Sesi 41 - Week of 9 August 2020

Rahasia-rahasia Ekaristi


Intro

Hari ini kita akan membahas tentang beberapa “rahasia” Ekaristi. Yang disebut rahasia disini sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru atau yang tersembunyi. Bahan yang akan kita bahas adalah ajaran inti Gereja sejak awal. Akan tetapi hal-hal itu dapat disebut sebagai rahasia karena banyak dari kita umat Katolik yang tidak menyadarinya dan menerapkan nya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Di sesi ini kita akan membahas lima rahasia Ekaristi, tetapi bukan berarti hanya ada lima prinsip tentang Ekaristi. Lima rahasia ini dipilih karena mereka cukup mendasar dan bisa menjadi titik awal dari explorasi terus-menerus kita sendiri tentang Ekaristi.

Rahasia 1: Ekaristi hidup

Tuhan Yesus mengatakan kepada Santa Faustina: “When I come to a human heart in Holy Communion, my hands are full of all kinds of graces which I want to give to the soul, but souls do not even pay attention to me. They leave me to myself and busy themselves with oher things. … They treat me as a dead object” (St. Faustina, Diary, 1385).

Ekaristi bukanlah benda mati. Hosti yang kita terima bukan sekedar roti. Hosti yang kita terima adalah Kristus sendiri, dan Dia sepenuhnya hidup. Hal ini mungkin tampak jelas secara intelektual. Akan tetapi berapa sering kita memikirkan nya secara dalam apa artinya Ekaristi hidup? Saat kita menunggu dalam antrean untuk menerima Hosti, apakah kita berpikir betapa besar Tuhan Yesus ingin menyatukan dirinya dengan kita? Apakah kita melihat tangan Yesus yang penuh dengan rahmat dan ingin memberikannya kepada kita? Apakah kita dipenuhi dengan kekaguman dan rasa syukur betapa besar cinta Yesus kepada kita sehingga dia mau datang dengan cara yang sangat intim ini? Atau apakah kita sibuk dengan pikiran kita sendiri dan agenda kita untuk hari itu?

Pada tahun 1916, Malaikat Pembawa Damai menampakkan dirinya tiga kali kepada tiga anak (Lucia, Jacinta, dan Francisco) di Fatima. Di kunjungan ketiga nya, Malaikat itu datang dengan Ekaristi. Setelah menangguhkan Hosti dan Piala di udara, Dia melemparkan diriNya bersujud di tanah dan meminta ketiga anak untuk berdoa bersama dengan Dia. Jika seorang Malaikat bersujud di tanah di hadapan Ekaristi, bagaimana seharusnya sikap kita saat menerima Ekaristi?

Kita tidak perlu merebahkan diri di tanah di depan Ekaristi waktu kita pergi menerima Komuni berikutnya supaya tidak mengganggu jalannya Komuni. Akan tetapi secara batin kita bisa bersujud. Apakah kita berdiri atau berlutut untuk menerima, kita selalu dapat di dalam hati, pikiran, dan jiwa kita, untuk bersujud dalam adorasi kepada Allah yang hidup dalam Ekaristi. Kita juga bisa mengungkapkan penghormatan kita kepada Yesus secara konkret dengan membungkukkan kepala kita sebelum menerima Ekaristi.

Sewaktu kita menerima Komuni dengan kesadaran ini, kita menjadi lebih penuh hidup, sehingga kita dapat mengatakan bersama dengan Santo Paulus, “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20).

Rahasia 2: Tuhan Yesus tidak sendirian

Ketika Tuhan Yesus hadir di Ekaristi, Dia tidak sendirian. Yesus hadir dalam Ekaristi dengan tubuh dan darah-Nya bersama dengan jiwa dan ke Allahan-Nya.

Ketika kita berbicara tentang roti menjadi tubuh Kristus dan anggur menjadi darah Kristus, roti dipecahkan dan anggur dibagikan. Kata-kata kita ini bisa menyiratkan kalau Kristus dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Melalui konsekrasi, tubuh Kristus memang menjadi hadir dalam rupa roti, dan darah Kristus memang menjadi hadir dalam rupa anggur. Tapi kita tidak bisa membagi Kristus. Dimanapun Tubuh-Nya ada, darah-Nya juga harus ada. Dan di mana pun tubuh dan darah-Nya ada, jiwa manusia-Nya dan sifat keAllahan-Nya juga ada di sana. Dengan demikian, Gereja mengajarkan bahwa setiap partikel dari apa yang tampak seperti roti berisi seluruh Kristus, dan setiap tetes apa yang tampak seperti anggur mengandung seluruh Kristus: “Di dalam setiap rupa dan di dalam setiap bagiannya tercakup seluruh Kristus, sehingga pemecah roti tidak membagi Kristus” (CCC #1377). Inilah sebabnya mengapa kita tidak harus menerima Komuni dalam bentuk roti dan anggur kedua-duanya. Saat kita menerima Komuni dalam bentuk roti saja atau anggur saja, kita sudah menerima seluruh Kristus.

