2014 Sesi 15 Week of 10 Mar 2014 Money and Giving


[2014] Sesi 15 – Week of 10 Mar 2014
Money and Giving
 
Intro
Untuk sebagian besar dari kita, hasil kerja keras kita biasanya dihargai dengan sejumlah uang atau gaji. Tentu saja uang bukanlah satu-satunya hasil yang kita dapat, tapi terkadang uang lah selalu yang dilihat sebagai patokan utama. 
 
Kita tentu saja memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan material kita sehari-hari, tetapi apakah uang membawa kebahagiaan? Banyak dari kita pasti menjawab tidak, tetapi di dalam lubuk hati kita, kita tahu kalau wisata ke Maldives di resort bintang 5-all inclusive bisa amat sangat menyenangkan hati kita.
 
Kita selalu ingin kerja keras kita dihargai dengan uang yang lebih. Kita selalu membandingan status kita dengan orang lain, dengan berapa banyak uang yang kita punya. Dan lebih lagi, di zaman modern ini banyak dari kita yang menjadikan financial achievement sebagai cita-cita hidup.
 
Ingatkah kita akan perkataan nabi Hagai? 
„Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!“ (Hagai 1:6)
 
Sharing (self-reflection): Apakah kamu terikat akan uang?
 
 
Main Topics
 
Jesus or money who will be master?
 
Yesus pernah berkata : “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain…“ (Lukas 16:13). Kita tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dan kepada uang. Kata-kata diatas seperti „membenci“, „mengasihi“, „setia“, „mengindahkan“ bukan lah kata-kata komersial, melainkan menunjukan emosional dan hubungan. Jadi yang menjadi pertanyaan adalah : dengan siapakah kita ingin mempunyai hubungan yang erat dan intim? Dengan Tuhan? Atau dengan uang?
 
Sikap finansial kita haruslah ditentukan dengan pilihan antara Tuhan dan uang (manakah yang lebih penting), bukan dengan berapa banyaknya uang yang kita bisa dapat dan miliki. Tentu saja setiap orang perlu motivasi untuk bisa bekerja lebih giat. Kita perlu men-set target dan tujuan kita. Hal penting yang harus kita refleksikan setiap kali : apakah motivasi kita sejalan dengan apa yang Yesus inginkan? Yaitu menimbun harta kekayaan di Surga (Matius 6:20)
 
Ingatkah kalian akan kisah dalam Lukas 18 dimana Yesus ditanya oleh seorang pemuda baik yang juga kaya raya? Yesus berkata : "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Kemudian pergilah pemuda itu dengan sedih. Kisah ini pun berlanjut sampai Yesus mengungkapkan betapa sulitnya orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan Surga. „Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Lukas (18:25)
 
Jika demikan, siapakah yang bisa diselamatkan? Yesus berkata : "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." (Lukas 18:27). Mengikuti Kristus di zaman modern seperti sekarang ini bukan hanya sulit, tetapi sudah mustahil. Karena itu kita memerlukan bantuan Tuhan. Hanya Dia yang bisa merubah apa yang bagi kita terlihat mustahil untuk hidup jujur di dunia seperti ini, menjadi mungkin bagi kita untuk menjalani hidup sebagai umat Kristiani yang baik.
 
Dengan kita bekerja keras dan membuahkan hasil, inovasi dan untuk loyalitas kita, apakah kita dengan begitu boleh mendapatkan kompensasi yang lebih? Tentu saja! Yesus dengan jelas mengatakan dalam Lukas (10:7) : „…sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya…“ 
 
Baiklah kita juga ingat bahwa uang itu sendiri bukanlah kejahatan. Tetapi yang harus diwaspadai adalah kecintaan akan uang. „Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.“  (1 Timotius 6:10)
 
Sharing : Apakah kamu pernah mengalami kesulitan uang, dimana kamu sangat memerlukan uang dan di saat itu uang menjadi hal yang paling penting bagi dirimu?
 
 
Who, How, When and What The practicalities of giving
 
Memberi adalah hasil dari berkat Tuhan di dalam hidup kita. Oleh karena itu kita harus selalu memohon kepada Tuhan supaya kita punya hati yang besar untuk mau melakukan pemberian. Jika kita sudah memohon hal ini kepada Tuhan, mulailah dengan segera! Memberi bisa menjadi sebuah kebiasaan, yang begitu sudah tertanam dalam diri kita, akan membawa kebahagiaan yang besar.
 
 
Who?
 
Adalah hal yang amat penting untuk berpikir dan berdoa terlebih dahulu, kepada individu atau kepada organisasi apa kita ingin memberi/menyumbang. Selanjutnya, sisihkanlah porsi sumbangan yang ingin kita berikan dari penghasilan kita. Kemudian dengan sikap disiplin kita berikan sebagian besar dari porsi yang sudah disisihkan kepada Gereja. Kita percaya kalau Gereja kita selalu menggunakan uang pemberian dengan baik. Selain itu, kita sebagai anggota Gereja pastinya mempunyai sedikit tanggung jawab untuk menanggung beban dari pengeluaran Gereja sehari-harinya (contoh : biaya listrik, administrasi, dll).
 
