Sesi 42 - Week of 11 Aug 2024

Kita Sebagai Imam, Raja dan Nabi


Intro

Di sesi CG minggu lalu kita belajar tentang menanggapi dan menghayati panggilan hidup kita sebagai orang beriman. Kita dipanggil oleh Allah untuk bersatu dengan-Nya dalam kehidupan kekal, menanggapinya dengan meneladan Kristus sebagai murid, dan menghayati panggilan ini dengan menjalin hubungan erat dengan Kristus melalui Ekaristi.

Tuhan Yesus Kristus sendiri menjabat sebagai “imam, raja, dan nabi” dalam perutusan-Nya, dan melalui pembaptisan, kita turut bertanggung untuk ikut mengambil bagian dalam ketiga peran ini (KGK 783). Di sesi CG kali ini, mari kita telusuri misi-misi ini lebih dalam.

Bahan

Sebagai orang awam, kita hidup di dunia, di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, dunia menjadi tempat dan sarana bagi kita menjalani tugas sebagai imam, raja, dan nabi. Panggilan sebagai Imam diutus untuk menguduskan. Panggilan sebagai Raja adalah untuk memimpin. Panggilan sebagai Nabi diutus untuk mewartakan sabda Allah. Tiga panggilan Yesus itu diteruskan oleh seluruh umat katolik.

Bagaimana ketiga peran tersebut bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari? Apakah melulu harus dengan turut aktif berperan serta dalam kegiatan-kegiatan gereja? Aktif ke gereja, mengikuti Ekaristi dan sakramen-sakramen lainnya? Di luar itu, apakah hanya bisa dengan menjadi pengurus di komunitas, bertugas lektor atau koor, atau tugas-tugas pelayanan di Gereja yang lainnya?

Memang sebaiknya demikian, namun kegiatan-kegiatan itu harus terlebih dahulu dilaksanakan sebagai ungkapan dan luapan penghayatan akan ketiga peran itu secara pribadi. Ada bahaya bahwa kegiatan-kegiatan dan kesibukan-kesibukan (aktivisme) itu dilakukan bukan dari dalam diri melainkan karena desakan-desakan (yang kadang tak terasa) untuk mencari jati diri dan keinginan untuk menonjolkan diri.

Mari kita telusuri lebih dalam apa artinya menjadi Imam, Raja, dan Nabi dalam konteks kita sebagai kaum awam.

Sebagai Imam

Anggota Gereja terdiri dari kaum tertahbis dan awam. Oleh Pembaptisan, kita semua (baik awam maupun imam/ kaum tertahbis) juga mengambil bagian dalam misi Kristus sebagai imam. Tentang misi sebagai imam, kaum awam mengambil bagian dalam ‘imamat bersama’. Katekismus mengajarkan:

KGK 1268 Orang yang sudah dibaptis menjadi “batu hidup” yang dipergunakan untuk membangun “rumah rohani” dan “imamat kudus” (1 Ptr 2:5). Oleh Pembaptisan mereka mengambil bagian dalam imamat Kristus, dalam perutusan-Nya sebagai nabi dan raja. Mereka adalah “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya [mereka] memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil [mereka] keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Ptr 2:9). Pembaptisan memberi bagian dalam imamat bersama umat beriman.

Kita sebagai umat beriman dalam kategori awam turut dipanggil untuk menyerahkan diri kepada Kristus dan membuka diri kita untuk diurapi dalam Roh Kudus, sehingga menghasilkan buah-buah Roh. Karya, doa-doa dan kerasulan kita, seluruh kehidupan kita yang dijalankan dalam Roh menjadi kurban rohani dengan perantaraan Yesus Kristus berkenan kepada Allah dalam perayaan Ekaristi.

Berikut beberapa hal yang bisa kita pertimbangkan terkait pemenuhan misi sebagai Imam:
(Renungkan pertanyaan-pertanyaan di bawah, tapi jawabannya bisa disimpan dahulu sampai selesai membaca bahan, sebelum lanjut ke sesi sharing)

  1. Membawa persembahan: persembahan diri kita, tubuh kita, perasaan kita
    Bagaimana doa pribadi kita? Apakah hanya sekadar membuat tanda salib sebelum beraktifitas? Atau benar-benar mengupayakan saat teduh, di mana kita benar-benar membuka hati kita untuk berdialog dengan Allah?
  2. Menjadi perantara Manusia dengan Allah: mempersembahkan doa-doa
    Contohnya ketika ada orang yang sedang berduka, kita memberikan waktu luang untuk berdoa bagi mereka dan orang yang ditinggalkan – sebagai aktualisasi tugas imamat umum kita.

Sebagai Raja

Panggilan sebagai raja adalah panggilan untuk memimpin diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun dalam lingkungan untuk menguduskan dan menyatakan sabda Allah melalui kesaksian hidup kita. Seperti Kristus, umat awam memaklumkan Kerajaan Bapa dengan kesaksian hidup maupun kekuatan Sabda-Nya.

