Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 15 - Week of 20th Jan 2019

Sacrament of Confirmation


PEMBUKAAN

Sakramen Krisma, Sakramen Penguatan, semoga teman-teman sudah menerima Sakramen ini, tetapi apakah kita benar-benar tahu sebenarnya apakah Sakramen Krisma itu? Apakah perbedaan Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma? Apakah yang kita dapat dari menerima Sakramen ini? Pasti banyak hal-hal yang masih kurang kita mengerti, dan pada CG hari ini kita akan bersama-sama membahas lebih lanjut tentang Sakramen ini.

SAKRAMEN KRISMA

Pertama-tama kita harus tahu kalau Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma adalah dua Sakramen yang berbeda. Sakramen Krisma berfungsi untuk melengkapi Sakramen Baptis, istilahnya kalau orang yang dibaptis itu dilahirkan kembali dalam iman, sedangkan orang yang di-“krisma” itu sudah dewasa secara iman. Berarti seseorang harus terlebih dahulu dibaptis sebelum bisa menerima Sakramen Krisma. Perlu juga diketahui bahwa bukan berarti seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma sudah tidak perlu mengembangkan iman mereka, sebaliknya justru setelah menerima Sakramen Krisma kita harus terus tumbuh dalam iman melalui bantuan karunia-karunia Roh Kudus.

Terkadang orang mengira bahwa Sakramen Krisma menambahkan lebih banyak Roh Kudus untuk kita, tetapi Sakramen Krisma hanya menguatkan dan menegaskan Roh Kudus yang telah kita terima saat pembaptisan. Sakramen ini adalah kado dari Tuhan untuk kita, karena Sakramen ini membantu kita agar dapat mempertahankan iman kita dan menjadi saksi iman melalui karunia dan kerja Roh Kudus.

Simbol dari Sakramen Krisma adalah pengurapan minyak krisma di dahi kita. Jadi secara singkat, upacara krisma dimulai dengan kita memperbaharui janji baptis, dilanjutkan dengan peletakan tangan oleh imam (uskup atau pastor pengganti), lalu pengurapan minyak krisma didahi kita, dan diakhiri dengan pengutusan kita.

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian tentang Sakramen Penguatan/Krisma:

KGK 1288 “Mulai dari saat ini para Rasul menyampaikan kepada mereka yang baru dibaptis, sesuai dengan kehendak Kristus, oleh peletakan tangan, karunia Roh demi penyempurnaan rahmat Pembaptisan (Bdk. Kis 8:15-17;19:5-6). Dengan demikian, di dalam surat kepada umat Ibrani disebutkan di antara unsur-unsur pengajaran Kristen pertama adalah pengajaran mengenai Pembaptisan dan mengenai peletakan tangan (Bdk. Ibr 6:2). Peletakan tangan ini di dalam tradisi Katolik tepat sekali dipandang sebagai awal Sakramen Penguatan, yang melanjutkan rahmat Pentekosta di dalam Gereja atas satu cara tertentu” (Paulus VI, Konst. Ap. “Divinae consortium naturae”).

Jadi KGK 1288 menjelaskan bahwa apa yang terjadi saat peletakan tangan adalah imam mencurahkan kekuatan dan  karunia Roh Kudus kepada kita.

KGK 1289 Supaya menandai karunia Roh Kudus dengan lebih baik lagi, dengan cepat ditambahkan pada peletakan tangan pengurapan dengan minyak harum mewangi [krisma]. Pengurapan ini menjelaskan nama “Kristen” yang berarti “terurapi” dan disimpulkan dari Kristus sendiri, yang “Allah urapi dengan Roh Kudus” (Kis 10:38). Ritus pengurapan itu ada sampai sekarang baik di Timur maupun di Barat. Karena itu, di Timur orang menamakan Sakramen ini Khrismasi, urapan dengan krisma, atau Myron, yang berarti “krisma”. Di Barat nama Penguatan pada satu pihak menunjuk kepada “peneguhan” Pembaptisan, yang dengannya inisiasi Kristen disempurnakan, dan di lain pihak kepada penguatan rahmat Pembaptisan – kedua-duanya adalah buah-buah Roh Kudus.

Menurut KGK 1289, dengan menerima Sakramen Krisma, kita dipersatukan lebih dalam dengan Kristus, karena Kristus juga diurapi dengan Roh Kudus.

HUBUNGAN PENTAKOSTA, SAKRAMEN KRISMA DAN PENCURAHAN ROH KUDUS

Pentakosta adalah peristiwa yang dicatat dalam Kisah Para Rasul sebagai peristiwa di mana para murid dan semua orang yang percaya kepada Kristus mengalami kepenuhan Roh Kudus (lih. Kis 2:1-4); dan sejak saat itu mereka tidak takut lagi untuk bersaksi tentang Kristus.

