Sesi 29 - Week of 15 May 2022

Be a Modern Day Saint


Intro

Sobat-sobat Amoredio, hari ini kita akan membahas sesuatu yang lebih berlaku dan bisa diaplikasikan di kehidupan kita sehari-hari. Santo-santa moderen! Santo-santa bukanlah hanya orang-orang tua jaman kuno, jaman medieval atau jaman renaissance saja. Apa itu santo-santa moderen? Siapakah contoh-contohnya? Apakah kita bisa dan/atau perlu menjadi santo-santa moderen? Mari kita bahas lebih lanjut bersama-sama, dan kita akhiri dengan pesan dari Paus Fransiskus.

Santo-Santa Modern Untuk Umat Katolik Zaman Now

Siapa itu Santo-Santa? Mereka adalah pengikut Kristus yang menjalani hidup kudus di dunia ini dan sekarang telah menjalani hidup abadi bersama dengan Allah di surga. Kita memperingati Santo-Santa ini secara khusus pada hari-hari tertentu sesuai kalender liturgi Gereja untuk Masa Biasa. Santo-Santa ini bisa menjadi sumber informasi dan inspirasi untuk umat Katolik di zaman ini, serta menjadi contoh bagaimana kita seharusnya hidup sebagai pengikut Kristus.

Perjalanan Untuk Menjadi Santo-Santa

Dikanonisasi menjadi Santo atau Santa adalah suatu penghormatan besar dalam Gereja Katolik. Proses ini mempunyai 4 level sebagai berikut:

  1. Sekurang-kurangnya 5 tahun setelah seseorang meninggal (kecuali dengan izin khusus dari Paus), permohonan formal dimasukkan oleh gereja lokal atau komunitas religius dimana orang tersebut menjadi anggota, untuk meminta orang tersebut dimasukkan sebagai kandidat santo/santa. Permohonan ini diberikan kepada Uskup setempat dimana orang tersebut meninggal. Dalam permohonan ini, diceritakan bagaimana orang tersebut menjalani hidup kudus selama dia hidup dan dituliskan alasan-alasan untuk memasukkan orang tersebut sebagai kandidat. Jika Uskup setuju bahwa bukti-bukti yang diberikan sudah cukup, dia akan meminta izin ke Vatikan untuk memulai tribunal khusus. Saksi-saksi kemudian dipanggil untuk memberikan pernyataan mereka tentang orang tersebut, bagaimana dia adalah orang yang baik, kudus, berdevosi kepada Allah, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Jika orang tersebut berhasil melewati tahap ini, dia akan dinamakan “Servant of God” (Pelayan Tuhan).
  2. Uskup kemudian mengirimkan laporan dan permohonan resmi ke Roma yang akan dipelajari oleh Kongregasi khusus bernama Congregation for the Causes of the Saints. Pertama-tama, 9 teolog akan mempelajari dulu laporan tersebut dan jika dirasa alasan-alasan yang diberikan memadai baru kemudian diberikan kepada seluruh anggota Kongregasi. Tulisan-tulisan dari si kandidat dan aspek-aspek lain selama dia hidup dipelajari untuk memastikan tidak ada yang bertentangan dengan ajaran dan praktek dalam Gereja. Sebagai bagian dari penyelidikan ini, akan ada orang yang ditunjuk memainkan peran sebagai “devil’s advocate” yang melemparkan pertanyaan-pertanyaan dan menolak kandidat ini maju sebagai Santo-Santa. Hal ini diperlukan supaya keputusan terakhir yang diambil dianggap lengkap dan adil, dan semua bukti-bukti bisa diyakini keasliannya. Setelah kandidat dinyatakan sebagai orang yang hidupnya baik (virtuous) dan seorang pejuang iman, maka dia akan diberikan titel “Venerable”.
  3. Tahap berikutnya adalah menjadi Beato atau Beata. Jika kandidat itu adalah seorang martir, yaitu seseorang yang meninggal karena imannya, maka dia dapat langsung menjalani proses beatifikasi dan diberikan titel “Blessed”. Tetapi jika dia bukan seorang martir, maka diperlukan 1 mukjizat yang didapatkan lewat perantaraan kandidat tersebut untuk diselidiki oleh Kongregasi. Seorang “Blessed” boleh dihormati secara resmi oleh umat (venerated) di kota, Keuskupan, regional atau komunitas religiusnya.
  4. Di tahap selanjutnya, diperlukan 1 mukjizat lagi untuk masuk ke kanonisasi dan secara resmi dinyatakan sebagai Santo atau Santa. Seperti di tahap sebelumnya, mukjizat ini haruslah didapatkan lewat perantaraan kandidat tersebut. Ketua Kongregasi kemudian mengirimkan laporan kepada Bapa Paus tentang alasan-alasan mengapa kandidat ini pantas untuk menjadi Santo/Santa dan keputusan terakhir ada di tangan Bapa Paus. Setelah melewati proses kanonisasi, yang biasanya dipimpin oleh Bapa Paus sendiri dalam suatu Misa khusus, maka orang tersebut secara resmi dipanggil sebagai Santo/Santa.

