Sesi 70 - Week of 09 Juli 2023

Menjadi Saksi Kristus


Intro

Pada CG kali ini kita mau membahas lebih jauh tentang menjadi saksi Kristus. Kita mau memahami serta mau melibatkan diri dalam tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus.

Bahan

Setiap pengikut Yesus memiliki panggilan untuk menjadi saksi Kristus. Namun, banyak orang Katolik yang takut bersaksi. Mereka takut karena mungkin ada intimidasi atau ancaman yang membuat mereka takut.

Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau menunjukkan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain. Gereja juga mengabarkan Injil kepada dunia melalui kesaksian hidup yang setia kepada Tuhan Yesus. Menjadi saksi Kristus bisa menghadirkan risiko yang beragam. Seperti yang dikatakan oleh Yesus, “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.” (Yohanes 16:2)

Namun bagi kita orang Kristiani, kita harus berani bersaksi tentang Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Injil Matius 28:18 menegaskan, “Yesus telah menerima segala kuasa di surga dan di bumi.” Artinya, Yesus memiliki kuasa atas segala hal. Ia tidak perlu membela diri, berdebat, atau mencoba meyakinkan orang lain. Apakah orang lain percaya atau tidak, itu bukanlah hal yang penting. Yang penting adalah bahwa sang saksi telah menceritakan dengan jujur dan benar. Ketidakpercayaan seseorang tidak akan mengubah kebenaran menjadi kebohongan.

Dalam sejarah, kita juga mengetahui bahwa banyak orang yang rela mengorbankan nyawa mereka demi iman kepada Kristus dan ajaran-Nya. Mereka adalah para martir. Mereka mati demi keyakinan mereka kepada Kristus. Ada yang lebih memilih mati daripada mengkhianati iman mereka kepada Kristus. Ada juga martir yang meninggal karena memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi mereka yang tertindas. Salah satu contohnya adalah Uskup Agung El Salvador Oscar Romero, yang kita akan telaah cerita hidupnya lebih jauh di bawah ini.

Uskup Agung El Salvador Oscar Romero

Uskup Agung Oscar Romero dari El Salvador diangkat menjadi orang suci oleh Paus Fransiskus dalam upacara kanonisasi di Vatikan pada 14 Oktober 2018. Pengangkatan Romero sebagai orang suci didasarkan pada jasanya sebagai pelindung kaum miskin dan pahlawan hak asasi manusia di Amerika Latin.

Uskup Romero awalnya tidak dianggap sebagai sosok yang radikal atau berani. Sebelum menjadi Uskup Agung, ia dikenal sebagai seorang yang konservatif dan pemalu. Namun, peristiwa-peristiwa di El Salvador yang melibatkan penindasan dan ketidakadilan sosial mengubah pandangannya secara drastis. Setelah ditunjuk menjadi Uskup Agung pada tahun 1977, Romero mulai melihat penderitaan rakyat miskin dan kekerasan yang dilakukan oleh aparat militer sebagai tantangan iman dan panggilan untuk berjuang demi keadilan. Ia mulai menggunakan jabatannya untuk membela hak-hak kaum miskin dan mengkritik pemerintah yang korup.

Óscar Romero - Wikipedia

Pada awalnya, upaya Romero untuk melawan ketidakadilan dan melindungi kaum miskin tidak diakui oleh gereja dan bahkan mendapat penolakan dari beberapa rekan rohaniwan. Namun, ia tetap teguh pada prinsip-prinsipnya dan semakin dikenal sebagai pembela hak asasi manusia. Uskup Romero menggunakan kekuasaannya sebagai Uskup Agung untuk mengadakan protes damai dan menyampaikan pidato-pidato yang tajam menentang ketidakadilan sosial. Ia menyerukan perubahan sosial yang lebih adil dan mengkritik tindakan represif pemerintah serta kelompok bersenjata.

Uskup Romero pernah berkata: “Kristus sedang ‘tersalib’ bersama-sama rakyat El Salvador yang menderita dan tertindas. Maka bagi siapapun yang mengimani Kristus, seharusnya merasa terpanggil untuk membasuh peluh dan darah yang mengucur dari luka rakyat El Salvador, bagaikan usapan seorang wanita Yerusalem terhadap wajah Yesus yang penuh dengan luka ketika memanggul salib menuju Golgota.” Uskup Oscar Romero mengikuti jejak Kristus yang tersalib dan menjadi martir kebenaran dan kemerdekaan ketika ia ditembak oleh aparat militer saat memimpin misa di gerejanya.