Apa yang dimaksud dengan Yesus juga hadir dalam keAllahan-Nya yang sempurna? Di Surga, Kristus hidup dan berkuasa bersama-sama dengan Bapa dan Roh Kudus. Sebagai Anak Allah dan Anak Manusia, Raja segala raja, Yesus sekarang dimuliakan dalam tubuh dan jiwa dan duduk di sebelah kanan Bapa. Ia dikelilingi oleh seluruh malaikat surgawi dan orang-orang kudus. Dia berkumpul kembali secara kekal dengan Ibu-Nya, Santa Perawan Maria, yang telah diangkat ke surga, tubuh dan jiwa, dan yang kini bertahta dengan Yesus sebagai Ratu langit dan bumi. Yesus tidak meninggalkan Surga untuk hadir dalam Ekaristi. Kehadiran-Nya di Ekaristi tidak berbeda dengan kehadiran- Nya di Surga. Itu berarti bahwa ketika Yesus hadir dalam Ekaristi, semua Surga hadir bersama-Nya.

Setiap kali kita menerima Komuni, kita masuk ke dalam persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus. Tuhan Yesus mengatakan, “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:10). “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri” (Yoh 8:29). Dimana Bapa dan Putera hadir, Roh Kudus juga ada. Dengan demikian, Tritunggal Mahakudus berdiam di hati setiap orang yang menerima Komuni. Yesus sendiri menyakinkan kita ini: “Jika seorang mengasihi Aku, … Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh 14:23).

Rahasia 3: Hanya ada satu Misa

Ingatkah kalian sebelum situasi pandemi seperti sekarang ini, kemungkinan besar saat ini ada ratusan Misa yang sedang berlangsung setiap jam di seluruh dunia. Dan misa-misa itu mungkin sangat berbeda dalam banyak cara – cara menyanyikan lagu-lagu nya, cara Imam memberikan homili, kapan umat duduk dan berlutut, apakah Misa nya memakai putra altar atau putri altar, dan sebagainya. Kita cenderung untuk membeda-bedakan Misa berdasarkan preferensi kita sendiri-sendiri, sehingga kita gagal untuk mengenali dimensi kekal dan universal yang terjadi dalam Misa.

CCC menjelaskan bahwa sengsara, wafat, kebangkitan, dan kenaikan Kristus ke Surga tidak bisa dilihat hanya sebagai peristiwa terpisah-pisah, melainkan sebagai satu peristiwa unik, yang Gereja sebut sebagai “misteri Paskah.” Dan misteri Paskah ini bukan hanya sebuah peristiwa yang terjadi 2000 tahun yang lalu di Yerusalem dan sekarang telah berakhir. Pengorbanan Ekaristi, yang kita sebut Misa, tidak pernah sebagai peristiwa yang terisolasi dan tersendiri. Setiap kali Misa dirayakan, itu “menghadirkan kurban tunggal Kristus” (CCC #1330). Ini adalah bagian dari mujizat Misa, yaitu Misa “tidak hanya mengingatkan kita akan peristiwa-peristiwa yang menyelamatkan kita, tetapi menghadirkannya juga. Misteri Paska Kristus dirayakan bukan diulangi.” (CCC #1104).

Karena dari itu, Imam yang memimpin kurban Ekaristi tidak mengerjakan sesuatu yang baru. Melainkan, melalui pelayanannya, pengorbanan Salib Kristus satu kali untuk selama-lamanya, yang selalu hadir di hadapan Bapa di Surga, sekarang dihadirkan di waktu dan tempat kita. Karena itu, “Kurban Kristus dan kurban Ekaristi hanya satu kurban” (CCC #1367), dan seperti yang diajarkan di Konsili Trent, bahwa imam dan korban juga satu dan sama: “Kristus sendiri, Imam Agung abadi Perjanjian Baru, mempersembahkan kurban Ekaristi melalui pelayanan imam. Demikian juga Kristus sendirilah menjadi bahan persembahan dalam kurban Ekaristi. Ia sendiri sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur” (CCC #1410).

