Sesi 32 - Week of 24 May 2020

New Evangelisation for Lapsed Catholics


Sharing Questions

Apakah kalian pernah bertemu atau kenal dengan seseorang yang berhenti pergi ke Gereja atau seseorang yang dibaptis Katolik tapi tidak pernah mempraktekkan ajaran Katolik? Sharingkan.

What is “New Evangelisation”?

Pada tahun 2012, Ordinary General Assembly of the Synod of Bishops XIII berkumpul untuk membahas topik The New Evangelization for the Transmission of the Christian Faith. Synod of Bishop adalah sekumpulan uskup yang terpilih dari berbagai negara untuk duduk di Dewan Penasehat. Pada tahun tersebut, mereka kembali menegaskan bahwa new evangelisation adalah panggilan yang ditujukan kepada semua orang dan bahwa itu dilakukan dalam tiga area, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

Area pertama adalah dalam bidang pelayanan pastoral biasa yang menargetkan orang-orang yang sudah rajin dan setia ke gereja. Pelayanan pastoral biasa berupaya membantu orang percaya untuk bertumbuh secara rohani sehingga mereka dapat menanggapi kasih Allah dengan lebih penuh lagi dalam kehidupan mereka. Ini adalah kesempatan yang baik untuk new evangelisation untuk mengobarkan hati umat beriman yang secara teratur mengambil bagian dalam ibadat komunitas. Dalam kategori ini kita juga dapat memasukkan anggota-anggota yang setia yang memelihara iman yang dalam dan tulus, mengungkapkannya dengan cara mereka masing-masing, tetapi jarang mengambil bagian aktif dalam ibadat atau pelayanan.

Area kedua adalah “orang yang telah dibaptis tapi hidupnya tidak mencerminkan tuntutan Pembaptisan”. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini tidak memiliki hubungan yang berarti dengan Gereja dan tidak lagi mengalami penghiburan yang lahir dari iman. Gereja, dalam keprihatinan keibuannya, berusaha membantu mereka merasakan pertobatan untuk mengembalikan sukacita iman ke dalam hati mereka dan mengilhami komitmen terhadap Injil.

Terakhir, kita tidak dapat melupakan bahwa evangelisasi yang paling utama adalah tentang pemberitaan Injil kepada mereka yang tidak mengenal Yesus Kristus atau yang selalu menolak-Nya. Banyak dari mereka diam-diam mencari Tuhan, dipimpin oleh kerinduan untuk melihat wajah-Nya, bahkan di negara-negara tradisi Kristen kuno. Mereka semua memiliki hak untuk menerima Injil dan kita sebagai orang Katolik memiliki kewajiban untuk memberitakan Injil tanpa mengecualikan siapa pun. Daripada seperti terlihat memaksakan kewajiban baru, kita harus tampil sebagai orang yang ingin berbagi kegembiraan mereka, yang menunjuk ke cakrawala keindahan dan yang mengundang orang lain ke perjamuan lezat. Gereja tumbuh bukan dengan menyebarkan agama, tetapi “dengan ketertarikan”.

Pada akhir perkumpulan tersebut, Pope Benedict menjelaskan bahwa Gereja Katolik sedang mengalami krisis besar di mana banyak orang, terutama kaum muda, mulai meninggalkan gereja. Pope Benedict pun menekankan fokus gereja dalam new evangelisation untuk membawa para lapsed Catholics kembali ke Gereja Katolik. Sebagian dari kita mungkin selalu mengasosiasikan evangelisasi dengan non-Katolik, tetapi pada hari ini kita akan membahas evangelisasi untuk lapsed Catholics.

Jadi, apa itu lapsed Catholics?

Kata lapsed Catholics sudah muncul sejak zaman dulu, tepatnya pada tahun 1950an, dan digunakan untuk memanggil orang Katolik yang telah dibaptis namun tidak mengikuti praktek keagamaan Katolik (non-practising). Muncullah pertanyaan selanjutnya: “Apa yang membedakan practising dan non-practising Catholics?” Fr. Mike Schmitz menjelaskan bahwa practising Catholics menjalankan iman mereka menggunakan “alat-alat” yang telah diberikan oleh Gereja Katolik.

10 Perintah Allah

Ketika kita melanggar salah satu (atau bahkan beberapa) dari 10 perintah Allah, ini bukan berarti kita langsung menjadi lapsed Catholics. Namun, dengan berusaha mengikuti 10 perintah Allah, kita pun masuk ke kategori practising Catholics.

