Sesi 19 - Week of 6 Feb 2022

Discover True Self-love


Intro

Di dalam gereja Katolik, kita sering mendengar nasihat untuk mengasihi dan melayani sesama kita. Memang ciri dari kasih Kristiani adalah pengorbanan diri seperti yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi yang berbahaya disini adalah pemikiran bahwa seseorang harus selalu menempatkan orang lain sebagai prioritas utama dalam hidupnya sementara dirinya sendiri selalu berada di urutan paling akhir.

Karena mau dianggap sebagai orang Katolik yang baik, seseorang mungkin saja melakukan hal yang ekstrim untuk melayani banyak orang sementara kebutuhannya sendiri terlupakan dan akhirnya membawa keburukan dalam hidupnya (misalnya jatuh sakit, pekerjaan atau keluarga yang terbengkalai, dll). Mencintai diri sendiri secara berlebihan ataupun mengorbankan diri terus-menerus adalah dua titik ekstrim yang sama-sama membawa kehancuran. Hari ini kita mau belajar bagaimana cara mencintai diri dengan benar agar kita bisa mencintai seperti yang Yesus ajarkan.

Apakah kita harus mencintai diri sendiri?

Tentu saja! Santo Thomas Aquinas menulis jawaban ini di dalam karyanya Summa Theologica. Berdasarkan referensi dari Kitab Suci dan pengajaran Aristoteles, Santo Thomas menulis dua alasan kenapa kita harus mengasihi diri sendiri:

Dengan mengasihi diri sendiri, kita dimampukan untuk mencintai orang lain

Perbuatlah kepada orang lain sebagaimana kamu ingin dia perbuat kepada kamu. Setidaknya kita harus mencintai diri sendiri dulu agar kita mengerti bagaimana kita harus bersikap terhadap orang lain. Santo Thomas menulis bahwa mencintai diri sendiri adalah akar atau titik mula mencintai orang lain.

The love with which a man loves himself is the form and root of friendship. For if we have friendship with others it is because we do unto them as we do unto ourselves, hence we read in Ethic. ix, 4,8, that “the origin of friendly relations with others lies in our relations to ourselves.” ST, II-II, q. 25, a. 4

Kita mencintai diri sendiri karena kita mencintai Tuhan

Ketika kita mengatakan bahwa kita mencintai Tuhan, itu juga berarti kita mencintai semua hasil ciptaan-Nya, termasuk diri sendiri. Akan sangat aneh jika kita mencintai alam semesta dan segala isinya tetapi kita tidak mencintai diri kita sendiri.

Among these other things which [man] loves out of charity because they pertain to God, he loves also himself out of charity. ST, II-II, q. 25, a. 4

Apakah ada cara mencintai diri yang salah?

Di zaman modern ini, begitu banyak pemahaman cinta diri yang salah, misalnya selalu menjunjung tinggi diri kita sendiri di atas segalanya, atau hanya mau memiliki positive feeling setiap saat, atau dengan mengumpulkan banyak harta material. Kita diajarkan oleh dunia bahwa kalau kita dapat melakukan hal-hal di atas, berarti kita sudah mencintai diri kita sendiri. Tetapi ini adalah pemahaman yang salah!

Manusia terdiri dari mind, body and soul. “Mind” merujuk kepada mental dan emosi kita. “Body” berfokus pada fisik kita, bagaimana kita menjalankan kebiasaan hidup yang sehat seperti makan, tidur, olah raga, istirahat, dll. Yang terakhir, “Soul” merujuk kepada iman dan spiritualitas kita. Ketiga hal ini haruslah sehat dan seimbang, baru kita dapat memiliki cinta diri yang benar.

Pengertian cinta diri yang benar sangatlah penting bagi umat Kristiani agar dapat mengerti perintah Tuhan untuk mengasihi sesama. Seseorang tidak dapat mencintai orang lain, jika ia tidak sehat secara fisik, emosi, mental dan spiritual. Cinta diri yang benar akan membuat seseorang mengerti akan bahaya kesombongan dan keegoisan.

Akan tetapi kita juga harus berhati-hati akan bahayanya ketika seseorang secara ekstrim memberikan dirinya tanpa melihat kesehatan dirinya sendiri lagi.

