It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
Apakah teman-teman pernah mendengar tentang Beato Carlo Acutis? Banyak media menulis artikel berita bahwa dia adalah Santo Generasi Z Pertama dalam Gereja Katolik. Kisah Carlo yang merupakan seorang gamer yang jago komputer grafis, juga suka main bola dan pergi ekaristi, telah mendapat banyak perhatian dan minat dari seluruh dunia. Wah, kedengeran mirip dengan kita-kita zaman sekarang ya! Siapakah dia? Yuk, mari kita belajar untuk tahu lebih banyak tentang Beato Carlo Acutis.
Sobat-sobat Amoredio, hari ini kita akan membahas sesuatu yang lebih berlaku dan bisa diaplikasikan di kehidupan kita sehari-hari. Santo-santa moderen! Santo-santa bukanlah hanya orang-orang tua jaman kuno, jaman medieval atau jaman renaissance saja. Apa itu santo-santa moderen? Siapakah contoh-contohnya? Apakah kita bisa dan/atau perlu menjadi santo-santa moderen? Mari kita bahas lebih lanjut bersama-sama, dan kita akhiri dengan pesan dari Paus Fransiskus.
Sobat-sobat AmoreDio, adakah dari kalian yang dari kecil bercita-cita untuk menjadi Saint? Yang dimaksud di sini bukan Saint Seiya ya yang berjuang melawan Satria Zodiac di film kartun masa kecil kita, tetapi menjadi santo/santa yang adalah orang kudus gereja.
Kalau ada, wah luar biasa sekali! Tahukah kalian bahwa menjadi santo/santa sudah seharusnya menjadi tujuan semua dari kita umat Katolik? Susah gak ya? Bagaimana sih caranya seseorang bisa menjadi santo/santa? Nah, yuk kita bahas sama-sama.
Sakramen Baptis adalah fondasi dari kehidupan seorang Kristiani. Tuhan banyak memberikan tanda-tanda dalam Perjanjian Lama untuk menekankan pentingnya Sakramen ini dalam rencana keselamatan Tuhan. Air dipakai sebagai sarana untuk membawa keselamatan, seperti dalam cerita Nabi Nuh, lalu kisah bangsa Israel menyeberangi Laut Merah dan berpuncak pada kisah Yosua membawa bangsa Israel melewati sungai Yordan masuk ke Tanah Terjanji. Kisah keselamatan ini terulang lagi dalam Perjanjian Baru, dimana Yesus yang adalah “Yosua Baru” (Yosua = Yesus dalam bahasa Ibrani) membawa umat-Nya ke surga lewat pembaptisan.
Minggu lalu kita telah mendiskusikan tentang ajaran sesat dari zaman baheula. Namun, kesesatan masih ada sampai sekarang. Untuk CG minggu ini, kita mau membahas lebih lanjut tentang ajaran-ajaran menyeleweng yang ada di zaman sekarang.
Mungkin dari kita ada yang pernah diajak untuk mengenal ajaran agama lain atau bahkan diajak masuk ke dalam anggota komunitas mereka. Ketika kita kira kita cukup mengenal agama tersebut, ternyata kita tidak tahu bahwa orang tersebut mengikuti aliran spesifik di dalamnya yang berbeda dengan pemahaman kita mengenai agama tersebut. Mana di zaman sekarang ini banyak juga bermunculan “agama” atau “sekte” atau “guru-guru” yang mengajarkan banyak hal berbeda. Apakah ini semua adalah ajaran sesat? Apa sih sebenarnya ajaran sesat itu?
Sejak Kejatuhan umat manusia di Taman Eden, penderitaan karena dosa dan penyakit telah menjadi pengalaman universal. Yesus Kristus menjadikan penyembuhan manusia, tubuh dan jiwa, sebagai bagian utama dari misi mesianis-Nya sebagai mesias. Yesus mengampuni orang lumpuh dari dosa-dosanya dan juga memulihkan kesehatan fisiknya. Dia membersihkan penderita kusta dari penyakitnya, sehingga memulihkan kesehatannya dan kehidupannya dalam masyarakat dan memperbolehkannya untuk menyembah Yahweh di Bait Suci. “Pekerjaan penyembuhan dan keselamatan” Yesus (KGK 1421) dilanjutkan di Gereja melalui sakramen, dengan fokus penyembuhan melalui Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Penyembuhan Yesus adalah tanda bahwa melalui Dia efek dosa dibalikkan. Ketika kerajaan selesai, kita akan kembali ke sukacita Eden; penderitaan, penyakit, dan kematian tidak akan ada lagi.
Hari ini kita akan mempelajari lebih dalam tentang sakramen pengurapan orang sakit dengan melihat ke dalam perjanjian lama, perjanjian baru, dan aplikasinya.
Sobat-sobat AmoreDio, hari ini kita akan belajar mengenai Sacrament of Holy Order atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Sakramen Imamat. Sakramen Imamat adalah sakramen di mana seseorang dijadikan uskup, imam, atau diakon. Penerima sakramen ini dibaktikan sebagai citra Kristus (In persona Christi). Hanya uskup (termasuk juga patriark dan paus) yang berhak dan boleh melakukan sakramen ini. Hari ini kita akan belajar mengenai sejarah peran Imam ini dalam perjanjian lama dan perjanjian baru dan juga mendalami mengapa peran ini penting bagi kita.
Dari awal penciptaan pria dan wanita, Tuhan sudah melembagakan (institutionalize) perkawinan:
KGK 1604 : Tuhan yang telah menciptakan manusia karena cinta, juga memanggil dia untuk mencinta, satu panggilan kodrati dan mendasar setiap manusia. Manusia telah diciptakan menurut citra Allah, yang sendiri adalah cinta. Oleh karena Allah telah menciptakannya sebagai pria dan wanita, maka cinta di antara mereka menjadi gambar dari cinta yang tak tergoyangkan dan absolut, yang dengannya Allah mencintai manusia.
Panggilan ke sakramen perkawinan adalah panggilan untuk pria dan wanita ke dalam sebuah hubungan yang mencerminkan cinta kasih Tuhan – a love that is absolute, unfailing, sacrificial and life giving.
- Marital love is to be a godly love -
Sakramen adalah sesuatu yang Allah Bapa rencanakan sejak awal mula ketika Dia menciptakan dunia. Allah memperkenalkan Sakramen sedikit demi sedikit mulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Semua yang tertulis di dalam Kitab Suci mempunyai ikatan yang kuat dengan kehidupan Gereja sekarang ini. Santo Agustinus menyimpulkan dalam 1 kalimat: Perjanjian Baru tersembunyi di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama semakin diperjelas lewat Perjanjian Baru.
Sakramen berasal dari bahasa Latin, sacramentum, yang artinya sumpah (oath). Perjanjian (covenant) dalam tradisi kuno menandakan kesepakatan untuk menjalin hubungan sebagai satu keluarga, misalnya dalam perkawinan atau mengadopsi anak. Ketika satu keluarga menyambut anggota keluarga baru maka kedua pihak akan mengikat perjanjian ini dengan bersumpah, makan bersama dan memberikan persembahan. Yesus meminta rasul-rasulNya untuk memperbarui perjanjian dengan Allah Bapa melalui cara yang sama.