersenyum kepadanya; layaknya Tuhan sendiri yang tersenyum. Penampakan itu terjadi di gua yang disebut “Grotto of Massabielle” atau “batu tua”. 

Penampakan ke-1 (11 Feb 1858): Terdengar suara angin dan sinar terang, kemudian Bernadete melihat seorang Perempuan berpakaian putih dan berikat pinggang biru. Bernadete sangat terpukau kemudian dia langsung membuat tanda salib dan mulai berdoa rosario, sementara perempuan itu diam saja tidak berkata apa-apa.

Ke-2: Karena mendengar panggilan dalam hatinya, Bernadete kembali lagi ke gua untuk memastikan dirinya bukan sedang bermimpi. Dia mulai berdoa rosario lagi sambil memberkati dirinya dengan air suci. Sang Perempuan hanya tersenyum padanya tanpa mengatakan apa-apa.

Ke-3: Bernadete, yang tidak bisa baca dan tulis, meminta sang Perempuan untuk menuliskan namanya. Tetapi Perempuan itu berkata “Tidak perlu”. Lalu Perempuan itu bertanya, “bolehkah aku meminta bantuanmu untuk datang kesini selama 15 hari? Aku berjanji bahwa kebahagian akan terjadi padamu, tidak di dunia ini tetapi di surga.”

Ke-4 sampai ke-7: Bernadete berkunjung ke gua itu setiap hari dan semakin banyak orang yang mengikutinya kesana dan menyaksikan bagaimana muka Bernadete berubah diliputi sukacita dan kedamaian yang sangat. Melalui penampakan ini Bernadete sadar bahwa Tuhan mengasihi dia. Itulah mengapa pada setiap penampakan, muka Bernadete bercahaya seperti disinari oleh suka cita yang sangat besar dalam hatinya.  

Ke-8: Ketika Bernadete sedang berdoa, orang-orang melihat ekspresi mukanya sangat sedih. Ini dikarenakan kata-kata Perempuan itu “Bertobatlah! Berdoalah untuk pertobatan orang-orang berdosa. Ciumlah tanah sebagai penitensi untuk orang-orang berdosa.”

Ke-9: Lebih dari 300 orang berkumpul di depan gua untuk melihat Bernadete. Dia datang berjalan dengan lututnya, memakan rumput, mengorek-ngorek tanah di dalam gua dan mencium tanah. Mereka mengatai dia gila. Bernadete melakukan seperti yang diminta oleh Perempuan itu “Minumlah air dari mata air yang keluar di dalam gua dan basuhlah dirimu disana”. Berdasarkan petunjuk ini, Bernadete menemukan mata air di bagian belakang gua. Awalnya air yang keluar dari sana sangat kotor tetapi semakin lama menjadi semakin jernih sehingga bisa diminum. 

Ke-10 dan ke-11: Bernadete kembali melakukan penitensi dengan meminum air dari gua dan mencium tanah. Orang yang berkerumun disana lebih dari 1000 orang, beberapa ada yang mengikuti tindakan Bernadete, sisanya mencela dia. Mata air ini mengingatkan kita akan sakramen pembaptisan dimana kita menjadi anak-anak Allah. “Tuhan mencintai aku apa adanya. Di matanya aku berharga. Aku adalah anak-Nya dan Dia percaya padaku, walaupun aku punya banyak kelemahan dan kegagalan.”

Ke-12: Tepat tengah malam, sekitar 1500 orang berkumpul di depan gua. Bernadete kembali melakukan penitensi yang sama. Disinilah terjadi mukjizat yang pertama, Catherine Latapie yang lumpuh tangannya memasukkan tangannya itu ke dalam air dan langsung sembuh seketika.

Ke-13: Perempuan itu memberikan misi kepada Bernadete, “Pergilah ke pastor dan katakan untuk datang kemari dalam prosesi dan untuk membangun kapel disini.” Bernadete pergi ke pastor parokinya yang meragukan pesan ini. Pastor bertanya “Siapakah nama Perempuan ini? Dan sebagai bukti mintalah dia untuk membuat bunga-bunga mekar (waktu itu musim dingin).”

Ke-14 dan ke-15: Bernadete masih menunggu tetapi Perempuan itu tidak memberikan jawaban siapakah namanya. Saat itu sudah lebih dari 7000 orang berkumpul disana.

Ke-16: Hari ini adalah Pesta Maria Menerima Kabar Dari Malaikat Gabriel. 3 kali Bernadete menanyakan siapakah nama Perempuan itu dan ketika ditanya untuk ke-4 kalinya Perempuan itu menengadah ke langit dan berkata “Yang Dikandung Tanpa Dosa”. Bernadete tidak mengerti arti kalimat itu tetapi dia berlari ke rumah pastor untuk memberitahukan berita ini. Pastor terkejut dan sangat tersentuh, karena konsep “Maria dikandung tanpa dosa” sudah disahkan menjadi kebenaran iman dalam gereja Katolik 4 tahun sebelumnya oleh Paus Pius IX.

Ke-17: Pada hari Rabu setelah Paskah, Bernadete merasakan dorongan untuk kembali ke gua. Disana dia diam dalam keheningan yang lama, seperti orang yang tidak sadarkan diri, sambil memegang lilin besar yang menyala. Banyak orang berkumpul disana dan melihat api lilin membakar tangan Bernadete tetapi dia tidak terbakar. 

Ke-18 (terakhir): Pemerintah setempat memblokir area sekitar gua karena semakin banyak orang yang ingin datang kesana. Tetapi pada hari ini, bertepatan dengan Pesta Maria Bunda Karmel, Bernadete merasakan dorongan untuk datang ke gua. Disana dia mulai berdoa rosario dan hanya keheningan yang dialaminya, sama seperti penampakan yang pertama. Bernadete melihat Bunda Maria dan berkata “Aku tidak pernah melihat Dia lebih cantik dari sekarang.”   

