Sesi 42 – Week of 23 August 2020 

Eucharist: Super Substantial Bread


Intro

Sebuah survei yang dilakukan Pew research di tahun 2019 menunjukkan bahwa 69% umat katolik di Amerika tidak percaya bahwa Ekaristi adalah tubuh dan darah Kristus. Hasil survei ini sungguh sangat mengejutkan. Konsili Vatikan II menyebutkan bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani, yang berarti Ekaristi adalah awal dan akhir kehidupan Kristiani. Jika hampir 70% umat katolik tidak menyadari hal ini, ada sesuatu yang hilang dari pemahaman kita.

Materi

Cathecism of the Catholic Church (CCC) menunjukkan bahwa di dalam Ekaristi tercakup seluruh kekayaan rohani Gereja yaitu Kristus sendiri. Mari kita baca CCC 1324-1327 tentang Ekaristi.

1324

The Eucharist is “the source and summit of the Christian life.” “The other sacraments, and indeed all ecclesiastical ministries and works of the apostolate, are bound up with the Eucharist and are oriented toward it. For in the blessed Eucharist is contained the whole spiritual good of the Church, namely Christ himself, our Pasch.”

1325

“The Eucharist is the efficacious sign and sublime cause of that communion in the divine life and that unity of the People of God by which the Church is kept in being. It is the culmination both of God’s action sanctifying the world in Christ and of the worship men offer to Christ and through him to the Father in the Holy Spirit.”

1326

Finally, by the Eucharistic celebration we already unite ourselves with the heavenly liturgy and anticipate eternal life, when God will be all in all.

1327

In brief, the Eucharist is the sum and summary of our faith: “Our way of thinking is attuned to the Eucharist, and the Eucharist in turn confirms our way of thinking.”

Di dalam Ekaristi, Kristus sendiri hadir sesuai dengan janji-Nya di dalam perjamuan malam terakhir sebelum sengsara dan wafat-Nya. Ekaristi diberikan sebagai perjanjian baru dan kekal, dan menyatukan kita dengan kehidupan ilahi dan umat Allah di dalam Gereja. Perayaan Ekaristi bukan hanya perayaan biasa saja, namun menyatukan diri kita dengan liturgi surgawi. Orang mengatakan bahwa perayaan Ekaristi adalah Heaven on Earth, saat dimana kita mengecap setitik kehidupan surga. Karena itu, mari kita semakin mendalami apa yang terkandung di dalam Ekaristi.

Untuk memahami pentingnya Ekaristi, mari kita lihat kembali bacaan kitab suci misa hari raya Tubuh dan Darah Kristus dari kitab Ulangan (Ul 8:2-3.14b-16a), Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1 Kor 10:16-17) dan Injil Yohanes (Yoh 6:51-58).

Bacaan Pertama (Ul 8:2-3.14b-16a)

Di padang gurun seberang Sungai Yordan, berkatalah Musa kepada umat Israel, “Ingatlah akan seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun itu. Maksud Tuhan ialah merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah- Nya atau tidak. Jadi Tuhan merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari segala sesuatu yang diucapkan Tuhan. Ingatlah selalu pada Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Dialah yang memimpin engkau melalui padang gurun yang luas dan dahsyat itu, dengan ular-ularnya yang ganas serta kalajengkingnya dan tanahnya yang gersang, yang tidak ada airnya. Dialah yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras. Dialah yang di padang gurun memberi engkau makan manna yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu.”

Bacaan Kedua (1 Kor 10:16-17)

Saudara-saudara terkasih, bukankah piala syukur yang kita syukuri merupakan persekutuan dengan Darah Kristus? Bukankah roti yang kita bagi-bagi merupakan persekutuan dengan Tubuh Kristus? Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun banyak merupakan satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu.

Bacaan Injil (Yoh 6:51-58)

Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan!” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab, daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku, dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”

(fasil memberikan waktu 3-5 menit supaya anggota CG dapat meresapkan bacaan ini)

Sharing

1. Dari ketiga bacaan di atas, ayat manakah yang menarik perhatianmu? Pesan apakah yang kamu dapatkan secara pribadi dari bacaan di atas? Sharingkan.

Di dalam bacaan pertama, di sini Musa berbicara kepada bangsa Israel tentang perjalanan panjang mereka di padang gurun. “Jadi Tuhan merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu”. Manna di sini merujuk pada makanan yang Tuhan berikan selama bangsa Israel berjalan dari Mesir menuju tanah terjanji. Bangsa Israel berhenti makan manna ini setelah mereka memasuki tanah terjanji.

Gereja menghubungkan bacaan pertama ini dengan kata-kata Yesus di dalam Injil Yohanes 6. Di dalam Yohanes 6, Yesus sendiri berkata: “Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”. Yesus secara explisit membandingkan diri-Nya (roti surga) dengan manna yang dimakan oleh bangsa Israel. Melalui referensi manna yang dimakan oleh bangsa Israel, kita dapat merefleksikan kata-kata Yesus secara lebih mendalam.