Kristus berkata, “Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Lukas 24:48). Kita juga adalah saksi Kristus, Allah yang menjadi manusia, yang menderita, bangkit dari kematian pada hari ketiga, dan dalam nama-Nya, berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada semua bangsa, dimulai dari Yerusalem (Lukas 24:46-47). Menjadi saksi Kristus akan membawa risiko, seperti yang dialami oleh Santo Stefanus, martir pertama, dan para martir atau saksi Kristus sepanjang sejarah.

Ogah menjadi saksi Kristus?

Setelah mengetahui tentang keberanian dan pengabdian Uskup Agung Oscar Romero sebagai saksi Kristus, kita juga perlu menyadari bahwa menjadi saksi Kristus tidak selalu mudah bagi setiap orang. Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin enggan atau takut untuk menjadi saksi Kristus. Mari kita tinjau beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hal ini:

Sibuk mengumpulkan harta dunia

Dalam kehidupan ini, seringkali kita terperangkap dalam godaan untuk sibuk mengumpulkan harta dunia. Ironisnya, harta dunia yang menjadi fokus dan tujuan utama kehidupan ini tidak pernah memberikan kepuasan yang abadi. Kita dapat mengambil peringatan dari perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh dalam Lukas 12:13-21. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya tidak terlalu terikat pada harta benda dan kekayaan duniawi.

Sayangnya, ketika kita terlalu terobsesi dengan kekayaan materi, kita sering kali meremehkan panggilan untuk menjadi saksi Kristus. Kita menjadi tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain di sekitar kita dan berpandangan bahwa menyumbangkan dana untuk gereja atau pelayanan adalah tugas orang lain. Lebih menggiurkan bagi kita untuk menimbun harta dunia, daripada berkomitmen menjadi saksi Kristus yang melayani dan memberkati sesama.

Namun, perlu diingatkan bahwa Allah menginginkan kita untuk hidup dalam kebajikan, suka memberi, dan membagi. Hal ini bukan hanya untuk kepentingan kita sendiri, tetapi juga untuk menciptakan dasar yang baik bagi kehidupan yang sebenarnya, yaitu hidup yang bermakna dan berharga di hadapan-Nya. 1 Timotius 6:17-19 mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap jebakan kekayaan dan mengarahkan kekayaan kita untuk memberkati orang lain dan memuliakan Tuhan.

Kesenangan dan kenikmatan dunia

Gemerlapnya dunia ini menawarkan berbagai hiburan. Sayangnya, kesenangan dunia seringkali lebih menarik bagi kita daripada menjadi saksi Kristus. Kita bisa melihat contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton video atau acara televisi yang menghibur, atau mengikuti kegiatan olahraga yang mereka sukai. Mereka juga lebih memprioritaskan undangan makan atau acara sosial daripada mengikuti misa di gereja, bergabung dalam persekutuan doa, atau mengikuti acara rohani lainnya. Rasa ingin menikmati kesenangan dunia dan memenuhi keinginan hati kita seringkali menjadi penghalang dalam menjadi saksi Kristus yang setia.

Namun, dalam Lukas 21:34, Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk berjaga-jaga. Tuhan menekankan pentingnya menjaga hati kita agar tidak terbebani oleh pesta pora, kemabukan, dan kepentingan-kepentingan duniawi. Kita perlu waspada agar kita tidak terjebak dalam gaya hidup yang hanya mengejar kesenangan sesaat, sehingga saat Tuhan datang kembali, kita tidak terjebak dalam perangkap dunia yang memisahkan kita dari panggilan menjadi saksi Kristus.

Tentu saja, tidak ada yang salah dengan menikmati hiburan dan kesenangan dalam batas yang wajar. Tetapi kita harus selalu mengingat bahwa sebagai saksi Kristus, kita juga memiliki tanggung jawab untuk mengutamakan Tuhan dalam segala hal. Kita perlu menyeimbangkan kesenangan dunia dengan komitmen kita sebagai saksi Kristus. Ini mungkin membutuhkan pengorbanan dan komitmen yang tinggi, tetapi kita harus ingat bahwa panggilan kita sebagai saksi Kristus jauh lebih berarti dan berharga daripada kesenangan sementara yang dunia tawarkan.

Takut dan gentar menghadapi aniaya

Tidak dapat dipungkiri bahwa takut dan cemas adalah perasaan yang muncul ketika menghadapi kemungkinan persekusi sebagai saksi Kristus. Banyak orang yang ragu-ragu untuk menjadi saksi Kristus karena takut akan konsekuensi yang mungkin mereka alami. Mereka mungkin merasa tidak mampu menghadapi penolakan, penghinaan, atau bahkan kekerasan yang mungkin mereka hadapi dalam menjalankan panggilan tersebut. Namun, perlu diingat bahwa meskipun kita mungkin mengalami ketakutan, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian.