Menghormati para Santo Santa

Ketika nama seorang Santo atau Santa dimasukan ke dalam katalog / buku official orang-orang kudus, maka Misa kudus dan pesta perayaan dapat dilakukan atas nama Santo atau Santa tersebut. Tanggal pesta perayaannya akan ditentukan oleh Gereja.

Gedung Gereja juga dapat didedikasikan untuk mengingat para Santo/Santa. Begitu juga nama mereka dapat dipakai dalam ucapan-ucapan doa kita, seperti di dalam litani para kudus. Kita dapat berdoa bersama para Santo/Santa, meminta mereka untuk mendoakan kita. Devosi kepada orang-orang kudus ini menyatukan kita ke dalam satu Tubuh Kristus.

Belajar tentang kehidupan para kudus mengingatkan panggilan kita untuk jadi seperti mereka. Kita haruslah melihat mereka sebagai role model dan inspirasi iman kita. Dengan begitu kita dapat senantiasa menolong orang yang membutuhkan, menjaga yang lemah, menjadi saksi Kristus dan menunjukan cinta kita kepada Yesus lewat orang-orang sekitar kita.

Santo Santa yang Baru-Baru Ini Dikanonisasi

Sepanjang sejarahnya, Gereja Katolik sudah memiliki banyak sekali Santo dan Santa. Di bawah ini adalah beberapa contoh Santo dan Santa yang telah menunjukan kita bahwa menjadi kudus di zaman modern ini sangatlah mungkin.

Francisco and Jacinta Marto

Francisco dan Jacinta sedang menggembala domba milik keluarga mereka, ketika Bunda Maria menampakan diri kepada mereka di Fatima. Bunda Maria meminta mereka untuk berdoa rosario dan untuk membantu orang-orang sekitar mereka. Bunda Maria datang ke anak-anak ini beberapa kali. Tentu saja, banyak orang dewasa di sekitar mereka yang tidak percaya hal tersebut, tetapi Francisco dan Jacinta selalu teguh dalam imannya dan membagikan apa yang telah mereka lihat. Mereka terus teguh dalam doa dan membantu orang-orang miskin dan yang membutuhkan. Francisco dan Jacinta dibeatifikasi di tahun 2000 oleh Paus Yohanes Paulus II. Kemudian Paus Fransiskus mendeklarasikan Kanonisasi mereka sebagai Santo dan Santa pada tanggal 13 Mei 2017. Gereja merayakan hari pesta mereka pada tanggal 20 Februari.

Paus Yohanes Paulus II

Ia adalah seorang yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keadilan untuk semua orang. Pada masa mudanya, ia memiliki kesukaan khusus terhadap karya seni. Ia membantu membuat grup bernama “Rhapsodic Theater” atau Theater of the World. Ia dan para aktor lain menggunakan theater ini untuk membagikan suka cita kepada orang-orang sekitar di era peperangan melawan Jerman. Setelah itu, ia pun melakukan studi teologinya. Di tahun-tahun berikut, ia mendapatkan panggilan sebagai priest, uskup , kardinal dan kemudian paus. Selama hidupnya Paus Yohanes Paulus II senantiasa memberikan Kabar Gembira kepada jutaan orang di dunia ini. World Youth Day adalah juga ide dari Paus Yohanes Paulus II yang sampai sekarang masih kita rayakan. Santo Paus Yohanes Paulus II dikanonisasi pada tanggal 27 April 2014 oleh Paus Benediktus ke 16. Gereja merayakan pesta perayaannya pada tanggal 22 Oktober.