Bangsa Israel keluar dari Mesir, dan melalui perjalanan panjang yang berat di padang gurun, akhirnya mereka mencapai tanah terjanji. Jika kita menganalogikan perjalanan iman kita dengan perjalanan bangsa Israel. Apakah Mesir itu? Mesir adalah tempat perbudakan. Tempat ini melambangkan perbudakan dosa, keterikatan, kecanduan, budaya kematian. Bangsa Israel adalah segala kebaikan (segala pikiran, kehendak, dan kreativitas) yang ada di dalam diri kita. Semuanya ini terkekang oleh perbudakan dosa. Dengan campur tangan Tuhan (divine intervention), bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, dan mereka melakukan perjalanan menuju tanah terjanji. Apakah tanah terjanji itu? Tanah terjanji adalah kepenuhan penebusan Yesus yang akan kita alami di surga.

Sama seperti bangsa Israel yang menyebrangi laut merah, kita dibebaskan dari dosa melalui pembaptisan. Kita telah dibebaskan dari perbudakan dosa, namun kita belum mencapai tanah terjanji. Apa yang ada di antara Mesir dan tanah terjanji? Yang memisahkan Mesir (perbudakan dosa) dan tanah terjanji (kepenuhan di surga) adalah perjalanan panjang yang berat dan sulit. Tidak ada yang mengatakan bahwa penjalanan kita menuju kepenuhan surgawi adalah perjalanan yang mudah. Perjalanan ini adalah perjalanan sulit, bukanlah perjalanan yang nyaman, dan kita akan menjumpai berbagai tantangan dan kesulitan. Apakah godaan dari perjalanan ini? Jika kita melihat bangsa Israel, mereka tergoda untuk kembali ke Mesir, kembali kepada kehidupan lama di dalam belenggu dosa.

Apa yang bangsa Israel butuhkan saat mereka tergoda ingin kembali ke Mesir? Tuhan tahu mereka membutuh kan makanan, dan Tuhan memberikan manna. “Jadi Tuhan merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna”. Ini melambangkan kita semua yang dalam perjalanan berat menuju tanah terjanji dengan kelaparan. Apa yang kita butuhkan? Kita membutuhkan roti hidup, roti yang turun dari surga.

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab, daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.” Yesus berkata bahwa Ekaristi, tubuh dan darah-Nya adalah makanan yang menyokong kita dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Makanan ini jugalah yang mempersiapkan kita untuk kepenuhan kehidupan surgawi. Yesus tahu kita membutuhkan makanan ini, dan Dia memberikannya kepada kita. Ambillah!

Setiap kali kita mendoakan doa Bapa kami, kita mengatakan “Give us this day our daily bread”. Kalimat ini di dalam bahasa Yunani: “ton arton ton epiousion”. Ousion berarti substantial, epi-ousion berarti supersubstantial. Jadi setiap kali kita mendoakan doa Bapa kami, kita berkata, “Give us this day the supersubstantial bread” untuk menopang kita dalam perjalanan panjang kita.

Kita yang menerima tubuh dan darah Kristus dipersatukan menjadi satu tubuh. Di dalam bacaan kedua, Santo Paulus mengingatkan Jemaat di Korintus bahwa “Bukankah roti yang kita bagi-bagi merupakan persekutuan dengan Tubuh Kristus? Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun banyak merupakan satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu.” Jika kita ingat kembali, Gereja adalah juga tubuh Kristus (tubuh mistik Kristus).

Conclusion

Yesus mengerti apa yang kita butuhkan dalam peziarahan kita di dunia ini dan perjalanan kita menuju ke surga. Dia memberikan tubuh dan darah-Nya sebagai makanan, supersubstantial bread, yang menopang kita dalam perjalanan kita. Marilah kita selalu menimba dari rahmat Tuhan yang luar biasa besar ini sehingga kita dikuatkan dan dimampukan untuk menjalani perjalanan kita menuju tanah terjanji.

(Nonton bareng video Homili Bishop Barrons: https://youtu.be/3-giXW3_ijo)

Sharing

  1. Sharingkan apa yang ada di dalam benakmu saat pertama kali kamu mendengar dan menyadari bahwa setelah konsekrasi di dalam Doa Syukur Agung, roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Bagaimana sikapmu terhadap Ekaristi kudus?
  2. Apa yang kamu rasakan dengan tidak bisa ke Gereja pada hari minggu untuk misa kudus selama beberapa bulan ini? Sharingkan.
  3. Seperti dalam doa Bapa kami “Give us this day our daily bread”, apakah berkat yang telah kamu terima dari Tuhan selama satu minggu terakhir ini? Sharingkan.

Mari kita tutup sesi CG hari ini dengan doa Bapa kami.

Closing Prayer

Our Father, who art in heaven, hallowed be Thy name. Thy kingdom come,Thy will be done, on earth as it is in heaven. Give us this day our daily bread, and forgive us our trespasses, as we forgive those who trespass against us. And lead us not into temptation, but deliver us from evil. Amen.

Reference

  1. Bishop Barrons. Super Substantial Bread. https://youtu.be/3-giXW3_ijo
  2. http://www.katolisitas.org/ekaristi-sumber-dan-puncak-spiritualitas-kristiani/
  3. Trent Horn. Why 70% of catholics deny Christ’s Real Presence in the Eucharist. https://www.catholic.com/audio/cot/why-70-of-catholics-deny-christs-real-presence-in-the-eucharist