Sesi 30 - Week of 12 May 2024

The Great Commission: Command or Privilege?


Intro

Suka atau tidak, kita semua memiliki kewajiban dalam hidup ini, dan bagi orang Kristiani, seharusnya tidak terlalu sulit untuk memahami bahwa Tuhan juga mengharapkan banyak hal dari kita. Salah satu topik yang sering diperdebatkan adalah tentang Amanat Agung (The Great Commission). Beberapa orang percaya bahwa Amanat Agung itu sendiri bukanlah sebuah perintah. Perintah itu terkesan seperti hukum, mengandung tekanan, dan ada kemungkinan besar akan gagal kita penuhi. Orang-orang ini percaya bahwa Amanat Agung lebih seperti sebuah janji ilahi, sebuah tugas khusus yang Tuhan ingin lakukan bersama kita dan melalui kita—sebuah hak istimewa. Apa yang harus kita pahami dari ini? Apakah Amanat Agung sebagai “tugas khusus” dan sebuah perintah itu saling eksklusif? Atau, apakah mungkin bahwa Amanat Agung adalah keduanya: sebuah janji untuk semua orang Kristiani yang dibaptis dan juga sebuah kewajiban bagi kita?

Bahan

The Great Commission

Mat 28:19 – Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Mat 28:20 – dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Dari kutipan Injil di atas (i.e. The Great Commission), kita bisa melihat bahwa ada kewajiban yang harus diikuti. Mungkin banyak dari kita tidak suka kata-kata seperti “tugas” dan “kewajiban”, apalagi “perintah”. Tapi, apakah menuruti perintah berarti kita tidak melakukannya dengan cinta? Atau, kita menuruti perintah karena kita cinta?

Bayangkan situasi ini: Orang tua mempunyai tugas dan kewajiban untuk menjaga anak-anak mereka, memberi mereka tempat tinggal, makanan, dan yang paling penting, kasih sayang. Orang tua Kristiani, terutama yang sudah membaptis anak-anak mereka, mempunyai tugas yang lebih lagi. Mereka harus mengajarkan Iman Katolik kepada anak-anak mereka, dan ini bukan sesuatu yang bisa mereka tinggalkan. Ini memang tugas khusus, dan Katekismus Gereja Katolik juga menekankan bahwa ini adalah hak istimewa, tapi lebih dari itu, ini merupakan sebuah kewajiban. Meski begitu, tidak ada yang bisa bilang cinta orang tua berkurang karena mereka juga menjalankan kewajiban mereka; dan tidak ada yang bilang orang tua merasa “ditekan” untuk menjadi orang tua yang baik dan penuh cinta hanya karena ada hukum yang mendukung kesejahteraan anak-anak.

Christ’s Command to Love Another

Ingat bahwa Perjanjian Baru tidak menghapuskan Hukum. Memang, Tuhan kita datang untuk memenuhi Hukum. Kalau kita merasa “Amanat Agung sebagai perintah” telah menciptakan hukum lain yang pasti akan gagal kita penuhi, itu sama saja dengan mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan perintah yang tidak bisa kita laksanakan. Seperti yang Tuhan kita katakan:

“Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:30). Satu-satunya cara Amanat Agung menjadi perintah yang tidak bisa dipenuhi adalah jika kita membiarkan hati kita menjadi keras dan kita menerima pemikiran bahwa “kewajiban” dan “hukum” itu buruk atau tidak diinginkan.

Salah satu bagian dari evangelisasi adalah mengajarkan perintah Yesus. Apa perintah-Nya? “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34) Ini adalah kuncinya.

Namun, ada banyak cara untuk mengungkapkan cinta. Ingat apa yang Yesus katakan mengenai Hukum dan para nabi:

Mat 22:36 – “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”

Mat 22:37 – Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Mat 22:38 – Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

Mat 22:39 – Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Mat 22:40 – Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

If You Love Me …

Cinta adalah sebuah kehendak. Oleh karena itu, ada banyak cara berbeda untuk menunjukkan cinta kita kepada orang lain. Salah satu caranya adalah dengan menjangkau orang-orang dengan pesan keselamatan dari Injil. Apakah kalian melihat itu sebagai perintah atau tidak, mestinya tidak menjadi masalah. Perintah bisa, dan seharusnya, diikuti dalam cinta. Seperti yang Tuhan katakan:

“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15).

Pertama-tama kita jatuh cinta dengan Tuhan dan Allah kita. Setelah langkah pertama dalam cinta itu, kita kemudian terus menaati-Nya karena kita mengasihi-Nya. Kita mengasihi terlebih dahulu, lalu mengikuti dan menaati. Satu mengalir secara alami ke yang lain. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa mengikuti perintah sama dengan berada di bawah rasa sakit dari hukuman.