Jadi, pada kenyataannya hanya ada satu Misa, satu Liturgi Ekaristi abadi, dan itu berlangsung di Surga sepanjang masa. Kristus, Imam Besar Agung Tunggal, merayakan Misa itu, terus-menerus mempersembahkan pengorbanan- Nya, satu kali untuk selama-lamanya, kepada Bapa di Surga, dikelilingi oleh Maria dan orang-orang kudus, dan oleh para malaikat, yang menyanyikan pujian-pujian Nya dalam adorasi tak habis-habisnya. Karena itu, saat merayakan Misa, kita tidak berdoa sendirian. Kita tidak hanya berdoa dengan orang-orang lain di dalam gereja dengan kita, tetapi kita berdoa bersama-sama dengan seluruh Gereja – di seluruh dunia dan di Surga.

Dan apa peran Imam dalam semua ini? Paus Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa sakramen Imamat tak terpisahkan dengan Ekaristi. Kepada Imam telah diberikan keistimewaan yang paling unik, dan juga tanggung jawab yang mendalam, karena tidak ada Ekaristi tanpa Imamat, sama seperti halnya tidak ada Imamat tanpa Ekaristi. Paus Yohanes Paulus II juga menjelaskan bahwa Imam dipanggil untuk secara pribadi bersatu benar-benar dengan Kristus sehingga menjadi, dalam arti yang sangat nyata, “Kristus yang lain.” Melalui pentahbisan, Imam tidak hanya berwenang mewakili Kristus, melainkan secara unik dan sakramental diidentifikasikan dengan Kristus.

Rahasia 4: Ekaristi bukan hanya satu mujizat

Mungkin kita berpikir kalau perayaan Ekaristi hanya mengenai mujizat roti dan anggur berubah menjadi Kristus. Akan tetapi sebenarnya Ekaristi mengandung kekayaan yang luar biasa dan berbagai mujizat yang terjadi bersama- sama. Fr. Frederick Faber menjelaskan di bukunya “The Blessed Sacrament”, bahwa di Ekaristi terjadi beberapa keajaiban bersama-sama, dan yang masing-masing lebih luar biasa daripada penciptaan dunia. Tetapi untuk bisa mendaftar dan memahami sepenuhnya semua mujizat itu bukanlah tujuan utamanya. Cukup dengan mengenali betapa kompleks misteri Ekaristi itu dan merenungkan beberapa mujizat yang sekilas telah kita bahas, kita bisa lebih menyadari betapa spesial karunia Tuhan yang telah diberikan kepada kita.

Mari kita renungkan kembali mujizat-mujizat dari rahasia 1-3:

  • Melalui konsekrasi, roti dan anggur tidak ada lagi. Akan tetapi sifat ilmiah mereka tetap ada.
  • Partikel terkecil dari apa yang indra kita masih anggap sebagai roti dan anggur sekarang adalah Kristus.
  • Kehadiran Kristus bukan simbolis atau sebagian, tapi nyata dan sepenuhnya. Ia hadir tubuh, darah, jiwa, dan keAllahan.
  • Kristus sungguh hadir seperti Dia di Surga, hidup dan mulia.
  • Kristus tidak meninggalkan Surga. Keberadaan-Nya di Surga tidak dilipatgandakan, tapi dinyatakan, bukan hanya di satu tempat, tetapi di setiap tempat di mana Misa sedang dirayakan.
  • Hanya Kristus hadir secara sakramental dalam rupa roti dan anggur, tapi Dia tidak sendirian. Bapa dan Roh Kudus dan semua Surga juga hadir bersama-Nya.
  • Pada setiap perayaan Misa, kita diangkat keluar dari waktu sekarang dan masuk ke dalam kekekalan untuk berpartisipasi dengan para malaikat dan orang kudus dalam satu liturgi Ilahi yang sedang terus-menerus dirayakan di Surga sebagaimana Kristus mempersembahkan pengorban-Nya satu kali untuk selama-lamanya kepada Bapa.
  • Imam dipersatukan dengan Ekaristi dengan cara yang unik dan luar biasa sehingga ia menerima identifikasi sakramental khusus seperti Kristus. Ini memungkinkan dia untuk mempersembahkan Kurban Kudus dalam pribadi Kristus.
  • Melalui kurban Ekaristi, seluruh alam semesta yang diciptakan bersatu

Semua mujizat ini, bersama dengan mungkin banyak lagi yang kita bahkan tidak tahu, terjadi seketika dan sekaligus. Tak heran CCC mengatakan “Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup kristiani” dan “Sakramen-sakramen lainnya berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan kepadanya. Sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja” (CCC #1324).

