Sesi 9 - Week of 23 Nov 2025

Saints: What Should We Do With Our Fall?


Intro

Di antara semua tokoh dalam Injil, tidak ada dua figur yang mencerminkan dinamika jatuh dan harapan seperti Petrus dan Yudas. Keduanya adalah murid Yesus. Keduanya jatuh. Keduanya menyesal. Tetapi nasib mereka berbeda karena satu hal: bagaimana mereka menanggapi rahmat setelah jatuh.

Dalam dunia yang penuh kegagalan moral, keputusasaan, dan luka batin, kita sering merasa seperti terbelah dua—separuh Petrus yang ingin kembali, separuh Yudas yang ingin menyerah. Sesi ini bukan hanya tentang kisah dua murid, tetapi tentang bagaimana kita mengenali kejatuhan kita, merangkul rahmat, dan melangkah menuju pemulihan. Karena ketika kita sadar bahwa kita bukan sempurna, tetapi dicintai, kita mulai menemukan harapan di tengah kehancuran.

Sesi ini akan membawa kita merenungkan apa yang membedakan Petrus dan Yudas, bagaimana kita bisa belajar dari keduanya, dan apa yang harus kita lakukan saat kita jatuh—agar kejatuhan kita tidak menjadi akhir cerita, tetapi awal perjalanan kembali kepada Kristus.

Bahan

1. Pengantar

Petrus dan Yudas sama-sama pernah dekat dengan Yesus. Keduanya dipanggil secara pribadi, menyaksikan mukjizat, mendengar ajaran-Nya, bahkan melayani bersama. Namun, keduanya juga jatuh pada malam yang sama —malam Yesus diserahkan. Petrus menyangkal Yesus dan Yudas mengkhianati Yesus. Keduanya menyesal. Tetapi, arah penyesalan mereka berbeda: Penyesalan Petrus membawanya kepada air mata dan kembali kepada Yesus. Penyesalan Yudas membawanya ke jurang putus asa dan kematian. Mengapa hasilnya berbeda? Itulah yang akan kita telusuri—karena kunci perjalanan rohani kita sering terletak bukan pada “apakah kita jatuh” (karena semua orang jatuh), tetapi ke mana kita melangkah setelah jatuh.

2.Dasar Kitab Suci: Ketika Tuhan Menatap Kita

● Lukas 22:61-62 – “Tuhan berpaling dan memandang Petrus… lalu ia pergi keluar dan menangis dengan sedihnya.”

● Matius 27:3-5 – “Yudas… melemparkan uang itu ke dalam Bait Allah lalu pergi dan menggantung diri.”

● Tatapan Yesus kepada Petrus adalah tatapan cinta yang menghancurkan kebekuan dosa. Tapi Yudas memilih untuk melihat dirinya melalui rasa malu, bukan melalui belas kasih.

Yesus tidak hanya melihat dosa kita, tetapi potensi kita untuk bangkit kembali.

3. Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kejatuhan?

Kejatuhan Tidak Membedakan

Kedekatan dengan Yesus tidak menjamin kita tidak akan jatuh. Bahkan murid terdekat pun bisa goyah. Kesadaran ini membuat kita rendah hati, tidak mengandalkan kekuatan sendiri, dan selalu berjaga-jaga dalam doa (Mat 26:41).

Penyesalan Bukanlah Akhir

Penyesalan hanyalah awal. Petrus menangis, tetapi ia bertahan di dalam komunitas murid-murid Yesus. Yudas menyesal, tetapi ia menjauh sendirian. Komunitas dan sakramen adalah tempat pemulihan kita.

Putus Asa adalah Perangkap

Iblis ingin kita percaya bahwa kita terlalu rusak untuk diselamatkan. Yesus sudah tahu Petrus akan jatuh, namun Ia berdoa “supaya imanmu jangan gugur” (Luk 22:32). Ia juga memanggil kita untuk kembali, terlepas dari apapun yang telah kita lakukan.

4. Mengapa Pesan Ini Penting Sekarang?

Di dunia yang penuh tekanan, dosa, dan luka batin, banyak orang merasa seperti “setengah Petrus, setengah Yudas”: kadang kita ingin kembali, kadang kita ingin menyerah. Godaan terbesar bukanlah dosa itu sendiri, tetapi keyakinan palsu bahwa kita tidak mungkin diampuni. Kabar Baiknya: Yesus tidak memilih kita karena kita sempurna—Ia memilih kita karena Ia mengasihi kita, dan kasih itu lebih kuat dari kegagalan kita.

5. Apa yang Harus Dilakukan Setelah Jatuh?

a. Kembali kepada Tuhan dalam Sakramen Pengakuan Dosa

Sakramen Tobat bukanlah ruang sidang pengadilan di mana kita dihukum, tetapi rumah penyembuhan di mana Allah sendiri menyambut kita dengan penuh belas kasih. Setiap kali kita jatuh, janganlah menjauh, tetapi datanglah kembali kepada Tuhan.

b. Jangan Tinggalkan Komunitas

Yudas keluar dari komunitas. Petrus tetap tinggal. Komunitas adalah tempat luka disembuhkan secara bersama. Komunitas bukan tempat orang sempurna, tetapi tempat orang yang sama-sama terluka untuk belajar berjalan bersama menuju kesembuhan.

c. Doa, Puasa, dan kembali melakukan Misi Kristiani

Seperti Petrus, kita juga dipanggil untuk kembali mengasihi, menggembalakan, dan percaya. Tuhan tidak meminta kesempurnaan. Ia meminta kesetiaan. Petrus menjadi rasul bukan karena tidak pernah jatuh, tapi karena ia kembali dan belajar untuk mengasihi lebih dalam.

Sharing Questions

  1. Pernahkah kalian merasa seperti Petrus—jatuh tetapi ingin kembali—atau seperti Yudas—terjebak dalam rasa putus asa?
  2. Pernahkah kalian merasakan belas kasih Yesus seperti Petrus melihat Yesus menatapnya setelah penyangkalannya? Sharingkan bagaimana pengalaman ini mengubah hidup kalian.
  3. Saat kalian jatuh, apa yang membantu kalian untuk tidak menjauh dari Tuhan?

References

Refleksi Homili Fr. Glenn de Cruz from Novena Church saat Misa Paskah (inspirasi utama).

https://www.imankatolik.or.id/katekismus.php?q=1420-1443

https://www.vatican.va/content/francesco/en/bulls/documents/papa-francesco_bolla_20150411_misericordiae-vultus.html

https://www.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20131124_evangelii-gaudium.html

http://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/encyclicals/documents/hf_jp-ii_enc_30111980_dives-in-misericordia.html

https://www.indonesianpapist.com/2012/08/paus-benediktus-xvi-kita-mengerti.html