Potongan berikutnya dari porsi yang sudah disisihkan bisa kita berikan ke lokal atau global organisasi Kristiani yang menarik hati kita, bisa organisasi yang membantu misionaris, evangelisasi, panti asuhan, atau pun rumah sakit. Jadikan hal ini seperti „investment“. Cek lah laporan atau berita-berita dari gereja dan organisasi yang kalian sumbangi secara rutin.
 
Sekalipun kita selalu merencanakan semua sumbangan dan pemberian kita, kita tidak boleh lupa juga untuk berbesar hati memberikan sedekah secara spontan. Biarpun jumlahnya kecil, jika kita lakukan terus-menerus, ini bisa menjadi fondasi yang kuat di dalam kebiasaan kita ini.
 
 
How?
 
Ingatkah kalian akan cerita orang Farisi yang dikecam karena mereka selalu ingin semua orang tahu akan banyaknya sumbangan mereka? Di dalam hampir semua situasi, kita diajari untuk memberi secara anonymous. Seperti tertulis di dalam Matius 6:3 „Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.“
 
Tetapi di dalam situasi yang lain, adalah hal yang baik untuk memberi tahu dari mana datangnya sumbangan tersebut. Hal ini bukan lah untuk menyombongkan si penyumbang atau supaya yang diberi sumbangan merasa berhutang budi. Tetapi disini, kita mau menunjukkan bahwa anggota-anggota tubuh Kristus (Gereja) bekerja untuk saling membantu dan melengkapi satu sama lain.
 
Selain uang, kita tentu juga bisa memberi dalam bentuk lain, seperti waktu, energi atau talenta kita. Tetapi kita harus selalu ingat untuk men-set limit kita dan selalu berpikir bijak, supaya tidak ada penyalahgunaan dan eksploitasi dari kebaikan kita.  
 
When?
 
Kita percaya sepenuhnya kalau pemberian yang dilakukan secara regular/rutin itu akan membawa berkah yang amat melimpah. Santo Paulus menulis di dalam 1Kor 16:2   :“ Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing sesuai dengan apa yang kamu peroleh–menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”
 
Di saat kita mendapatkan uang, kita harus langsung menyisihkan uang sumbangan kita. Hal ini harus menjadi yang pertama dan bukan yang terakhir, seperti halnya kita menyisihkan uang untuk pembayaran rental rumah, kartu kredit, uang sekolah, dsb. Ini harus menjadi salah satu bagian dari financial plan kita.
 
Sikap „kadang-kadang memberi/menyumbang“ itu baik, tapi tidaklah cukup bagi kita orang Kristiani. Dengan cara memberi yang rutin, kita mau mendisiplinkan diri dan membawa diri kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.
 
 
What?
 
Di dalam Perjanjian Baru, tidak diberitahukan tentang jumlah pasti yang harus kita sumbangkan. Murah hati tidak lah bisa dihitung dengan jumlah pemberian. Kita diajarkan sebagai orang Kristiani untuk selalu fokus akan sikap di dalam hati kita. Tidak bisa terbayangkan jika kita punya hati yang penuh kasih dan tidak menunjukkan hal itu dengan perbuatan.
 
Yesus pernah menyinggung di dalam Injil Matius tentang persepuluhan yang diberikan, tetapi disini Yesus mau menjelaskan tentang sikap terpenting yang orang-orang Taurat malah abaikan, yaitu keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Matius 23:23 „Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.”
 
Di dalam kehidupan gerejani, pastinya kita sering mendengar tentang sumbangan persepuluhan. Jika mau, kita bisa memakai ini sebagai panduan praktikal. (Gereja Katolik tidak menetapkan/mengharuskan jumlah yang spesifik). Dengan begitu, kita bisa membiasakan diri untuk merevisi jumlah pemberian kita. Jika kita mendapatkan uang lebih seperti misalnya kenaikan gaji, mendapat bonus, dsb, maka kita diingatkan juga untuk merevisi jumlah sumbangan/pemberian kita.
 
Belajarlah selalu mencapai target kita, yaitu memberi dengan murah hati dan bukan memberi karena terpaksa atau duty-bond. Siapa pun yang banyak menyumbang dengan murah hati akan memiliki lebih sedikit kekayaan material dan duniawi, tetapi mereka akan merasakan dan mendapatkan hidup mereka lebih kaya dan berarti.
 
 
Sharing : (pilih salah satu)
1) Ceritakan 1 pemberianmu yang menurutmu paling besar di dalam hidupmu.
2) Ceritakan 1 kesulitanmu di dalam melakukan pemberian/sumbangan.
3) Sharingkan cara-cara pemberian yang menurutmu baik dan efektif.
 
 
Reference
God At Work, living every day with purpose by Ken Costa
 
 
Prayer
 
Ya Tuhan, kami tahu dalam kehidupan sehari-hari kami sering kali terlalu terikat akan hal-hal duniawi seperti materi. Bantulah kami, Ya Tuhan, dengan rahmat pertolonganMu agar kami selalu berpegang akan ajaranMu dan tidak hanya berfokus pada kecintaan akan uang saja melainkan menimbun harta kekayaan di surga serta rela untuk menyumbangkan apa yang kami miliki kepada Gereja dan sesama kami yang lebih membutuhkan pertolongan. Dan biarlah kami melakukan semua ini dengan hati yang tulus dan penuh akan belas kasih dan murah hati. Demi Kristus, Tuhan kami, Amin.