  1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu
  2. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat
  3. Kuduskanlah hari Tuhan
  4. Hormatilah ibu-bapamu
  5. Jangan membunuh
  6. Jangan berzinah
  7. Jangan mencuri
  8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu
  9. Jangan mengingini istri sesamamu
  10. Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil

Ajaran Gereja

Sebagai practising Catholic, kita harus menyetujui Ajaran Gereja seperti yang dijelaskan dalam Katekismus Gereja Katolik. “Persetujuan” tidak berarti bahwa kita sepenuhnya memahami semua ajaran, juga tidak berarti bahwa kita tidak akan mengalami kesulitan dengan beberapa ajaran. Persetujuan berarti bahwa kita menerima kebijaksanaan Gereja dan mengambil langkah-langkah untuk memahami mereka dengan lebih baik melalui doa dan pembelajaran.

5 Perintah Gereja

CCC 2041-2043 menjelaskan bahwa 5 perintah gereja ini adalah minimum mutlak untuk kehidupan beriman dalam Gereja Katolik. Apabila kita tidak mengikuti 5 Perintah Gereja ini berarti tidak mempunyai hidup yang terhubung dengan Tuhan dan Gereja Katolik.

  1. Ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan pada hari raya yang diwajibkan; dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
  2. Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun
  3. Sambutlah tubuh Tuhan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, terutama pada waktu Paskah.
  4. Berpuasa dan berpantanglah pada hari yang ditentukan
  5. Bantulah kebutuhan-kebutuhan material gereja, masing-masing menurut kemampuannya. (Refer to footnotes)

Jadi pada intinya, practising Catholics bukanlah orang yang berhasil mengikuti semua perintah dan ajaran ini, tetapi menunjukkan usaha dalam mengikuti ini. Secara otomatis, non-practising Catholics adalah mereka yang tidak mengikuti ajaran ini sama sekali.

Bishop Barron, dalam salah satu interview-nya, membahas tentang survey yang dilakukan di US untuk mencari tahu alasan mengapa lapsed Catholics meninggalkan Gereja Katolik. Beberapa organisasi Katolik di berbagai negara juga melakukan survey serupa. Berikut adalah hasilnya.

Alasan-alasan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori:

Hal-hal yang tidak dapat diubah

Mereka memiliki perbedaan pendapat dengan ajaran Gereja Katolik, contohnya: pernikahan sesama jenis, bercerai dan menikah kembali, kontrasepsi, dsb.

Hal-hal yang dapat diubah

Beberapa alasan yang Bishop Barron banyak temukan di kalangan ex-Catholics sebenarnya dapat diperbaiki. Di antaranya adalah homili yang kurang bermutu dan staf dan pemimpin gereja terasa arogan dan kurang ramah. Begitu banyak orang yang merasa sendirian, terisolasi, dan tak dianggap di paroki, keuskupan, dan komunitas Gereja selama bertahun-tahun. Bukannya Ekaristi tidak memenangkan mereka. Bukan juga karena mereka belum tersentuh oleh Yesus Kristus dan pindah ke iman yang dalam. Mereka tidak tinggal di gedung cukup lama untuk bertemu dengan Tuhan karena mereka tidak disambut dengan sambutan hangat dan komunitas yang menyenangkan. Selain itu beberapa alasan lain juga terdengar seperti kesalahpahaman yang dapat diperbaiki.

Dalam melakukan tugas kita untuk evangelisasi lapsed Catholics, sangat penting bagi kita untuk mengerti alasan sesungguhnya mereka meninggalkan gereja. Jika alasan tersebut merupakan sesuatu yang mutlak dan tidak dapat diubah seperti yang disebutkan di atas, percakapan tersebut mungkin menjadi cukup sulit. Seperti yang dibahas pada sesi sebelumnya, kita dapat mencoba menambah pengetahuan kita mengenai doktrin-doktrin dan ajaran Gereja Katolik ataupun membawa seseorang yang lebih ahli dan berpengalaman untuk membantu kita dalam percakapan seperti ini.

Di Singapura, ada beberapa organisasi yang juga fokus dalam membawa lapsed Catholics untuk kembali ke Gereja i.e. Landings Singapore atau RCIA. (Lihat Annex untuk mencari tahu lebih lanjut)

Namun, untuk alasan yang dapat diubah, kita semua dapat melakukan sesuatu untuk membawa lapsed Catholics untuk kembali ke gereja. Ketika kita membagikan pengalaman kita di dalam gereja Katolik, hal ini dapat membantu mereka mengerti bahwa pengalaman yang mereka punya bukanlah gambaran umum dari semua gereja Katolik. Selain itu, bagi kita yang melakukan pelayanan di gereja atau komunitas Katolik, ini merupakan wake-up call bagi kita untuk menyadari betapa pentingnya bagi kita untuk melayani komunitas kita dengan sungguh-sungguh dan kerendahan hati. Kita tidak pernah tahu apa yang orang lain sedang alami dalam hidup mereka dan dengan bersikap ramah kita secara tidak langsung membuka pintu gereja sedikit lebih besar untuk orang-orang yang kesulitan dan sedang mencari Tuhan.

 

Untuk menutup bahan pada hari ini, mari kita membaca sekilas kehidupan aktor Mark Wahlberg, yang sempat jauh dari Tuhan dan Gereja Katolik dan bagaimana ia akhirnya kembali ke jalan yang benar. Bagi yang tidak tahu siapa itu Mark Wahlberg, dia adalah aktor yang menjadi terkenal sejak perannya di film Renaissance Man (1994), Fear (1996), lalu film yang membuat dirinya menuai banyak pujian tetapi juga kritik karena berperan sebagai Dirk Diggler, yakni peran bintang porno dalam Boogie Nights (1997). Sebagian dari kita mungkin mengenal Mark dari film The Italian Job (2003), atau generasi millennial pasti akan mengenalnya melalui film Transformers (2017).

Mark adalah satu dari sedikit aktor Hollywood yang menyatakan iman Katoliknya secara terbuka. Pria kelahiran 5 Juni 1971 ini tidak hanya dikenal sebagai aktor kenamaan Amerika Serikat. Dia juga seorang yang sukses sebagai produser, pebisnis, model, rapper, penyanyi, dan penggubah lagu. Namun, Mark Wahlberg juga dikenal sebagai aktor yang memiliki sejarah kelam dalam hidupnya, antara lain kasus kriminal yang mengantarkan dia menjadi penghuni penjara karena dua serangan berbau rasial terhadap seorang pria Vietnam ketika masih remaja. (Mark was charged with attempted murder).

Tetapi itu sudah menjadi masa lalu hidupnya, terutama di awal tahun 1990-an sampai awal tahun 2000-an. Kini, Mark sudah bertobat. Mark Wahlberg dikenal sangat terbuka dan terbuka tentang imannya. Meskipun ia tampak keras di luar dan masa lalunya dipertanyakan, ia adalah seorang Katolik yang taat. Dia menghadiri gereja setiap hari dan sering berdoa. Mark sering tampil mengenakan Rosario di balik kemejanya.

Mark Wahlberg pernah menyatakan hal ini dengan tegas dalam sebuah wawancara dengan Majalah Square Mile, “[Keyakinan saya adalah] bagian terpenting dalam hidup saya. Saya berdoa semoga saya dapat memenuhi keinginan saya untuk menjadi suami dan ayah terbaik daripada yang saya bisa. Saya tidak akan pernah bisa mengubah hidup saya dan meraih kesuksesan dan cinta yang saya miliki di dunia saya hari ini tanpa keyakinan saya.”

Direktur spiritual Markus adalah seorang pria bernama Pastor Flavin, seorang pastor paroki yang telah mengenal Wahlberg selama bertahun-tahun. Pastor Flavin membantu Mark untuk menjalani hidupnya sejak Mark putus sekolah dan menjadi mantan narapidana di sekolah menengah sampai sekarang di mana Mark mempunyai kehidupan sukses dan telah berkeluarga.

Father Flavin telah menunjukkan bahwa evangelisasi tidak hanya terjadi terhadap orang-orang non-Katolik, tetapi juga lapsed Catholics. Semoga kita semua menjadi terinspirasi untuk mulai menyebarkan kabar baik Tuhan kepada teman-teman dan keluarga kita yang beragama Katolik dan membawa mereka kembali ke Gereja.

Sharing

  1. Apakah kalian pernah mengajak teman/keluarga kalian untuk kembali ke Gereja atau komunitas Katolik? Sharingkan!
  2. Sebaliknya, pernahkah kalian diajak untuk kembali ke Gereja atau komunitas Katolik? Apakah alasan kalian berhenti ke Gereja atau komunitas Katolik atau practising Catholics teaching? Sharingkan!
  3. Fasil akan memberikan scenario lapsed Catholics dan CG members akan memberikan poin/argumen untuk evangelisasi orang tersebut. Skenario:
    1. Fasil berperan sebagai lapsed Catholics yang meninggalkan Gereja Katolik karena pernah ditegur Romo.
    2. Fasil berperan sebagai lapsed Catholics yang meninggalkan Gereja Katolik karena kesal dengan orang Katolik yang munafik.
    3. Fasil berperan sebagai lapsed Catholics yang meninggalkan Gereja Katolik karena tidak setuju dengan larangan kontrasepsi.

Footnotes