Peristiwa Pentakosta tersebut secara prinsip dapat kita alami pada saat ini, yaitu di dalam Sakramen Krisma/ Penguatan, karena melalui Sakramen tersebut kita menerima kepenuhan Roh Kudus dan penyempurnaan rahmat Baptisan, serta dikuatkan menjadi saksi Kristus. Melalui Sakramen Penguatan, para rasul menyampaikan kepada kita, yang telah menjadi anggota Gereja melalui Pembaptisan, kepenuhan Roh Kudus beserta dengan karunia-Nya, demi menyempurnakan rahmat Pembaptisan tersebut.

Lanjutan KGK tentang sakramen krisma:

KGK 1304 Seperti Pembaptisan, yang disempurnakannya, Penguatan pun hanya diberikan satu kali saja. Penguatan mengukir satu tanda rohani yang tak terhapus, satu “karakter” di dalam jiwa. Inilah tanda bahwa Yesus Kristus telah menandai seorang Kristen dengan meterai Roh-Nya dan menganugerahkan kepadanya kekuatan dari atas, supaya ia menjadi saksi (Bdk. Luk 24:48-49).

KGK 1305 Karakter ini menyempurnakan imamat bersama umat beriman yang diterima dalam Pembaptisan. Orang yang menerima Penguatan memperoleh kuasa untuk mengakui imannya kepada Kristus secara publik dengan kata-katanya, seakan-akan sebagai jabatannya [quasi ex officio]” (Tomas Aqu., s. th. 3,72,5 ad 2).

Namun setelah kita menerima Roh Kudus, baik dalam Sakramen Pembaptisan maupun dalam Sakramen Penguatan, kita masih tetap dapat memperoleh pencurahan Roh Kudus. Roh Kudus yang sudah secara penuh diberikan dalam Sakramen Pembaptisan dan Penguatan dapat terus dicurahkan kepada kita sebagai anggota Gereja. Karena itu, kita mohon pencurahan dan penyertaan Roh Kudus setiap kali merayakan hari Pentakosta, dalam persekutuan doa, atau secara pribadi sebelum kita membaca Kitab Suci, atau bahkan setiap hari sebelum memulai kegiatan kita sehari-hari agar hubungan kita dan Roh Kudus semakin erat.

Sebuah analogi yang sering dipakai untuk menggambarkan Roh Kudus adalah api. Kita semua mendapatkan api kita saat kita dibaptis, dan apa yang terjadi saat kita menerima sakramen Krisma bukanlah kita mendapatkan api lebih (fire doesn’t work that way, duh.); Tetapi apa yang terjadi adalah api kita ditambahkan lagi bensin yang membuat api kita berkobar-kobar! Banyak hal-hal lain yang dapat membuat api kita terus berkobar seperti menerima pencurahan Roh Kudus dalam perayaan Pentakosta, melalui persukutuan doa dan masih banyak lagi.

Meskipun demikian, layak kita sadari bahwa pencurahan Roh Kudus yang terjadi di luar Sakramen tidak dapat menggantikan Sakramen itu sendiri. Sebab efek Sakramen Krisma, yang memberi karakter di jiwa, menjadi penyempurnaan rahmat Baptisan, dan menjadi sarana penyaluran rahmat Allah sebagaimana diturunkan kepada para Rasul, tidak dapat digantikan dengan doa pencurahan Roh Kudus di luar sakramen ataupun dengan penumpangan/peletakan tangan oleh awam.

SAKRAMEN KRISMA DI ALKITAB

Sakramen Krisma juga memiliki dasar dari kitab suci, di perjanjian lama sampai perjanjian baru. Di perjanjian lama, pengurapan dengan minyak memiliki makna yang sangat besar, dipergunakan dalam penyucian, penyembuhan dan yang paling penting digunakan untuk menandakan konsekrasi. Di Israel zaman perjanjian lama, semua imam, nabi, dan raja di konsekrasi melalui pengurapan dengan minyak.

Yesus mengambil peran sebagai imam, nabi, dan raja seperti di perjanjian lama pada saat Ia diurapi dengan Roh Kudus saat pembaptisan-Nya di Sungai Yordan. Pada saat pencurahan Roh Kudus itu, Yesus dimanifestasikan sebagai Kristus yang berarti “yang terurapi”. Pada saat Sakramen Krisma, baptisan kita dikonfirmasi dan diperkuat sehingga kita juga diurapi seperti Yesus dan menjadi orang Kristen (KGK 1289) yang diurapi dengan minyak krisma yang menandakan Roh Kudus.

Dalam perjanjian lama, pengurapan dengan minyak bisa dilihat di Kel 40:12-15 dimana Musa menerima perintah Allah untuk mengurapi Harun:

12Kemudian kau suruhlah Harun dan anak-anaknya datang ke pintu Kemah Pertemuan dan kau basuhlah mereka dengan air. 13Kau kenakanlah pakaian yang kudus kepada Harun, kau urapi dan kau kuduskanlah dia supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku. 14Juga anak-anaknya kau suruhlah mendekat dan kau kenakanlah kemeja kepada mereka. 15Urapilah mereka, seperti engkau mengurapi ayah mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku; dan ini terjadi, supaya berdasarkan pengurapan itu mereka memegang jabatan imam untuk selama-lamanya turun-temurun.