Setelah penampakan di gua dan mukjizat yang terjadi di sana, pastor paroki melihat bahwa terjadi perubahan pada umatnya, mereka kembali datang ke gereja dan lebih banyak orang yang datang menerima sakramen pengakuan dosa. 

Pertanyaan: dari 2 pertanyaan di bawah, pilih satu yang paling berkesan untukmu dan sharingkan.

(i) Bagian mana dari kisah penampakan di atas yang paling menarik untukmu? Adakah satu peristiwa dalam kisah di atas yang mengingatkanmu akan 1 kejadian yang pernah kamu alami?

(ii) Bernadete adalah seorang gadis miskin, tidak terpelajar dan sakit-sakitan. Banyak orang mencela dia dan memperlakukan dia dengan kasar. Sepertinya dia tidak punya masa depan. Akan tetapi Tuhan justru memilih dia dan mengundang dia untuk ambil bagian dalam misi-Nya. Seperti Maria, Bernadete pun menjawab “Ya” terhadap undangan Tuhan dan dia setia menjalaninya. Sharingkan bagaimana perasaanmu ketika kamu “dipilih” Tuhan (misalnya menjadi CG Leaders atau ketua panitia retret, atau dipilih membawakan PW pas acara CG, dsb) dan apa yang kamu lakukan kemudian.

Akhir Kehidupan Bernadete 

Karena Bernadete miskin dan sakit-sakitan, dia pun akhirnya bersekolah dan tinggal di hospice yang dikelola oleh suster-suster dari ordo Charity of Nevers yang fokus pelayanannya untuk orang sakit dan anak-anak miskin. Disinilah ia mengikuti kelas katekis sehingga akhirnya bisa menerima komuni pertama. Bernadete begitu bahagia setiap menerima Ekaristi, sama bahagianya seperti ketika di gua bersama dengan Bunda Maria. Setelah menjalani proses yang cukup lama (8 tahun), Bernadete pun memutuskan untuk bergabung dengan ordo Charity of Nevers karena dia memiliki keinginan yang kuat untuk melayani orang-orang sakit dan miskin.  

Bulan Juli 1866 Bernadete masuk biara. Dengan penuh keyakinan dia menjalani panggilan hidupnya, hidup dalam kasih Tuhan dan mendedikasikan diri melayani sesama. Setelah mengucapkan kaul, Bernadete menerima misinya yang pertama, yaitu untuk merawat dan mendoakan orang-orang sakit. Walaupun dia sedikit kecewa karena tidak diberikan misi keluar yang lebih menantang tetapi dia tetap menjalaninya dengan penuh kasih. Dia bisa mengasihi orang-orang yang menderita yang dianggapnya sebagai Kristus. Dia tidak jijik merawat orang-orang yang penyakitnya parah dan luka-lukanya mengerikan. Dia memberi semangat pada suster-suster yang lain dan melayani mereka. Akhirnya Bernadete menjadi kepala rumah sakit itu. Para dokter sangat memuji dan yakin pada kemampuan Suster Marie Bernard (nama yang dipilih Bernadete setelah masuk biara). Melalui suka citanya, ketangkasannya, kedalaman imannya, kesederhanaannya, dan kehidupan doanya, Bernadete telah melayani sesamanya walaupun kondisi fisiknya lemah karena sakit asma yang dideritanya.

Yang terberat untuk Bernadete adalah membiarkan suster-suster lain merawat dia ketika sakitnya sudah parah. 2 hari sebelum meninggal, dia berkata misinya sudah selesai “Aku bagaikan biji gandum yang jatuh ke tanah”. Bulan Apr 1979, hari ke-3 setelah Paskah, di usia yang ke-35, Bernadete meninggal dunia. Jenazahnya berusaha dibakar sebanyak tiga kali tetapi setiap kali ditemukan tetap utuh. Sejak Juli 1925 hingga sekarang, tubuh Bernadete yang tetap utuh bisa dilihat di kapel Sisters of Nevers. Tahun 1925 Bernadete di-beatifikasi oleh Paus Pius XI dan tanggal 8 Dec 1933 Bernadete di-kanonisasi menjadi Santa oleh Paus Pius XI juga.  

 

Lihat video berikut yang merangkum kehidupan St Bernadete:

http://www.youtube.com/watch?v=AILIIn0fog8

(durasi 4:13 menit)

Refleksi: Bernadete menjadi Santa bukan karena dia bertemu dengan Maria, tetapi karena dia telah menerima talenta dan kasih yang diberikan Tuhan dan merefleksikannya dalam hidupnya sehari-hari. Karena yakinnya dia akan cinta Tuhan, Bernadete berkata “Tidak ada waktu yang kusia-siakan dengan tidak mencintai”.

Pertanyaan: Sharingkan pengalamanmu merasakan kasih Tuhan yang membuatmu ingin membagikannya kepada orang lain.  

 

Referensi: Booklet “In the footsteps of Bernadette” issued by Association diocesaine de Tarbes et Lourdes 

 

Prayer

Ya Tuhan, Engkau memberikan keinginan di dalam diri Santa Bernadete untuk mencintai siapa saja, khususnya orang miskin, sebagaimana Engkau mencintai mereka. Engkau telah memanggil dia untuk menjadi saksi-Mu, menjadikan hidupnya persembahan bagi kemuliaan nama-Mu. Bukalah hati kami, ya Tuhan, anak-anak muda-Mu, semoga kami boleh meneladani Santa Bernadete dan menjadi terang-Mu bagi siapa saja yang ingin mengikuti panggilan-Mu. Engkau yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin.