Sesi 69 - Week of 1 June 2025

Prudence – St. Thomas Aquinas


Intro

Dalam tradisi Kristiani, kebijaksanaan (prudence) dipahami sebagai kebijaksanaan praktis yang memungkinkan seseorang untuk menjadi baik dan bertindak dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hal-hal biasa maupun luar biasa. Atau, seperti yang dikutip secara ringkas dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) dari St. Thomas Aquinas, kebijaksanaan adalah “right reason in action.”

Kebijaksanaan bertanggung jawab untuk memilah keinginan-keinginan yang berbudi luhur, karena ia membentuk kehidupan manusia yang masuk akal. Kebijaksanaanlah yang secara langsung membimbing penilaian hati nurani. Orang yang bijaksana memiliki keinginan yang telah dibentuk oleh kebajikan moral.

Salah satu orang yang memiliki kebajikan utama (Central Virtues) kebijaksanaan dan dapat terlihat dengan jelas adalah St. Thomas Aquinas. Dalam CG hari ini, kita mau mengenal lebih dekat lagi dengan Santo Thomas Aquinas.

Bahan

Siapakah Santo Thomas Aquinas?

Menggabungkan prinsip-prinsip teologis iman dengan prinsip-prinsip filosofis, Santo Thomas Aquinas termasuk di antara pemikir paling berpengaruh dalam Skolastisisme abad pertengahan. Sebagai seorang yang berpengaruh dalam Gereja Katolik Roma dan penulis yang produktif, Aquinas meninggal pada 7 Maret 1274 di biara Sistersian Fossanova, dekat Terracina, Latium, Italia.

Masa Muda

Sebagai putra dari Landulph, seorang pangeran Aquino, Santo Thomas Aquinas lahir sekitar tahun 1225 di Roccasecca, Italia, dekat Aquino, Terra di Lavoro, di Kerajaan Sisilia. Thomas memiliki delapan saudara kandung dan merupakan anak bungsu. Ibunya, Theodora, adalah seorang bangsawati dari Teano. Meskipun keluarganya adalah keturunan Kaisar Frederick I dan Henry VI, mereka dianggap sebagai bangsawan kelas bawah.

Sebelum Santo Thomas Aquinas lahir, seorang pertapa suci menyampaikan sebuah ramalan kepada ibunya, meramalkan bahwa anaknya akan masuk Ordo Pengkhotbah (Ordo Dominikan), menjadi seorang pembelajar besar, dan mencapai kesucian yang tiada banding.

Mengikuti tradisi pada masa itu, Santo Thomas Aquinas dikirim ke Biara Monte Cassino untuk dilatih di antara para biarawan Benediktin ketika ia baru berusia lima tahun. Santo Thomas Aquinas adalah “seorang anak yang cerdas” yang “telah menerima jiwa yang baik.”, seperti yang dideskripsikan di dalam Kebijaksanaan 8:19. Di Monte Cassino, bocah yang penuh rasa ingin tahu itu berulang kali bertanya kepada para gurunya, “Siapakah Tuhan?”

Santo Thomas Aquinas tinggal di biara tersebut hingga ia berusia 13 tahun, ketika situasi politik memaksanya untuk kembali ke Napoli.

Pendidikan

Santo Thomas Aquinas menghabiskan lima tahun berikutnya menyelesaikan pendidikan dasarnya di sebuah rumah Benediktin di Napoli. Selama periode ini, ia mempelajari karya Aristoteles, yang kelak menjadi dasar utama bagi eksplorasi filsafatnya sendiri. Di rumah Benediktin yang berafiliasi erat dengan Universitas Napoli, Thomas juga mulai tertarik pada ordo monastik yang lebih kontemporer. Ia terutama terpesona oleh ordo yang menekankan kehidupan pelayanan spiritual, berbeda dengan pandangan tradisional dan gaya hidup tertutup yang diamatinya di Biara Monte Cassino.

