Sesi 67 - Week of 11 June 2023

Nabi Yunus


Intro

Nabi Yunus / Jonah mungkin adalah nabi terburuk dan terhebat di dalam perjanjian lama. Terburuk karena ia lari dari Tuhan dan dari tugas yang Tuhan berikan kepada dia. Ia tidak suka dan marah ketika Tuhan mau menyelamatkan orang-orang di kota Niniwe. Tetapi Yunus juga mungkin adalah nabi yang terbaik, karena ia adalah satu-satunya nabi di dalam seluruh alkitab yang menyelesaikan dan memenuhi misinya dan mengconvert semua orang di kota Niniwe, yang adalah musuh dari bangsa Israel saat itu. Tidak ada nabi lain di dalam kitab suci kita yang memiliki kesuksesan seperti nabi Yunus ini.

Latar belakang

Penulis : Jonah, son of Amittai / Yunus, anak Amittai
Tahun penulisan : sekitar 800 – 700 sebelum Masehi

Jonah atau Yunus, yang arti harafiahnya adalah “dove” (merpati), bernubuat di jaman Jeroboam II, raja Israel yang memerintah di tahun 793-753 sebelum Masehi (2 Raja-raja 14:25). Pada saat itu, kerajaan Assyria sedang menekan Israel dari sisi utara dan nantinya akan menyerbu Israel di tahun 722 sebelum Masehi.

Isi kitab Yunus ini adalah lebih kepada kisah seorang nabi, dari pada kisah pernubuatan nabi tersebut. Hal ini berbeda dengan kitab-kitab nabi lain yang kita dapat temukan di perjanjian lama.

Kisah Nabi Yunus

Nonton bersama : Children’s Bible Stories : Jonah (ca. 8 mins)
https://www.youtube.com/watch?v=AewRCJWpxUc

Kisah Nabi Yunus ini dapat kita telaah menjadi 3 bagian singkat.

Bagian pertama : Tuhan memberitahukan Yunus untuk pergi ke kota musuh bangsa Israel, yaitu Niniwe. Yunus diberikan tugas untuk mewartakan pertobatan kepada mereka. Niniwe saat itu dipenuhi oleh orang-orang yang hidup dengan ketidakadilan, peperangan, kekerasan dan kekejaman. Nabi Yunus tetapi tidak mau mengikuti perintah Tuhan tersebut. Ia malah lari ke arah yang berlawanan dari Niniwe dengan naik kapal. Ketika ia berlayar, terjadilah badai yang hebat dan para pelaut di kapal tersebut melemparkan Yunus ke laut. Ia kemudian ditelan oleh ikan yang besar dan berada di dalam perut ikan tersebut selama 3 hari. Yunus kemudian melantunkan kidung puji-pujian dan ikan tersebut melemparkan Yunus keluar dari perutnya.

Bagian kedua : Yunus masuk ke dalam kota Niniwe dan memanggil orang-orang untuk bertobat atas segala kekejaman dan kesalahan mereka. Berbeda dengan ekspektasi Yunus, mereka semua bertobat, termasuk rajanya dan Tuhan kita yang Maha Rahim itu mengampuni mereka.

Bagian ketiga : Yunus mengalami kekesalan yang amat dalam. Ia marah terhadap Tuhan Allah karena Tuhan telah mengampuni musuh-musuhnya. Yunus begitu kesal sampai ia ingin mati saja. Tuhan kemudian berusaha untuk menjelaskan kepada Yunus kenapa Ia mau memberikan pengampunan kepada orang-orang di Niniwe. Yunus tapi masih berkeras kepala.

Apa yang dapat kita ambil dari kisah Nabi Yunus?

“Set out for the great city of Nineveh, and preach against it; their wickedness has come up before me.” Inilah yang Tuhan Allah katakan kepada Yunus dari sejak awal.

Tuhan Allah berbicara kepada kita setiap saat, setiap waktu, tetapi kita sering kali tidak mau mendengarkan suara-Nya. Ketika Tuhan sedih melihat kejahatan orang-orang di Niniwe, Ia tidak berdiam diri, Ia terus memanggil mereka untuk kembali kepada-Nya. Begitu juga dengan kita dan masyarakat dimana kita tinggal sekarang. Ketika kita melihat banyak perusahaan yang lebih mementingkan profit dari pada kesejahteraan pekerjanya, atau ketika orang-orang lebih mementingkan mencari uang dari pada menghabiskan waktu bersama keluarga, dll, Tuhan selalu ada disana dan memanggil setiap diri kita. Tetapi seperti Yunus, kita sering kali malah lari ke arah sebaliknya.

