It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
Untuk sebagian besar dari kita, hasil kerja keras kita biasanya dihargai dengan sejumlah uang atau gaji. Tentu saja uang bukanlah satu-satunya hasil yang kita dapat, tapi terkadang uang lah selalu yang dilihat sebagai patokan utama. Kita tentu saja memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan material kita sehari-hari, tetapi apakah uang membawa kebahagiaan? Banyak dari kita pasti menjawab tidak, tetapi di dalam lubuk hati kita, kita tahu kalau punya rumah besar, mobil mewah, bisa travelling kemana-mana, dapat amat sangat menyenangkan hati kita. Kita selalu ingin kalau kerja keras kita dihargai dengan uang yang lebih. Kita selalu membandingan status kita dengan orang lain, dengan berapa banyak uang yang kita punya. Dan lebih lagi, di zaman modern ini banyak dari kita yang menjadikan financial achievement sebagai cita-cita hidup.
Kita sebagai orang Katolik sering diajarkan tentang Charity dan kenapa kita perlu praktekan Charity, dan kita juga sering melihat di berita tentang act of Charity dari banyak orang dari agama lain. Materi CG kali ini kita akan belajar secara garis besar tentang pentingnya Charity dari sisi beberapa agama mayoritas di dunia.
Sebelum membaca bahan di bawah, coba kalian ingat ingat tentang pelajaran Charity yang kita terima sebagai orang Katolik, dan perhatikan apa saja persamaan yang bisa kalian dapat dengan ajaran Charity di agama lain.
Di minggu ini kita sudah 2 minggu lebih memasuki masa prapaskah. Dan dalam masa prapaskah ini kita juga
dianjurkan untuk melakukan perbuatan kasih lebih daripada biasanya. Kita sudah banyak mengenal macam-macam
perbuatan kasih seperti memberikan sumbangan dalam hal materi, tenaga, waktu, dll, atau mengunjungi panti asuhan
atau panti jompo, ikut kegiatan volunteering, membersihkan pantai, membantu di dapur umum, dll. Namun, sejak
virus Corona mewabah dari tahun lalu ini membuat kita harus lebih kreatif dalam melakukan kegiatan amal.
Dalam hidup kita, kita akan menghabiskan kira-kira 90,000 jam untuk bekerja. Ini setara dengan 1⁄3 hidup kita. Namun, masih banyak umat Katolik yang memisahkan waktu mereka untuk bekerja dari waktu mereka menjadi seorang Katolik. “Di rumah dan di gereja, aku dengan taat menjadi orang Katolik. Kalau di tempat kerja (atau sekolah), aku hanya melakukan tugasku saja— tidak perlu pusing memikirkan nilai-nilai Katolik.” Terdengar familiar?
Pemimpin yang hebat mungkin adalah sesuatu yang langka di jaman sekarang ini. Banyak orang sudah kehilangan kepercayaan pada pemimpin mereka, baik pemimpin gereja, negara ataupun perusahaan tempat mereka bekerja. Sering kali orang-orang yang menduduki posisi pemimpin ini hanya mementingkan diri sendiri atau kepentingan kelompok mereka. Mereka tidak mampu menyatukan dan menginspirasi pengikut mereka. Mereka tidak mau mengambil keputusan kontroversial yang membuat mereka berada di posisi yang sulit atau membuat perubahan besar yang berlawanan dengan kebiasaan yang sudah dijalani selama ini. Banyak orang mengharapkan seorang pemimpin yang dapat membawa kesegaran baru kepada dunia yang sudah stagnant ini, dan bagi gereja Katolik kita mendapatkan sosok pemimpin yang baru di dalam diri Paus Fransiskus.
Santo Josemaria Escriva pernah berkata, “Work is born of love; it is a manifestation of love and is directed towards love.” Mungkin kita pernah bertanya-tanya di dalam hati atau bertanya kepada Tuhan: Mengapa saya bekerja? Apakah saya sudah bekerja dengan baik? Apakah yang ingin saya capai dari pekerjaan saya? Lewat pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat menyadari bahwa tujuan hidup kita adalah mengasihi Tuhan, bukanlah “menghasilkan sesuatu”. “Holiness does not consist in doing more difficult things every day, but in doing them every day with greater love.”
Pada CG kali ini kita akan belajar dari Santo Josemaria Escriva tentang bekerja, terutama bekerja untuk kasih.
Teman-teman AmoreDio pasti sudah sering mendengar tentang hari raya peringatan, hari pesta santo santa, hari raya wajib, dll. Di bulan ini kita sudah belajar banyak tentang liturgi. Bahan CG kali ini terbagi atas 2 topik, dimana kita mau belajar dan menelaah lebih detil lagi tentang : 1) klasifikasi hari-hari liturgi kita dan 2) hari raya wajib misa.
Selain untuk menambah pengetahuan iman kita, tentu saja dengan mengetahui lebih dalam tentang hal ini, kita dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti dalam memprioritaskan hari-hari yang penting di kalender tahunan kita. Mengerti pentingnya hari-hari tersebut sangat membantu kita untuk lebih mengenal dan hidup lebih dekat lagi kepada Tuhan kita.
Tahun liturgi terdiri dari siklus masa dan siklus suci, yang masing-masing disebut the Proper of Time dan the Proper of Saints. Keduanya diorganisir dan diterbitkan dalam kalender liturgi, yang juga diperkaya dengan perayaan yang tepat untuk Gereja-Gereja lokal, baik nasional, keuskupan, tingkat paroki, atau komunitas religius. Misteri Paskah Yesus Kristus — penderitaan, kematian, dan kebangkitannya — terus menerus diberitakan dan diperbarui melalui perayaan peristiwa dalam hidupnya dan dalam pesta Perawan Maria yang diberkati dan orang-orang kudus.
Minggu lalu, kita sudah belajar mengapa liturgi sangat penting bagi umat Katolik. Di dalam Liturgi memang terdapat banyak tanda dan simbol, tetapi apakah kita sadar apa makna di balik lambang tersebut? Seringkali kita melihat tanda dan simbol tersebut tanpa berpikir banyak atau menghayatinya. Bahkan, beberapa dari kita masih tidak percaya akan simbol Liturgi dan maknanya. Hari ini, kita akan membahas beberapa simbol dan tanda yang kita amati dalam Liturgi dan makna di baliknya.
Selamat Tahun Baru 2021! Tahun lalu mungkin akan menjadi tahun yang tidak terlupakan bagi kita semua dikarenakan dengan adanya wabah Corona yang mewabah diseluruh dunia dan kita pun harus menyesuaikan gaya hidup kita dengan ‘the new normal’. Mulai dari #washyourhand #stayathome #wearyourmask #workfromhome #circuitbreaker #psbb #dirumahaja, dll.
Untuk topik awal tahun di bulan Januari ini, kita akan membahas tentang Liturgi. Berapa banyak dari kita yang masih terus mengikuti misa ekaristi? Berapa banyak dari kita yang merasakan bahwa liturgi itu membosankan atau menjadi rutinitas karena kewajiban untuk mengikuti misa setiap minggunya, atau malah sejak ada misa secara online kita menjadi tidak fokus, kurang berkesan, kurang semangat atau malah bolong-bolong misa mingguan.