All Catholics Are Called to Evangelize

Cinta Kristus haruslah menjadi satu-satunya alasan yang mendorong kita untuk evangelisasi dan menjalani kehidupan yang kudus. Namun, itu tidak menghapus kenyataan bahwa Kristus memberi kita arahan yang tegas tentang bagaimana kita harus menjalani hidup kita, dan jika kita tidak memenuhi harapan tersebut, kita tidak akan berkuasa bersama Dia di kerajaan surgawi. Tentu saja, setiap orang semestinya tidak dipaksa untuk menjalani gaya hidup Kristiani karena tekanan, tetapi urgensi dari arahan Tuhan kepada kita yang mengikutinya tidak boleh diabaikan. Lebih dari satu kesempatan, Paus Benediktus XVI berbicara tentang “tugas” semua Katolik untuk evangelisasi:

“Mission is a duty about which one must say ‘Woe to me if I do not evangelize‟ (1 Corinthians 9:16)… Redemption and mission are acts of love [because] those who proclaim the Gospel participate in the charity of Christ.”

Dalam pidatonya kepada para pimpinan umum dari komunitas misionaris, Paus Benediktus menggunakan bahasa yang lebih kuat:

“One of the promising indications of a renewal in the Church’s missionary consciousness in recent decades has been the growing desire of many lay men and women, whether single or married, to cooperate generously in the missio ad gentes. As the [Second Vatican] Council stressed, the work of evangelization is a fundamental duty incumbent upon the whole People of God, and all the baptized are called to ‘a lively awareness of their personal responsibility for the spreading of the Gospel’ (Ad Gentes, 36).”

‘Preach the Gospel to Every Creature’

Evangelisasi bukan hanya sebuah tugas, namun juga merupakan sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab ini juga ditekankan oleh para penulis Konsili Vatikan Kedua. Namun, komentar di bawah ini, yang disampaikan dalam peringatan empat puluh tahun dokumen Ad Gentes dari Konsili Vatikan Kedua, merupakan pernyataan terkuat dari Paus, dan beliau juga secara eksplisit menggunakan kata “perintah” saat mendeskripsikan Amanat Agung:

“Out of obedience to the command of Christ, who sent his disciples to proclaim the Gospel to all the nations (cf. Matthew 28: 18-20), the Christian community in our time too feels sent to the men and women of the third millennium in order to acquaint them with the truth of the Gospel message and thereby give them access to the path of salvation.

“And this, as I said, is not an option but the vocation proper to the People of God, a duty incumbent upon it by the command of the Lord Jesus Christ himself.”

Bagian yang ditebalkan diambil dari komentar Paus Paulus VI yang diberkati dalam eksortasi apostoliknya tahun 1975, Evangelii Nuntiandi. Dalam dokumen tersebut, Paus Paulus VI yang diberkati menyatakan hal berikut:

“[T]he presentation of the Gospel message is not an optional contribution for the Church. It is the duty incumbent on her by the command of the Lord Jesus, so that people can believe and be saved. This message is indeed necessary. It is unique… It is truth. It merits having the apostle consecrate to it all his time and all his energies, and to sacrifice for it, if necessary, his own life…

“If people proclaim in the world the Gospel of salvation, they do so by the command of, in the name of and with the grace of Christ the Savior…

“But who then has the mission of evangelizing? The Second Vatican Council gave a clear reply to this question: it is upon the Church that ‘there rests, by divine mandate, the duty of going out into the whole world and preaching the gospel to every creature.’”

Penutup

Tugas. Tanggung jawab. Perintah. Mandat. Semua kata-kata ini mendeskripsikan evangelisasi. Dan apa yang menghidupi tindakan kita dalam mandat yang diberikan kepada kita oleh Tuhan? Cinta. Cinta kepada Kristus dan cinta kepada sesama kita. Seperti yang dikatakan sebelumnya, “cinta” dan “tugas” tidak harus saling bertentangan. Jika kita menjalankan perintah Tuhan kita, termasuk perintah-Nya untuk evangelisasi, maka kita pasti menunjukkan cinta kepada saudara kita yang sama seperti yang Tuhan kita minta untuk ditunjukkan dalam Yohanes 13. Mari kita terus berdoa agar lebih banyak umat beriman menemukan keberanian untuk menginjili, baik itu di jalan, di kedai kopi atau di rumah bersama keluarga. Kita semua memiliki karisma yang berbeda. Namun, dalam Kristus Yesus, kita adalah satu tubuh dan kita hanya memiliki satu misi: Untuk menyalakan api di dunia.

Pertanyaan Sharing

  1. Sharingkan pengalaman kalian menerima evangelisasi dalam perjalanan iman kalian.
  2. Sharingkan pengalaman kalian menjalankan perintah Tuhan dengan cinta e.g. bisa dalam konteks evangelisasi maupun hal yang lain.
  3. “Evangelisasi bukan hanya sebuah tugas, namun juga merupakan sebuah tanggung jawab.” Menurut kalian apakah perbedaan tugas dan tanggung jawab? Apakah kalian setuju dengan kalimat diatas? Sharingkan.

Source