It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
Sebagai orang Katolik, kita semua, tanpa terkecuali, dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi pewarta Kabar Baik-Nya dalam pelayanan kita di dunia. Di sesi CG minggu lalu, kita belajar tentang “the Great Commission”, panggilan bagi semua orang beriman untuk “menjadikan semua bangsa murid-Nya dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus” (Mat 28:19). Tidak hanya itu saja, Tuhan juga setia “menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:20). Tuhan memanggil kita untuk menyebarluaskan Kasih-Nya yang begitu besar dalam tugas, tanggung jawab, perintah, mandat kita untuk berevangelisasi.
Suka atau tidak, kita semua memiliki kewajiban dalam hidup ini, dan bagi orang Kristiani, seharusnya tidak terlalu sulit untuk memahami bahwa Tuhan juga mengharapkan banyak hal dari kita. Salah satu topik yang sering diperdebatkan adalah tentang Amanat Agung (The Great Commission). Beberapa orang percaya bahwa Amanat Agung itu sendiri bukanlah sebuah perintah. Perintah itu terkesan seperti hukum, mengandung tekanan, dan ada kemungkinan besar akan gagal kita penuhi. Orang-orang ini percaya bahwa Amanat Agung lebih seperti sebuah janji ilahi, sebuah tugas khusus yang Tuhan ingin lakukan bersama kita dan melalui kita—sebuah hak istimewa. Apa yang harus kita pahami dari ini? Apakah Amanat Agung sebagai "tugas khusus" dan sebuah perintah itu saling eksklusif? Atau, apakah mungkin bahwa Amanat Agung adalah keduanya: sebuah janji untuk semua orang Kristiani yang dibaptis dan juga sebuah kewajiban bagi kita?
Halo sobat CG sekalian, hari ini kita akan menjalani sebuah praktik spiritual yang bernama Lectio Divina. Lectio Divina adalah suatu bentuk meditasi mendalam terhadap Firman Tuhan. Tujuan utama dari Lectio Divina adalah untuk memahami, merenungkan, dan mendalami hubungan kita dengan Allah melalui bacaan Kitab Suci. Metode ini tidak hanya sekedar membaca, melainkan juga mengundang kita untuk mendengarkan suara Tuhan dalam kata-kata-Nya, merenungkan makna yang lebih dalam, berdialog dengan-Nya, dan merasakan panggilan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
“Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah". Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:19-20)
CHRIST IS RISEN! TRULY HE IS RISEN!
Apakah kesimpulan yang lebih pantas untuk sebuah minggu penuh drama yang diakibatkan oleh dosa, selain kemenangan Kehidupan atas kematian! Ada begitu banyak hal tentang Paskah yang membantu kita menjalani hidup kita pada hari ini. Pastinya kita bisa lebih sepenuhnya merangkul semua yang Kebangkitan Yesus Kristus artikan bagi kita saat ini jika kita kembali ke masa lalu dan menempatkan diri kita dalam kehidupan Para Rasul dan murid yang mengalami Minggu Paskah pertama itu secara langsung.
Di dalam kitab Wahyu, umat Tuhan diingatkan untuk tidak menjadi orang yang suam-suam kuku.
'Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.'
Dalam CG hari ini, kita akan membahas kenapa menjadi suam-suam kuku itu tidak bagus dan bagaimana kita bisa menjadi kebalikannya, yaitu menjadi seorang Katolik yang aktif dan berbuah.
Salah satu bagian pertama dari Kitab Suci yang kita dengar pada Paskah berasal dari pasal ketiga Surat Paulus kepada jemaat di Kolose: "Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah." (Kolose 3:1) Iman Kebangkitan dinyalakan dan dikuatkan oleh sakramen baptisan Paskah. Keseluruhan pasal ketiga dari kitab Kolose berfokus pada pelajaran dasar teologi Paulus dan pembangunan komunitas iman sesuai dengan tantangan Injil dasar dari Yesus, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Dengan demikian, Kekristenan harus terlihat dalam praktik dan dipahami dalam semangatnya sebagai kekuatan positif dalam kehidupan manusia yang mengikat kita bersama dalam kasih Allah dan persekutuan dengan Yesus sendiri. Kekristenan bukanlah sekadar penghindaran dari dosa, melainkan kekuatan positif untuk kebaikan di dunia oleh orang yang percaya. Tingkah laku moral Kristen didirikan dalam kesatuan dengan Yesus dan dibawa ke kesempurnaan melalui kehidupan doa dan partisipasi dalam kehidupan anugerah yang diperoleh melalui penerimaan sakramen-sakramen lainnya.
Melanjutkan bahan CG minggu lalu di mana sebelumnya sudah dibahas 4 Firman dan kali ini kita akan membahas 3 Firman berikutnya.
Tuhan Yesus berbicara tujuh kali dari Salib; inilah yang disebut Tujuh Firman Terakhir-Nya. Dalam kebaikan-Nya, Tuhan meninggalkan pemikiran-Nya tentang kematian, karena Dia mewakili seluruh umat manusia. Pada jam yang agung itu, Dia memanggil semua anak-Nya ke mimbar Salib, dan setiap kata yang Dia katakan kepada mereka dicatat untuk tujuan keselamatan kekal dan penghiburan yang tak terlupakan. Tidak pernah ada pengkhotbah seperti Kristus yang sedang sekarat; tidak pernah ada jemaat seperti yang berkumpul di sekitar mimbar Salib; tidak pernah ada khotbah seperti Tujuh Firman Terakhir.
Tuhan Yesus berbicara tujuh kali dari Salib; inilah yang disebut Tujuh Firman Terakhir-Nya. Dalam kebaikan-Nya, Tuhan meninggalkan pemikiran-Nya tentang kematian, karena Dia mewakili seluruh umat manusia. Pada jam yang agung itu, Dia memanggil semua anak-Nya ke mimbar Salib, dan setiap kata yang Dia katakan kepada mereka dicatat untuk tujuan penerbitan kekal dan penghiburan yang tak terlupakan. Tidak pernah ada pengkhotbah seperti Kristus yang sedang sekarat; tidak pernah ada jemaat seperti yang berkumpul di sekitar mimbar Salib; tidak pernah ada khotbah seperti Tujuh Firman Terakhir.
Di bulan ini, kita mau mendalami lebih banyak akan karya keselamatan Allah dalam sejarah umat manusia. Salah satu bagian penting dari sejarah tersebut adalah tentang kehidupan, kematian, kebangkitan Kristus dan karya Roh Kudus didalam kehidupan Gereja.
Sangatlah baik jika kita mulai dengan mengerti Injil yang ditulis oleh Santo Lukas, yang mengenalkan kita akan kehidupan Kristus (seperti kisah kelahiran Kristus yang hanya ada di Injil ini) dan juga bagaimana Roh Kudus berperan dalam menuntun kehidupan Gereja Perdana (di dalam kitab Kisah Para Rasul).
Di sesi CG hari ini, kita akan fokus kepada injil yang ditulis Lukas, sang penulis.
Halo sobat CG sekalian, hari ini kita akan menjalani sebuah praktik spiritual yang bernama Lectio Divina. Lectio Divina adalah suatu bentuk meditasi mendalam terhadap Firman Tuhan. Tujuan utama dari Lectio Divina adalah untuk memahami, merenungkan, dan mendalami hubungan kita dengan Allah melalui bacaan Kitab Suci. Metode ini tidak hanya sekedar membaca, melainkan juga mengundang kita untuk mendengarkan suara Tuhan dalam kata-kata-Nya, merenungkan makna yang lebih dalam, berdialog dengan-Nya, dan merasakan panggilan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.