Sekitar tahun 1239, Santo Thomas Aquinas mulai bersekolah di Universitas Napoli. Pada tahun 1243, ia diam-diam bergabung dengan Ordo Dominikan dan menerima jubah biara pada tahun 1244. Ketika keluarganya mengetahui hal ini, mereka merasa sangat dikhianati karena Thomas telah meninggalkan prinsip-prinsip yang mereka anut. Mereka kemudian memutuskan untuk menculiknya. Keluarga Thomas menahannya selama setahun penuh, mengurungnya di benteng San Giovanni di Roccasecca. Selama periode ini, mereka mencoba mengubah pikirannya agar meninggalkan keyakinan barunya. Namun, Thomas tetap teguh pada keyakinannya dan kembali ke Ordo Dominikan setelah dibebaskan pada tahun 1245.

Dari tahun 1245 hingga 1252, Santo Thomas Aquinas melanjutkan studinya bersama para Dominikan di Napoli, Paris, dan Köln. Ia ditahbiskan sebagai imam di Köln, Jerman, pada tahun 1250, dan kemudian mengajar teologi di Universitas Paris. Di bawah bimbingan Santo Albertus Agung, Thomas akhirnya meraih gelar doktor dalam bidang teologi. Sesuai dengan ramalan sang pertapa suci, Thomas menunjukkan dirinya sebagai seorang sarjana luar biasa. Namun, ironi dari kesederhanaannya sering kali membuat teman-teman sekelasnya salah paham dan menganggapnya kurang cerdas. Setelah membaca tesis Thomas dan menganggapnya brilian, profesor nya, Santo Albertus Agung, membelanya dengan berkata, “Kita menyebut pemuda ini sebagai lembu bisu, tetapi suaranya dalam ajaran akan menggema di seluruh dunia!”

Teologi dan Filsafat

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Santo Thomas Aquinas mendedikasikan hidupnya untuk perjalanan, menulis, mengajar, berbicara di depan umum, dan berkhotbah. Lembaga-lembaga keagamaan dan universitas berlomba-lomba untuk mendapatkan petuah dari “The Christian Apostle” ini.

Pemikiran abad pertengahan diwarnai oleh pergulatan dalam mendamaikan hubungan antara teologi (iman) dan filsafat (akal budi/reason). Banyak orang berselisih mengenai cara menyatukan pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu dengan informasi yang diamati secara alami melalui akal dan indera. Berdasarkan “theory of the double truth” dari Averroes, kedua jenis pengetahuan ini saling bertentangan. Namun, Santo Thomas Aquinas menolak teori Averroes dan mengemukakan pandangan revolusioner bahwa “both kinds of knowledge ultimately come from God” dan oleh karena itu saling selaras. Menurut pemikirannya, bukan hanya selaras, tetapi juga dapat bekerja sama: ia percaya bahwa wahyu dapat membimbing akal budi dan mencegahnya dari kesalahan, sementara akal budi dapat menjelaskan dan mengungkap misteri dalam iman.

Menggabungkan Prinsip Teologi Tradisional dengan Pemikiran Filosofis Modern

Karya-karya Santo Thomas Aquinas menyentuh berbagai pertanyaan dan pergulatan intelektual abad pertengahan, baik di kalangan akademisi, otoritas gereja, maupun masyarakat umum. Mungkin inilah yang menjadikannya tak tertandingi dalam pengaruh filosofis pada masanya, serta menjelaskan mengapa pemikirannya terus menjadi landasan bagi pemikiran kontemporer—menginspirasi respons dari teolog, filsuf, kritikus, dan umat beriman hingga saat ini.

Karya-Karya Utama

Sebagai seorang penulis yang produktif, Santo Thomas Aquinas menulis hampir 60 karya dari yang singkat hingga sangat mendalam. Salinan tulisan tangannya tersebar di berbagai perpustakaan di Eropa. Karya-karyanya mencakup berbagai topik teologi dan filsafat, termasuk komentar tentang Alkitab serta kajian terhadap tulisan Aristoteles mengenai filsafat alam.

Saat mengajar di Köln pada awal 1250-an, Santo Thomas Aquinas menulis komentar panjang tentang Four Books of Sentences karya teolog skolastik Peter Lombard, yang disebut Scriptum super libros Sententiarium atau Commentary on the Sentences. Pada periode yang sama, ia juga menulis De ente et essentia atau On Being and Essence untuk para biarawan Dominikan di Paris.