Pengurapan dengan minyak juga bisa ditemukan di 1 Sam 10:1 dimana nabi Samuel mengurapi Saul sebagai raja;

1Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: “Bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat TUHAN, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagimu, bahwa TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas milik-Nya sendiri:

Semua raja-raja Israel mendapatkan pengurapan dengan minyak disaat mereka diangkat menjadi raja. Saat bangsa Israel diasingkan, gelar untuk raja mereka yang akan datang yang akan membawa mereka keluar dari pengasingan adalah sang “mesiah” yang berarti “yang terurapi”.

Dalam perjanjian baru, seperti yang telah kita baca diatas, Yesus dari Nazaret diurapi saat Ia dibaptis di Sungai Yordan, di Kis 10:38:

38yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.

Disaat itu juga Roh Kudus turun atas Dia, di Luk 3:22:

22dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Seperti Daud yang diurapi dengan minyak, Yesus juga menerima pengurapan (oleh Roh Kudus) dan dimulailah peran Yesus sebagai imam, nabi, dan raja.

Perlu diketahui juga bahwa Yesus juga mengkonfirmasi bahwa Ia telah diurapi Roh Kudus di Luk 4:18:

18“Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku

Pengurapan ini juga menandai mulainya perjalanan Yesus. Santo Lukas juga menyoroti bahwa seluruh perjalanan Yesus ditandai oleh Roh Kudus, dimulai dari penyembuhan sampai pengajaran-Nya semua dilakukan dalam kekuatan Roh Kudus. Santo Lukas di kitab para rasul juga menjelaskan dengan menggunakan paralel diantara kisah hidup Yesus dan kisah hidup Gereja awal. Layaknya perjalanan Yesus dimulai dengan pengurapan-Nya dalam Roh Kudus, perjalanan Gereja awal dimulai dari turunnya Roh Kudus pada saat Pentakosta.

APLIKASI SAKRAMEN KRISMA DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Jadi kita semua harus ingat bahwa kita adalah orang “Kristen” karena kita telah menerima pengurapan Roh Kudus. Kita menerima sakramen Krisma sama seperti dengan Yesus Kristus menerima pengurapan Roh Kudus, jadi kita harus mencontoh Yesus di kehidupan kita. Seperti Yesus, kita semua juga harus mengambil bagian dalam Gereja sebagai imam, nabi dan raja. Juga tidak lupa bahwa kita tidak boleh berhenti tumbuh dalam iman dan didalam Kristus. Ingatlah bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah datang dari Roh Kudus, dengan harapan bahwa kita akan berusaha sebesar mungkin agar kita bertindak selayaknya.

SHARING

  1. Apa peran Roh Kudus dalam sakramen Penguatan/Krisma?

Sebagai tambahan, didalam sakramen Krisma, Roh Kudus berperan dalam melengkapi rahmat baptisan dan memberikan kita kekuatan sebagai saksi Kristus. Jadi, kita sebagai penerima sakramen Krisma “semakin diwajibkan untuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati, dengan perkataan maupun perbuatan” – (KGK 1285)

  1. Menurut kalian, apakah lebih baik jika kita menerima sakramen Krisma saat kita sudah dewasa saat kita telah “matang”?

Menurut Canon Law, semua orang yang telah dibaptis, memiliki akal waras, sudah menerima pengajaran, bersedia dan dapat membarui janji baptis mereka telah bisa menerima sakramen Krisma. Tetapi yang paling penting adalah penerima harus bersedia, bersedia untuk menerima dan bekerja sama dengan karunia-karunia Roh Kudus dan siap untuk meningkatkan pelayanan mereka.

  1. Sakramen Krisma menguatkan Roh Kudus didalam kita, tetapi beberapa umat beriman mensharingkan bahwa mereka tidak merasakan penguatan ini disaat upacara Krisma itu sendiri berlangsung. Sharingkan apakah kalian sudah merasakan penguatan Roh Kudus sekarang? Dimanakah atau kapankah saat kalian merasakan penguatan ini?
  2. Salah satu rahmat dan kewajiban dari Sakramen Krisma adalah kita harus menjadi saksi iman kita didalam Yesus dan Gereja. Sharingkan dengan cara apa kita bisa menjadi saksi Kristus? Hal-hal apa lagi yang bisa kita lakukan untuk menyebarkan warta-Nya?

REFERENSI

Sacraments in Scripture by Tim Gray, 2001

“YDisciple – Confirmation Series, Session 5: The Rite of Confirmation”

“YDisciple – Creed, Part 2 Series, Session 1: Baptism & Confirmation”

https://www.franciscanmedia.org/sacrament-of-confirmation/

https://www.catholic.org/prayers/sacrament.php?id=3

http://www.katolisitas.org/hubungan-pentakosta-sakramen-krisma-dan-pencurahan-roh-kudus/