Bahaya dari pengorbanan diri yang berlebihan

Banyak orang Katolik yang ingin terlihat bagus dari luar dan dipuji oleh banyak orang tetapi belum tentu mereka ini benar-benar mencintai diri mereka sendiri. Banyak orang yang “mengorbankan diri” mereka untuk orang lain secara tidak sehat. Oleh karena itu mereka sering kali merasa kelelahan (burn-out), bingung mengatur prioritas hidup mereka (misalnya keluarga vs pelayanan) sampai ke tahap depresi.

Melayani Tuhan dengan mencintai orang lain tidak bisa dilakukan tanpa hati yang gembira. Dengan menemukan kembali cinta diri yang benar, kita dapat menghadapi kelelahan (burn-out) yang disebut di atas dan dengan begitu menemukan kembali passion kita seperti saat di awal ketika kita mulai melayani orang lain.

Di dalam ajaran Kristiani, kita sangat terbiasa dengan konsep self-denial (penyangkalan diri) yang artinya melawan keegoisan diri yang membuat kita jadi tidak dapat melayani Tuhan. Jika seseorang terlalu mencintai dirinya sendiri, dia hanya berfokus pada dirinya dan apa yang dia inginkan. Dengan penyangkalan diri, orang tersebut akan lebih memperhatikan kebutuhan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Akan tetapi penyangkalan diri ini jangan sampai membuat kita menelantarkan diri sendiri. Jika ini sampai terjadi, kita telah melanggar perintah Tuhan yang berkata kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.

Tindakan pengorbanan diri haruslah dilakukan dengan bijaksana dan dengan motivasi yang benar. Kasih tidak akan membawa kehancuran, termasuk untuk diri sendiri.

Jadi apa pengertian cinta diri yang benar?

Love is seeing the good and willing the good in the other. Ketika kita mencintai seseorang, kita harus melihat harkat dan martabat mereka, kebaikan mereka, talenta mereka, begitu juga kesalahan dan keburukan mereka. Kita mau yang terbaik untuk mereka, mengasihi mereka, mau supaya mereka bisa terus berkembang dan berhasil. Kita harus menerima mereka apa adanya, mengampuni kesalahan mereka dan selalu berharap hal yang baik untuk mereka.

Begitu juga ketika kita mau mencintai diri kita sendiri. Kita akan melakukan hal-hal sebagai berikut:

– Aku mengerti harkat dan martabat diriku sebagai anak Allah
– Aku mengakui kelemahan dan kelebihanku, talenta dan kekuranganku
– Aku menyayangi diriku, memberi makan pikiran dan tubuhku dengan hal-hal yang baik
– Aku mengampuni diriku sendiri dan menerima pengampunan dari Tuhan
– Aku mengejar kekudusan dengan segenap hatiku, karena aku mengerti bahwa segala sesuatu di dunia ini akan berakhir dan jika aku bisa bersatu dengan Tuhan, ini lah yang akan membuatku bahagia lebih dari apa pun

“The right love of oneself creates a healthy, willing, and moral Christian who is able to turn one’s self-love into a love of others.” Dengan begitu self-love adalah syarat untuk dapat mencintai orang lain.

Ketika kita belajar mencintai diri sendiri, kita dapat melihat bahwa sebenarnya Yesus sudah memberikan semua alat yang kita perlukan untuk dapat melakukan hal tersebut secara benar yang akan kita bahas di bawah.

Bagaimana kita melatih mencintai diri sendiri sebagai seorang Katolik?

Mencintai diri sendiri dengan benar adalah sebuah proses dan pergumulan seumur hidup. Kita mengenali bahwa hal ini tidak akan memberikan hasil yang instan, melainkan dibutuhkan latihan sehari-hari. Cinta terhadap diri sendiri tidak berhenti dengan diri sendiri, cinta tersebut harus dibagikan dengan orang sekitar kita. Yesus tidak hanya mengajarkan kita untuk mencintai diri kita sendiri dan membiarkan kita mencari tahu caranya sendiri. Dia bahkan memberitahu kita dengan tepat apa yang kita butuhkan untuk mencintai diri kita sendiri.

Yesus menetapkan jalan yang sangat berbeda di hadapan kita dibanding nasihat yang sering kita dengar, “think nice thoughts about yourself.” Dia mengajari kita tentang Sabda Bahagia (Beatitudes) dan mempraktikkan nilai2 kebajikan, kerendahhatian, rasa syukur, doa, kemurahan hati dan pengorbanan diri.