Pada tahun 1256, ketika menjabat sebagai regent master dalam bidang teologi di Universitas Paris, Aquinas menulis Impugnantes Dei cultum et religionem atau Against Those Who Assail the Worship of God and Religion, sebuah risalah yang membela ordo pengemis yang dikritik oleh William of Saint-Amour.

Antara tahun 1265 hingga 1274, Santo Thomas Aquinas menulis Summa Theologica, sebuah karya yang sangat filosofis. Karya ini kemudian diikuti oleh Summa Contra Gentiles, yang meskipun masih bersifat filosofis, dianggap oleh banyak kritikus sebagai pembelaan terhadap keyakinan yang telah ia kemukakan dalam karya-karyanya sebelumnya.

Santo Thomas Aquinas juga dikenal karena menulis komentar tentang prinsip-prinsip filsafat alam yang dikemukakan dalam tulisan Aristoteles, seperti On the Heavens, Meteorology, On Generation and Corruption, On the Soul, Nicomachean Ethics, dan Metaphysics.

Tak lama setelah kematiannya, tulisan-tulisan teologi dan filsafat Santo Thomas Aquinas mendapat pengakuan luas dan memperkuat pengikutnya di antara kaum Dominikan. Universitas, seminari, dan perguruan tinggi akhirnya menggantikan Four Books of Sentences karya Lombard dengan Summa Theologica sebagai buku teks utama dalam studi teologi. Pengaruh tulisan Santo Thomas Aquinas sangat besar sehingga diperkirakan ada lebih dari 6.000 komentar yang telah dibuat tentang karyanya hingga saat ini.

Masa Tua dan Wafatnya

Pada bulan Juni 1272, Santo Thomas Aquinas setuju untuk pergi ke Napoli dan memulai program studi teologi bagi rumah Dominikan yang berdekatan dengan universitas. Meskipun ia masih menulis secara produktif, kualitas karyanya mulai menurun.

Selama perayaan Hari Santo Nikolas pada tahun 1273, Santo Thomas Aquinas mengalami visi mistik yang membuatnya merasa bahwa menulis sudah tidak lagi penting. Saat misa, ia dilaporkan mendengar suara dari salib yang berkata, “Engkau telah menulis dengan baik tentang Aku, Thomas; hadiah apa yang kau inginkan?” yang dijawabnya dengan, “Tiada lain selain Engkau sendiri, Tuhan.”

Ketika romo pendengar pengakuan dosanya, Pastor Reginald dari Piperno, mendesaknya untuk terus menulis, ia menjawab, “Aku tak bisa lagi menulis. Rahasia yang telah diungkapkan kepadaku begitu besar sehingga semua yang telah kutulis kini tampak tak berarti.” Sejak saat itu, Santo Thomas Aquinas tidak pernah menulis lagi.

Pada Januari 1274, Santo Thomas Aquinas memulai perjalanan menuju Lyon, Prancis, untuk menghadiri Konsili Kedua, namun tidak pernah sampai ke sana. Dalam perjalanan, ia jatuh sakit di biara Sistersien di Fossanova, Italia. Para biarawan ingin agar ia tinggal di kastil, tetapi, karena merasa ajalnya sudah dekat, Thomas memilih untuk tetap di biara, dengan berkata, “Jika Tuhan ingin memanggilku, lebih baik aku ditemukan di rumah religius daripada di kediaman seorang awam.”

Dikenal sebagai “Guru Universal”, Santo Thomas Aquinas wafat di Biara Fossanova pada 7 Maret 1274. Ia kemudian dikanonisasi oleh Paus Yohanes XXII pada tahun 1323.

 

Pertanyaan Sharing

  1. Apa yang menarik bagimu setelah membaca biografi St. Thomas Aquinas diatas? Sharingkan!
  2. Sharingkan pendapatmu tentang Faith (iman) VS Reason (akal budi) !
  3. Di Zaman sekarang ini, banyak sekali orang Katolik yang cuek tentang ajaran-ajaran Gereja. Banyak yang menerima secara buta saja atau sebaliknya menolak ajaran tersebut jika ajaran tersebut tidak nyaman untuk dilakukan. Sharingkan pendapat atau pengalaman kalian atas pernyataan tersebut.

Referensi

https://www.biography.com/religious-figure/saint-thomas-aquinas