Ingat kalau tugas dan misi yang Tuhan berikan itu selalu melibatkan musuh yang harus kita hadapi. Seperti halnya Musa harus menghadapi Firaun, Yunus menghadapi orang Niniwe, Yesus menghadapi orang Romawi. Pola ini dapat kita amati dan harapkan akan terjadi juga kepada kita, ketika kita diberikan tugas atau misi oleh Tuhan. Tetapi kita harus ingat akan kisah Yunus di atas : Janganlah lari dari Tuhan! Biasakanlah diri kita atas fakta kalau Tuhan punya misi dan tugas untuk setiap diri kita, dan hal tersebut akan membuat kita harus berani menghadapi musuh kita. Singkirkan lah rasa takut, rasa khawatir dan percayakan kekuatan Tuhan.

Seperti halnya Yunus yang mengalami kekesalan kepada Tuhan, kita mungkin juga pernah ada di posisi yang sama. Yunus berdoa, ketika ia menghadapi kesulitan dan hampir berputus asa. Pada saat Yunus lari dengan naik kapal, ia sudah mengira dan tahu kalau Tuhannya akan mengampuni orang-orang Niniwe kalau mereka mau bertobat. Oleh karena ia tidak suka hal tersebut, ia kabur dari panggilannya. Tetapi kita tahu kalau kehendak Tuhan akan selalu terjadi. Ketika Yunus berada di perut ikan, ia berdoa : “Out of my distress I called to God and God answered me from the midst of the nether world I cried for help and you heard my voice … You brought up my life from the pit, O Lord, my God. My prayer reached you. With resounding praise I will offer sacrifice to you.”

Setelah berdoa, kita tahu kalau Yunus pun kembali bergembira dan kemudian berjanji kepada Tuhan untuk percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati. Begitu juga harusnya dengan diri kita, ingatlah kalau Tuhan selalu mendengar doa kita. Panggilah nama Tuhan dan berbicaralah kepadaNya. Jangan berfokus hanya kepada masalah saja, tetapi mulailah selalu dengan berfokus kepada Tuhan. Biarlah Ia turut serta membantu kita dalam segala aspek kehidupan kita.

Di dalam bagian ketiga kisah Yunus diatas, kita melihat bahwa Yunus begitu marah kepada Tuhan. Kenapa? Karena ia benci musuhnya. Yunus mau balas dendam atas orang-orang Niniwe. Ia mau kalau Tuhan menghukum dan menghancurkan mereka. Dalam lubuk hatinya, ia marah karena Tuhan mengampuni orang-orang yang ia benci. Bukan kah hal tersebut juga mungkin mirip dengan sifat kita pribadi? Sering kali kita susah untuk melihat pengampunan jatuh kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Kita mungkin saja dari luarnya selalu terlihat bekerja untuk Tuhan, tetapi hati kita penuh dengan amarah dan dengki. Ini yang kita kenal juga dengan kata “Jonah syndrome”. Kita tidak mau Tuhan yang lembut dan penyayang kepada semua orang. Kita mau Tuhan yang seperti itu untuk diri kita saja, tapi tidak untuk musuh dan orang-orang lain yang tidak kita sukai.

Secara tidak sadar, kita hidup di dalam “our own self-righteousness” dan merasa berhak menghakimi orang atas apa yang salah dan benar. Jadi bagaimanakah supaya kita tidak berperilaku seperti Yunus di situasi ini? Kita harus selalu ingat seperti diatas : Tuhan tidak pernah meninggalkan siapapun. Ia tidak meninggalkan orang Niniwe. Ia tidak juga meninggalkan Yunus yang setelah menyelesaikan misinya, berbalik marah kepada Tuhan.

Kita dapat memulai dengan : “Maafkan aku Tuhan. Aku salah dan Engkau benar. Aku ini egois, penuh kedengkian, marah dan merasa selalu benar. Terima kasih Engkau telah mengampuni musuh-musuhku dan mengampuni diriku.“ Pelajaran yang dapat kita ambil disini adalah kalau kita harus selalu refleksi balik ke dalam diri kita. Mungkin saja kita sibuk dalam „pelayanan“ tetapi hati kita tidak memiliki kedamaian yang sesungguhnya.

Tuhan kita adalah Tuhan yang maha pengampun dan Ia tidak suka kekerasan. Ia bukan Tuhan yang penuh dendam, tapi Tuhan yang penuh cinta kasih.

Pertanyaan Sharing

  1. Pernahkah kita lari dari panggilan atau tugas yang diberikan Tuhan ? Sharingkan!
  2. Belas kasih Tuhan sangatlah besar dan tiada batasnya. Pernahkah kamu berada di situasi dimana kamu merasa tidak layak diampuni karena dosamu yang begitu besar?
  3. Bagaimanakah kamu discern akan panggilan Tuhan terhadap dirimu? Sharingkan!

Reference