It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
Sobat-sobat Amoredio, sejak 2 tahun terakhir ini kita berada dalam situasi unik dan tidak mengenakkan yaitu pandemik. Covid-19 telah mengubah tata cara hidup kita sehari-hari tanpa memberi kita pilihan, termasuk cara kita beribadah, berdoa dan berkumpul.
Sebelum adanya pandemik, kita boleh ke gereja sesuka hati, dapat berkumpul, melakukan praise and worship bersama. Sekarang, untuk keamanan dan keselamatan kita sendiri, kita dilarang berkumpul. Datang ke gereja pun bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah. Kita harus booking dulu, kadang sampai rebutan dan akhirnya tidak dapat. Sesuatu yang dulu kita “take for granted” menjadi sesuatu yang sekarang kita rindukan.
Situasi pandemik sekarang ini membuat kita sering merasa kesepian apalagi karena jauh dari keluarga dan teman-teman. Mungkin timbul pula pemikiran-pemikiran negatif dalam benak kita yang membuat kita khawatir akan masa depan kita. Kapan semua ini akan berakhir?
“Saya tidak perlu Gereja, saya bisa berdoa sendiri di rumah, saya bisa membaca Kitab Suci sendiri untuk mengenal Tuhan.” Siapa di antara kita yang pernah mendengar pernyataan seperti ini, atau bahkan pernah berpikir demikian?
Kita semua, umat Katolik, adalah bagian dari tubuh mistis Kristus. Itulah sebabnya mengapa kita beribadah bersama dan merayakan Misa. Apakah tidak cukup jika kita berdoa sendiri di rumah? Jawabannya dapat kita temukan di dalam Kitab Suci. Ada banyak contoh dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan perlunya persekutuan di antara orang Kristiani. Ingatlah bahwa selalu ada waktu dan tempat untuk doa pribadi. Namun, kehidupan bersama umat Kristiani juga merupakan hal penting yang harus diberikan tempat yang semestinya.
Apakah arti komunitas secara harfiah? Komunitas adalah sekelompok orang yang bekerja bersama untuk suatu tujuan yang sama, seringkali mereka memiliki keyakinan dan visi yang sama.
Dunia kita ada di tengah-tengah krisis dengan adanya pandemi COVID-19 ini. Semuanya berubah. Cara kita bekerja, sekolah, bertemu dengan teman, membeli kebutuhan sehari-hari. Bahkan kita juga melihat perubahan di dalam Gereja di mana kita tidak bisa lagi sesuka hati datang dan mengikuti misa. Banyak dari kita yang merasa tertekan oleh kenyataan bahwa kita harus menghabiskan sebagian besar waktu kita di rumah. Kita pun juga merasa prihatin dengan kesejahteraan kita dan orang-orang yang kita sayangi. Dalam situasi ini, pernahkah kita berhenti dan bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana keadaan hubungan saya dengan Tuhan di masa pandemi ini?”
Saat ini teknologi sudah menjadi bagian dari hidup kita. Apapun yang kita lakukan dan dimanapun kita berada, kita selalu bergantung pada teknologi apalagi di masa pandemi ini. Tentunya teknologi diciptakan awalnya untuk kebaikan manusia. Tetapi jika digunakan dengan salah, teknologi justru akan membawa kehancuran bagi manusia. Dalam CG hari ini, kita akan membahas peranan teknologi secara umum untuk berkomunikasi dan membangun relasi dengan sesama, sambil juga belajar hal-hal yang perlu kita waspadai ketika menggunakan teknologi.
Pernahkah teman-teman berpikir, apa sih bedanya keluarga Katolik dengan keluarga yang non-katolik? Mungkin banyak yang secara spontan akan menjawab, keluarga Katolik berdoa dengan menggunakan tanda salib. Tapi apakah hanya itu?
Sering dan banyak juga orang Katolik yang berpikir, selama kita itu berdoa, pergi ke gereja setiap minggu, dan juga mengikuti ajaran yang baik bagaimana kita hidup sehari hari, kita punya jati diri sebagai keluarga Katolik. Tetapi kalau di lihat dan analisa dengan baik, tetap saja mirip atau bahkan sama persis dengan mereka yang non-Katolik.
Sejak pandemik ini kita sudah sering mengikuti misa secara virtual untuk menghindari penyebaran virus Covid-19. Misa harian dan hari Minggu tetap diadakan di altar Gereja dan kita dapat mengikuti secara fisik maupun secara virtual. Imam merayakan setiap ekaristi dalam kesatuan dengan seluruh gereja, seperti halnya dalam kesatuan dengan para kudus.
Mengikuti misa secara virtual juga memenuhi perintah Tuhan dalam menguduskan Hari Tuhan, dan, menerima Tuhan secara batin, lewat Komuni batin.
Mungkin banyak dari kita yang sudah sering mendengar bahwa gereja melambangkan tubuh Kristus. Gagasan ini dikembangkan oleh Rasul Paulus dalam surat kepada umat Kolose dan Efesus. Dalam Efesus 1:23, Rasul Paulus mengatakan bahwa “jemaat adalah tubuh Kristus, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dari segala sesuatu”. Kita adalah jemaat Gereja Katolik, dan oleh karena itu, kita adalah bagian dari tubuh Kristus. Tetapi apa artinya bagi kita sebagai “tubuh Kristus”?
Banyak dari kita mungkin sudah lama tinggal di Singapura tetapi tidak mengetahui bagaimana gereja Katolik lahir dan berkembang di Singapura dan pengorbanan yang telah diberikan oleh para bapa pendiri gereja untuk membuat gereja bisa berkembang hingga sekarang. Di tahun 2021 ini, gereja Katolik Singapura merayakan 200 tahun berdirinya komunitas Katolik di Singapura dengan acara Catholic200SG mulai dari 13 Des 2020 sampai 11 Des 2021. Bahan CG hari ini ingin mengajak kita merefleksikan pengalaman hidup kita karena selain kita ingin memberikan ucapan syukur kepada generasi pendahulu yang telah membangun gereja ini, kita juga ingin mendapatkan semangat dan inspirasi untuk membangun gereja bagi generasi penerus.
Pernahkah sobat-sobat Amoredio berpikir : Apa sih sumber dari Iman Katolik kita? Secara spontan mungkin banyak yang akan menjawab Tuhan; Roh Kudus; Alkitab, Cinta kasih; Yesus; dsb. Tentu saja semua jawaban itu benar, tetapi jika kita mau menelaah secara lebih spesifik lagi, maka kita akan sampai kepada apa yang kita kenal dengan : “Ekaristi”.
CG kali ini akan membahas tentang Cinta, dasar dari hampir segala hal yang ada di dunia ini, salah satunya adalah relationship atau hubungan antar mahluk hidup.
Setiap dari kita pasti pernah merasakan gimana rasanya dicintai dan mencintai, bisa cinta kepada orangtua, pacar, saudara ataupun Tuhan. Pernah ga kita berpikir kenapa kita pengen banget dicintai? kenapa kok banyak orang yang mencari cinta? dan kenapa perasaan ini seperti perasaan yang paling dalam yang perlu dipuaskan agar kita menjadi bahagia?
Sebenarnya jawabannya sangat gampang, karena kita diciptakan oleh Tuhan dengan cinta! Tuhan meletakan kebutuhan cinta di dalam diri kita sejak di dalam kandungan. jadi kebutuhan cinta ini memang sudah bagian dari DNA kita. Jadi sangat wajar kalau semua orang membutuhkan cinta untuk bisa hidup.