Rahasia 5: Kita tidak hanya menerima

Kata-kata yang kita gunakan sering kali membatasi pemahaman kita tentang apa yang sebenarnya mau disampaikan. Contohnya adalah kata “menerima”. Ungkapan “menerima Komuni” seakan-akan menggambarkan suatu kegiatan yang pasif. Kita baru saja melihat betapa luar biasa karunia yang ditawarkan melalui Komuni sehingga kita dapat menerima kepenuhan Allah sendiri di dalam diri kita. Sudah sepantasnya kita tidak menerima karunia itu hanya dengan cara pasif. Tuhan Yesus mengundang kita untuk tidak hanya menerima Komuni, tetapi untuk masuk ke dalam persekutuan itu.

Bagaimana kita masuk dalam persekutuan itu? Mari kita lihat arti kata Komuni itu sendiri. Komuni secara harafiah berarti “persekutuan” atau “persatuan”. Ketika digunakan dalam konteks Sakrament Ekaristi, itu menyarankan suatu persatuan yang mirip dengan persatuan di dalam Sakramen Perkawinan, di mana “keduanya itu menjadi satu daging”. Seperti yang dijelaskan di CCC, Ekaristi disebut sebagai Komuni Kudus karena “didalam Sakaremen ini kita menyatukan diri dengan Kristus yang mengundang kita mengambil bagian dalam tubuh dan darah-Nya, supaya kita membentuk satu tubuh” (CCC #1331). Sama seperti pernikahan membutuhkan partisipasi dan komunikasi aktif dari setiap orang untuk mencapai persekutuan yang diinginkan, demikian juga dengan penerimaan Ekaristi. Kita harus memberikan diri kita kepada Kristus sebagaimana Dia memberikan diri-Nya kepada kita.

Untuk menanggapi undangan Tuhan Yesus untuk menyambut Dia dalam Sakrament Ekaristi, “kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang begitu agung dan kudus” (CCC #1385). Bagaimana kita mempersiapkan diri? CCC menyebutkan beberapa persyaratan minimum:

  • Kita harus memeriksa hati nurani kita.
  • Jika kita sadar telah melakukan dosa besar, kita harus mengaku dosa sebelum kita menerima Komuni.
  • Kita harus merenungkan ketidak-layakan kita dan meminta dengan penuh iman untuk penyembuhan dari Tuhan (”Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.”)
  • Kita harus menuruti peraturan pantang yang diwajibkan Gereja (“berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama waktu sekurang-kurangnya satu jam sebelum komuni, terkecuali air semata-mata dan obat-obatan” (Kitab Hukum Kanonik 919)) .
  • Kita harus memastikan bahwa sikap tubuh kita, termasuk gerakan dan cara berpakaian kita, menyampaikan “penghormatan, kekhidmatan, dan kegembiraan yang sesuai dengan saat di mana Kristus menjadi tamu kita.” (CCC #1387)

Tapi di luar persyaratan minimum itu, Gereja selalu menekankan pentingnya waktu persiapan sebelum Komuni dan waktu syukur setelah Komuni untuk menyiapkan pikiran dan hati kita untuk dapat masuk ke dalam hubungan kasih dan persatuan yang lebih dalam dengan Kristus. St. Theresa of Jesus mengatakan “Let us detain ourselves lovingly with Jesus and not waste the hour that follows Communion.

Dia menganjurkan agar kita tidak terburu-buru keluar setelah Komuni, tapi menggunakan kesempatan itu untuk bersyukur. St. Padre Pio menulis “When Mass was over I remained with Jesus in thanksgiving. Oh how sweet was the colloquy with paradise that morning! It was such that, although I want to tell you all about it, I cannot. … My joy was so intense and deep that I could bear it no more and tears of happiness poured down my cheeks.

Sharing

  1. Sharingkan pengalaman kalian yang paling berkesan yang berhubungan dengan Ekaristi!
  2. Berikan pendapatmu dan sharingkan perasaanmu ketika tidak bisa menerima komuni serperti di situasi sekarang ini.
  3. Percayakah kamu akan mujizat ekaristi seperti miracle of Lanciano? Berikan pendapatmu.

Lihat : https://churchpop.com/2015/06/28/5-extraordinary-eucharistic-miracles-with-pictures

Referensi

Vinny Lynn. 7 Secrets of the Eucharist. MercySong, Inc in collaboration with Ignatius Press, 2006.