Di dalam Lukas 12:11-12, Tuhan Yesus memberikan penghiburan kepada para pengikut-Nya. Ia mengatakan bahwa ketika kita dihadapkan pada situasi di mana kita dipanggil untuk membela keyakinan kita, kita tidak perlu kuatir atau bingung tentang apa yang harus kita katakan. Roh Kudus akan hadir dalam hidup kita dan akan memberikan kebijaksanaan dan kata-kata yang tepat pada saat yang tepat.

Meskipun tantangan dan ancaman bisa menimbulkan ketakutan, sebagai saksi Kristus kita diberikan jaminan bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dan bimbingan kepada kita dalam setiap situasi yang sulit. Kita harus mengandalkan kuasa Roh Kudus dan mempercayai bahwa Tuhan akan melindungi, membimbing, dan memberikan keberanian kepada kita untuk menjadi saksi-Nya dalam segala keadaan.

Tawar hati dan jenuh dalam pelayanan

Bagi seorang saksi Kristus, menghadapi penolakan dan dikucilkan dari pergaulan bisa menjadi pengalaman yang menyakitkan dan mempengaruhi hati. Kita adalah manusia biasa dengan perasaan yang rentan, dan perasaan hati kita dapat mempengaruhi semangat kita dalam melayani. Salah satu hal yang seringkali mempengaruhi semangat kita adalah sikap tawar hati dan kejenuhan. Kita dapat merasa lelah secara emosional dan spiritual karena menghadapi kesulitan, penolakan, atau bahkan kegagalan dalam pelayanan. Dalam kondisi seperti itu, semangat kita bisa menjadi kendor dan roh kita bisa menjadi suam-suam kuku (lukewarm).

Namun, kita tidak boleh membiarkan tawar hati dan kejenuhan menguasai diri kita. Allah memanggil kita untuk tetap rajin dan menyala-nyala dalam melayani-Nya. Dalam Roma 12:11, rasul Paulus mengingatkan kita untuk tidak kehilangan semangat, melainkan untuk memelihara kerajinan dalam melayani Tuhan dan membiarkan roh kita menyala-nyala.

Untuk mengatasi sikap tawar hati dan kejenuhan, kita perlu mencari kekuatan dari Tuhan. Melalui doa, renungan Firman, dan persekutuan dengan saudara seiman, kita mendapatkan penyegaran dan pemulihan dalam pelayanan kita. Kita juga perlu mengingat kembali panggilan kita sebagai saksi Kristus dan fokus pada tujuan akhir kita, yaitu memberitakan Injil dan memperjuangkan kebenaran-Nya.

Jadi, bagaimana?

Penghalang-penghalang dalam pelayanan sebagai saksi Kristus harus diatasi dengan persiapan dan keberanian. Panggilan menjadi saksi Kristus bukanlah pilihan, tetapi keputusan yang didorong oleh kasih Tuhan Yesus dan pengalaman hidup dalam kasih-Nya. Dalam menghadapi tantangan tersebut, Lukas 21:17-19 mengingatkan kita bahwa kita mungkin akan dibenci dan dihadapkan pada situasi sulit. Namun, kita diberi jaminan bahwa setiap rambut di kepala kita takkan hilang dan jika kita bertahan, kita akan memperoleh hidup.

Menjadi saksi Kristus memiliki risiko yang beragam, termasuk penolakan, penganiayaan, dan bahkan ancaman fisik. Namun, kita harus berani bersaksi tentang Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Sebagai saksi, tugas kita adalah menceritakan dengan jujur dan benar apa yang diketahui dan dialami tentang Kristus. Meskipun mungkin ada ketakutan dan kecemasan, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Untuk menjaga keseimbangan antara kesenangan dan komitmen kita sebagai saksi Kristus, kita perlu menghindari godaan terlalu terikat pada harta dunia dan kesenangan duniawi. Meskipun terdapat tantangan dan pengorbanan, panggilan kita sebagai saksi Kristus memiliki makna dan nilai yang jauh lebih besar daripada sekadar mengejar kesenangan sementara dalam kehidupan.

Sharing Questions

  1. Apakah kalian pernah mengalami situasi atau tantangan yang membuat kalian ragu atau takut untuk menjadi saksi Kristus? Bagaimana kalian menghadapinya?
  2. Sebaliknya, apakah ada contoh konkret dalam kehidupan kalian di mana kalian telah menjadi saksi Kristus dengan cara yang nyata dan berdampak? Bagaimana pengalaman itu mempengaruhi kalian secara pribadi?
  3. Dari 4 faktor di atas, faktor manakah yang paling berpengaruh kuat dalam ketidakinginan kalian untuk menjadi saksi Kristus? Sharingkan pengalaman pribadi kalian.
  4. Sudahkah kalian menjadi saksi Kristus dengan meninggalkan zona nyaman hidup kalian yang cenderung tidak peduli kepada orang lain?