Dengan mengingkari diri serta hidup suci mengalahkan dosa dalam diri, juga bekerja sama mengarahkan kembali anggota-anggota masyarakat bila terjatuh dalam dosa, kaum awam dipanggil untuk bekerja sama dengan para gembala/kaum tertahbis dalam melayani persekutuan gerejani sesuai dengan rahmat dan karisma yang Tuhan anugerahkan kepada mereka. Hendaklah kaum beriman sebagai anggota Gereja dan masyarakat mengintegrasikan secara selaras dalam kehidupannya dijiwai oleh semangat kristiani dan suara hati kristiani.

Tugas kita sebagai raja adalah melayani Sang Raja – yaitu Tuhan – yang berarti melakukan pelayanan untuk sesama. Dengan demikian, kita ikut meraja bersama-Nya.

Berikut beberapa hal yang bisa kita pertimbangkan terkait pemenuhan misi sebagai Raja:
(Renungkan pertanyaan-pertanyaan di bawah, tapi jawabannya bisa disimpan dahulu sampai selesai membaca bahan, sebelum lanjut ke sesi sharing)

  1. Melayani: bagaimana kita menghayati kegiatan kita sehari-hari?
    Apa alasan kita melayani? Apakah karena terpaksa atau desakan keadaan?
  2. Penguasaan diri : merajai diri sendiri
    Sebagai manusia, seringkali memiliki dorongan-dorongan dari dalam diri, emosi, ambisi yang tak terkontrol dari dalam diri kita, yang seringkali menjauhkan kita dari panggilan kita untuk meneladan Kristus dan bersatu dengan Allah dalam kehidupan kekal. Sudahkah kita mengontrol dorongan-dorongan tersebut dan tetap fokus pada panggilan kita?

Sebagai Nabi

Begitupun panggilan sebagai nabi; mewartakan Sabda Allah. Pelaksanaan tugas Tuhan Yesus sebagai nabi tampak dalam seluruh hidup-Nya. Ia mewartakan Sabda Allah, dengan berkhotbah, mengajar dan juga menyembuhkan orang sakit serta mengampuni dosa para pendosa.

Seperti Kristus, kita bisa menunjukkan Kerajaan Allah dengan cara kita hidup dan dengan kekuatan dari Sabda-Nya. Ketika kita menceritakan tentang Yesus kepada orang lain, kita menjadi istimewa dan kuat meskipun kita hidup seperti biasanya di dunia ini. Awam dapat bekerja dalam pelajaran katekese, teologi, dan kerasulan media komunikasi. Awam pun dapat menyumbangkan pemikirannya kepada para gembala untuk kesejahteraan Gereja dan segenap umat beriman.

Berikut beberapa hal yang bisa kita pertimbangkan terkait pemenuhan misi sebagai Nabi:
(Renungkan pertanyaan-pertanyaan di bawah, tapi jawabannya bisa disimpan dahulu sampai selesai membaca bahan, sebelum lanjut ke sesi sharing)

  1. Mewartakan sabda Allah: dalam lingkup kecil
    Bagaimana kita sendiri belajar, menanggapi, mendalami sabda Allah?
  2. Bagaimana sikap kita “membicarakan” Allah kepada orang di sekitar kita?
    Bagaimana kita memberkati hidup orang di sekitar kita dengan menjadi saluran berkat Tuhan dalam hidup mereka?
  3. Apakah kita berani menyuarakan kebenaran – berani bersikap meski tidak nyaman?
    Nabi Elia harus bersembunyi karena menyampaikan kritiknya kepada Raja Ahab karena ia membangun kuil untuk dewa Baal. Pada zaman ini, tendensi orang kebanyakan adalah enggan ikut campur dalam masalah orang. Kita hanya mau mengurus urusan kita sendiri.

Penutup

Dengan melakukan ketiga peran ini dengan jujur dan tulus dalam kehidupan kita sehari-hari, roh kita akan semakin diperkaya. Ini akan membuat kita lebih siap untuk menjadi saksi Kristus bagi orang lain. Semakin kita tekun dalam beribadah, baik di gereja, di komunitas, dan di tempat lain, semakin kita dapat memberikan lebih banyak. Semuanya berasal dari apa yang kita dapatkan atau miliki – kita hanya bisa memberikan apa yang kita punya, tidak lebih. Perbendaharaan rohani ini terus kita isi, dengan sederhana dan secara pribadi, dalam hubungan yang erat dengan Kristus, di setiap langkah dan momen hidup kita.

Dalam kerendahan hati, kita berhubungan dengan Allah. Kita selalu memperbarui hubungan kita dengan Allah agar pelayanan yang kita lakukan selalu bermanfaat, bukan hanya ketika dilihat orang lain, tetapi juga dalam hubungan pribadi yang sederhana dengan Allah.

Sharing

Coba renungkan kembali pertanyaan-pertanyaan di bahan, pilih min. 1 pertanyaan untuk setiap peran dan sharingkan!

Reference