Intro
Di dalam kitab Wahyu, umat Tuhan diingatkan untuk tidak menjadi orang yang suam-suam kuku.
Why 3:15-16
Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
Dalam CG hari ini, kita akan membahas kenapa menjadi suam-suam kuku itu tidak bagus dan bagaimana kita bisa menjadi kebalikannya, yaitu menjadi seorang Katolik yang aktif dan berbuah.
Bahaya Menjadi Orang Yang Suam-Suam Kuku
Suam-suam kuku berasal dari kata Yunani, KHLIAROS, yang sering bermakna metaforis: setengah hati, tanpa semangat, keadaan “mati suri”, tidak punya hasrat untuk membantu atau melawan, tidak berguna.
Perkataan Tuhan di dalam kitab Wahyu di atas ditujukan kepada jemaat di Laodikia. Dalam konteks Laodikia, mereka memiliki persediaan air di dua tempat, yakni Hierapolis dan Kolose. Di Hierapolis, persediaan air tersebut bersuhu hangat mirip seperti sumber air panas. Air tersebut bisa digunakan untuk pengobatan. Sedangkan air di Kolose adalah air dingin yang bisa diminum dan berguna untuk menyegarkan badan. Air dari mata air panas di Hieropolis mengalir ke arah Laodikia, tetapi jauh sebelum sampai di kota Laodikia, air panas itu sudah menjadi suam-suam kuku. Akhirnya air tersebut tidak dapat digunakan lagi karena ia terlalu dingin untuk digunakan dalam pengobatan tetapi terlalu panas untuk bisa diminum agar menyegarkan badan. Penelitian menemukan bahwa air seperti itu justru menimbulkan penyakit perut. Ibarat orang yang minum air yang sama sekali tidak enak karena mengandung kaporit, rasanya mau memuntahkannya, demikian pula sikap Yesus terhadap jemaat di Laodikia.
Air yang panas bagaikan orang Kristiani yang hidup bersemangat dan rohnya “menyala-nyala” (Roma 12:11). Air yang dingin seperti mereka yang tidak kenal Yesus Kristus, jadi tinggal diinjili dan dimenangkan. Sementara jemaat di Laodikia ini lebih parah karena tidak punya semangat dan tidak mau diinjili. Mirip seperti contoh di Injil Matius (Matius 5:13) mengenai garam yang menjadi tawar sehingga akhirnya tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Sanksi yang akan dikenakan amatlah berat, yaitu: “dimuntahkan”. “Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku,” menggambarkan rasa muak dan penolakan. Kristus yang penuh kasih itu pada akhirnya tidak akan bertoleransi kepada sikap kerohanian yang “mati suri” dan tidak berguna itu.
Mengapa jemaat Laodikia bisa menjadi tidak berguna (suam-suam kuku)? Jawabannya ada di ayat 17-18. Mereka merasa diri sudah cukup (3:17) walaupun mereka sebenarnya membutuhkan banyak kebaikan Kristus (3:18). Kondisi jasmaniah penduduk Laodikia memang kaya secara finansial karena terkenal sebagai penghasil kain wol hitam terbaik dan salep/minyak mata di dunia saat itu. Namun, Kristus menegur kecukupan rohani yang palsu dalam diri jemaat Laodikia. Mereka merasa diri kaya padahal miskin, berpakaian terbaik padahal telanjang, penyembuh kebutaan padahal mereka sendiri buta. Kristus lalu menawarkan solusi bagi semua persoalan ini secara cuma-cuma. Mereka miskin, telanjang dan buta sehingga tidak akan mampu membayar hal-hal berharga yang ditawarkan oleh Kristus.
Solusi bagi jemaat yang seperti ini adalah Kristus. Mereka perlu menyadari keberhargaan Kristus dan perlu menyadari kehinaan/keberdosaan mereka serta menerima kesucian Kristus. Mereka perlu menangisi cara pandang yang keliru dan menerima kebenaran Kristus. Pendeknya, mereka perlu terus-menerus menginginkan Kristus lebih dan lebih lagi!
Kita dapat mendefinisikan orang yang suam-suam kuku sebagai orang yang merasa diri sudah cukup baik dan tidak menyadari kebutuhannya terhadap Kristus sehingga mereka menjadi tidak berguna bagi Kristus. Jadi, orang yang suam-suam kuku bukan berarti mereka melayani tanpa semangat. Mereka justru memiliki percaya diri yang kuat (tetapi keliru) dan merasa diri sudah cukup baik dalam segala hal.
Selain definisi di atas, orang yang tidak memberitakan Injil dengan setia juga bisa dikategorikan sebagai orang yang suam-suam kuku. Apakah Kristus selalu ditampilkan sebagai satu-satunya harta yang berharga melebihi semua berhala dan kekayaan dunia?
Orang yang tidak berani berbicara tentang dosa juga bisa disebut suam-suam kuku. Persoalan terbesar manusia adalah dosa. Ketakutan manusia terbesar adalah kematian (maut). Dua hal ini hanya bisa diselesaikan melalui pengorbanan Kristus yang sempurna. Jika kita tidak membicarakan dosa secara terus-menerus, kesadaran jemaat terhadap dosa juga akan menipis dan perasaan mereka menjadi tumpul sehingga pada akhirnya mereka tidak bisa melihat kebutuhan yang mendesak akan Kristus.
Kita perlu menyadari ciri-ciri orang yang suam-suam kuku sehingga kita dapat mulai mencari cara mengatasinya jika kita melihat ciri-ciri tersebut di dalam diri kita. Daftar di bawah hanya sebagian dan mungkin masih ada ciri-ciri lain yang tidak dimasukkan.
- Hanya berdoa ketika aku membutuhkan sesuatu dan menunda-nunda melakukan devosi harian
- Melakukan dosa berat berulang kali walaupun aku tahu bahwa itu adalah dosa
- Hanya mementingkan diri sendiri dan tidak terdorong untuk melayani orang lain
- Tidak membaca Kitab Suci atau buku-buku spiritual lainnya
- Tidak melihat pentingnya mempelajari iman Katolik
- Tidak pernah mensharingkan imanku kepada siapapun
- Meremehkan orang-orang Katolik lain yang tidak pergi ke Misa
- Menyalahkan Tuhan
- Bertindak tanpa intensi atau bertindak dengan acuh tak acuh
- Tidak berusaha untuk melatih kebajikan (virtue)
- Tidak mau melakukan hal-hal kecil dalam hidup sehari-hari yang jika dilakukan dengan baik dapat membawa kemuliaan bagi Tuhan
- Hanya melihat kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan di masa lalu dan lupa untuk melihat kebaikan apa yang perlu dilakukan ke depannya
Cara Untuk Menjadi Orang Katolik Yang Aktif Dan Berbuah
Menjadi Katolik, beriman Katolik, beragama Katolik atau beriman kepada Yesus Kristus berarti orang diajak untuk mengambil sikap tertentu dalam diri dan kehidupannya, dengan cara meninggalkan dunianya yang lama dan berani untuk mengarahkan hidup dalam dunia baru. Menjadi Katolik tidak hanya hidup baru dengan agama Katolik dan ajaran Katolik, tetapi menjadi manusia yang sungguh-sungguh baru, percaya dan menyerahkan dirinya secara utuh dan penuh kepada Yesus Kristus.”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:17).
Semua orang Kristiani yang telah menerima karunia iman harus meneruskan karunia ini dengan mewartakannya dengan kehidupan kita, dengan perkataan kita. Lalu iman seperti apa yang kita wartakan? Iman akan Yesus yang Bangkit, akan Yesus yang telah mengampuni dosa-dosa kita melalui kematian-Nya dan mendamaikan kita dengan Bapa. Menyalurkan iman ini mengharuskan kita untuk berani: keberanian untuk menyebarkan iman dan untuk memberitakan kebangkitan-Nya.
Yesus juga menantang kita untuk berdoa dan mengatakan ini: ‘Apapun yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.’ Doa ini benar-benar ampuh! Kita membaca dalam Alkitab bagaimana Abraham dan Musa memiliki keberanian untuk “bernegosiasi dengan Tuhan”. Sebuah keberanian “untuk kepentingan orang lain, untuk kepentingan Gereja” yang juga kita perlukan di zaman ini. Kita harus memiliki keberanian untuk pergi kepada Yesus dan bertanya/meminta kepadaNya. Apakah kita memiliki keberanian ini dalam doa? Atau kita berdoa cuma sedikit, hanya di saat kita bisa, dan hanya menghabiskan ‘sedikit’ waktu dalam doa?
Iman tidak sama dengan perasaan yang bisa berubah-ubah setiap saat tergantung mood. Sama seperti halnya kasih, iman adalah sebuah keputusan untuk hidup bagi Orang Yang Dikasihi (the Beloved/Tuhan) apapun perasaan yang dirasakan pada saat itu.
Ketika Tuhan memberikan peringatan kepada orang yang suam-suam kuku, Ia ingin mereka mengambil keputusan untuk menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan bukan hanya menjadi orang yang datang ke Tuhan 2x setahun ketika Natal dan Paskah, atau menjadi orang Katolik hanya di hari Minggu, atau mengakui diri orang Katolik tapi memilih sendiri ajaran mana yang mau diikuti. Memang tidak mudah mengikuti ajakan Tuhan seperti yang tertulis di Amsal:
Ams 23:26 – Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, biarlah matamu senang dengan jalan-jalanku.
Tuhan menginginkan diri kita seutuhnya dan itu tidak mudah karena pada dasarnya semua manusia mau bebas dan mau mengontrol hidupnya sendiri. Santo Paulus memberikan kiat-kiat seperti yang ditulis di suratnya kepada jemaat di Roma agar kita tidak menjadi orang yang suam-suam kuku:
Rm 12:9 – Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
Rm 12:10 – Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
Rm 12:11 – Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Rm 12:12 – Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
Jika kita merasa telah menjadi orang yang suam-suam kuku, kita dapat belajar mengatasinya dengan beberapa cara di bawah ini:
- Merenungkan kebenaran sejati yang diajarkan oleh iman kita sehingga kita dapat lebih menghargainya dan melihat betapa pentingnya mempunyai iman
- Membuat diri kita tidak begitu sibuk sehingga kita mempunyai waktu untuk berdoa/berdevosi dengan tenang dan tidak terburu-buru
- Melatih diri untuk diam sehingga kita dapat mendengarkan Tuhan
- Tetap setia melakukan latihan spiritual kita setiap hari, termasuk ketika kita sedang mengalami kekeringan atau mengalami banyak godaan (distractions)
- Melakukan penitensi dalam batas yang wajar dan disesuaikan dengan kondisi (misalnya puasa, pantang, dsb) untuk melatih diri melawan godaan dunia/dosa
Penutup
Why 3:20 – Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
Why 3:21 – Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.
Seberapa pentingkah Kristus bagi kita? Apakah Dia menjadi salah satu, nomor satu, atau satu-satunya harta yang berharga bagi kita? Seberapa jauh kita menyadari keberdosaan dan kehinaan kita di hadapan Allah sehingga kita terus-menerus menyadari kebutuhan kita yang mendesak terhadap Kristus? Kebalikan dari suam-suam kuku adalah bersemangat. Marilah kita menjadi orang yang bersemangat untuk mengikuti Kristus!
Sharing Questions
- Apakah kamu terkadang merasa menjadi orang yang suam-suam kuku? Sharingkan pengalamanmu.
- Langkah pertama untuk bisa sembuh adalah dengan menyadari bahwa kita sakit. Setelah menyadari bahwa kamu terkadang menjadi orang yang suam-suam kuku, menurutmu cara apa yang paling cocok untukmu agar bisa mengatasinya?
- Sharingkan pengalamanmu baru-baru ini menceritakan kepada orang lain kebaikan Tuhan yang kamu alami.
Reference
- SUAM-SUAM KUKU, Wahyu 3:16 – SarapanPagi Biblika Ministry
- Umat Kristen yang hangat suam-suam kuku melukai Gereja – katolisitas.org
- Apa Ciri-ciri Gereja Yang Suam-suam Kuku? | REC – Reformed Exodus Community
- How not to be a lukewarm Christian (aleteia.org)
- SEVEN SIGNS OF LUKEWARMNESS IN THE SPIRITUAL LIFE | Catholic Strength