Sabda Bahagia (Mat 5:3-10):

  • Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
  • Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
  • Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
  • Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
  • Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
  • Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
  • Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
  • Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Hal-hal ini adalah cara yang benar-benar memungkinkan kita untuk mencintai diri sendiri karena mereka membawa kita kepada Tuhan, yang mengajari kita seperti apa cinta sejati itu. Dengan ini kita tidak perlu membanding-bandingkan diri dengan yang lain dan memungkinkan kita untuk menjadi manusia seutuhnya.

Jadi, apakah kamu sudah mencintai diri sendiri?

  • Ketika kamu duduk dan berdoa, menempatkan diri kamu di hadapan-Nya, kamu sebenarnya sedang mencintai diri sendiri.
  • Ketika kamu mempraktekkan kerendahan hati dan memilih untuk bersyukur daripada membanding-bandingkan, kamu sedang mencintai diri sendiri.
  • Ketika kamu bangun pagi untuk berdoa, membaca buku-buku bagus, mengatasi kebiasaan makan anda, dan berolahraga secara teratur, kamu sedang mencintai diri sendiri.
  • Ketika kamu pergi ke pengakuan dosa bahkan ketika kamu tidak menginginkannya, kamu sedang mencintai diri sendiri.
  • Dan ketika kamu mengikuti perintah Kristus, “pikul salibmu dan ikutilah Aku”, kamu sedang mencintai diri sendiri. “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Roma 8:18)

Selain itu, penting untuk diingat bahwa bahkan Yesus mengambil waktu istirahat selama pelayanan-Nya. Kehidupan spiritual yang sehat mengharuskan kita untuk mencapai keseimbangan antara dan diantara berbagai kewajiban dan kebutuhan pribadi kita. Orang-orang Kristiani yang mengikuti jalan Yesus dapat menemukan ritme kekudusan yang mencakup waktu untuk pelayanan, untuk menarik diri, dan untuk bersantai dalam kebersamaan dengan teman-teman yang menyenangkan.

Kesimpulan

Gereja Katolik tidak melarang untuk mencintai diri sendiri. Hanya saja definisi cinta diri disini bukan sebatas mendapatkan hal-hal yang baik untuk diri kita sendiri. Cinta diri yang sejati justru adalah penerimaan dan penghormatan yang kita berikan untuk diri kita sendiri sebagai anak yang dikasihi oleh Tuhan. Jika kita mempunyai persepsi yang benar tentang diri kita, maka kita akan terbebas dari segala perasaan iri hati, kecewa, dan kekuatiran untuk selalu membandingkan diri dengan orang lain.

Ketika kita dapat mencintai diri kita dengan sungguh-sungguh, kita akan dapat melihat diri kita sebagaimana Tuhan melihat kita: cantik/tampan, tak ternilai dan tak dapat digantikan. Dan ini pada akhirnya membuat kita dapat mencintai orang lain karena mereka bukan lagi dianggap sebagai saingan melainkan saudara kita.

Sharing

  1. Apakah kamu pernah mengalami kesulitan untuk mencintai dirimu? Sharingkan apa yang menyebabkan kamu berpikir demikian dan bagaimana kamu mengatasinya.
  2. Apakah kamu selalu menyempatkan waktu untuk “me-time” ? Sharingkan apa yang kamu lakukan dan apakah hasil atau efek setelah melakukan hal tersebut.
  3. Apakah bagian dari kehidupan kalian sekarang yang berlawanan dengan cinta diri yang kita bahas pada hari ini? Apa rencana yang akan kalian lakukan untuk “memperbaiki” bagian tersebut? Sharingkan!
  4. Setelah membaca bahan di atas, kita mau mempromosikan konsep cinta diri yang benar. Aktivitas – check gallery di hp kalian dan pilih 1 foto yang menurut kalian melambangkan cinta diri yang benar. Kemudian post foto tersebut di IG (bukan IG story ya!) kalian dengan #trueselflove #amoredio dan tag @amoredio.sg. 3 foto yang paling menarik akan mendapatkan hadiah dari Amore Dio. Ada hadiah MENARIK loh!

Referensi