Teresa dari Kalkuta

Santa Teresa dari Kalkuta memiliki rasa kasih yang sangat dalam untuk Tuhan, sejak ia masih kanak-kanak. Setelah ia menerima komuni pertamanya, Teresa mengambil keputusan untuk berkelana. Ia bekerja sebagai misionari dan kemudian mengajar di sekolah khusus putri, St. Mary. Ketika Teresa bekerja disana, sebagai kepala sekolah, ia mendapatkan panggilan spesial dari Tuhan. Ia lalu mendirikan Missionaries of Charity dan ia dapat melayani orang-orang miskin. Bersama murid-muridnya, Teresa memberikan makan orang-orang kelaparan dan menolong mereka yang sakit. Kanonisasi Bunda Teresa di lakukan pada tanggal 4 September 2015 oleh Paus Fransiskus. Pestanya kita rayakan pada tanggal 5 September.

Be Modern Day Saints

Sama seperti Santo Yohanes Paulus II, Santa Teresa dari Kalkuta, dan Santo Francisco dan Santa Jacinta, kita juga dipanggil untuk menjalani kehidupan kekudusan. Seperti Santo Yohanes Paulus II, kita dapat mewartakan Sabda Allah kepada orang lain. Seperti Santa Teresa dari Kalkuta, kita dapat melayani orang lain, terutama mereka yang lapar atau sakit. Francisco dan Jacinta menunjukkan kepada kita bahwa anak-anak dapat menjadi orang suci. Melihat orang-orang kudus modern dan kontemporer adalah cara yang bagus untuk memulai perjalanan.

Paus Fransiskus merayakan Misa pada 1 November 2016, untuk komunitas Katolik Swedia, berkumpul di sebuah stadion terbuka di kota selatan Malmo. Misa, yang menandai Hari Raya Semua Orang Kudus, mengikuti hari perayaan ekumenis ketika Paus dan para pemimpin Lutheran World Federation memimpin peringatan bersama Reformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Homili Paus Fransiskus di Misa di Stadium Swedbank, Malmö, Swedia 2016

“Today, with the entire Church, we celebrate the Solemnity of All Saints. In doing so, we remember not only those who have been proclaimed saints through the ages, but also our many brothers and sisters who, in a quiet and unassuming way, lived their Christian life in the fullness of faith and love. Surely among them are many of our relatives, friends and acquaintances.

Ours, then, is a celebration of holiness. A holiness that is seen not so much in great deeds and extraordinary events, but rather in daily fidelity to the demands of our baptism. A holiness that consists in the love of God and the love of our brothers and sisters. A love that remains faithful to the point of self-renunciation and complete devotion to others. We think of the lives of all those mothers and fathers who sacrifice for their families and are prepared to forego – though it is not always easy – so many things, so many personal plans and projects.

Yet if there is one thing typical of the saints, it is that they are genuinely happy. They found the secret of authentic happiness, which lies deep within the soul and has its source in the love of God. That is why we call the saints blessed. The Beatitudes are their path, their goal towards the homeland. The Beatitudes are the way of life that the Lord teaches us, so that we can follow in his footsteps. In the Gospel of today’s Mass, we heard how Jesus proclaimed the Beatitudes before a great crowd on the hill by the Sea of Galilee.

The Beatitudes are the image of Christ and consequently of each Christian. Here I would like to mention only one: “Blessed are the meek”. Jesus says of himself: “Learn from me for I am meek and lowly in heart” (Mt 11:29). This is his spiritual portrait and it reveals the abundance of his love. Meekness is a way of living and acting that draws us close to Jesus and to one another. It enables us to set aside everything that divides and estranges us, and to find ever new ways to advance along the path of unity. So it was with sons and daughters of this land, including Saint Mary Elizabeth Hesselblad, recently canonized, and Saint Bridget, Birgitta of Vadstena, co-patron of Europe. They prayed and worked to create bonds of unity and fellowship between Christians. One very eloquent sign of this is that here in your country, marked as it is by the coexistence of quite different peoples, we are jointly commemorating the fifth centenary of the Reformation. The saints bring about change through meekness of heart. With that meekness, we come to understand the grandeur of God and worship him with sincere hearts. For meekness is the attitude of those who have nothing to lose, because their only wealth is God.

The Beatitudes are in some sense the Christian’s identity card. They identify us as followers of Jesus. We are called to be blessed, to be followers of Jesus, to confront the troubles and anxieties of our age with the spirit and love of Jesus. Thus we ought to be able to recognize and respond to new situations with fresh spiritual energy. Blessed are those who remain faithful while enduring evils inflicted on them by others, and forgive them from their heart. Blessed are those who look into the eyes of the abandoned and marginalized, and show them their closeness. Blessed are those who see God in every person, and strive to make others also discover him. Blessed are those who protect and care for our common home. Blessed are those who renounce their own comfort in order to help others. Blessed are those who pray and work for full communion between Christians. All these are messengers of God’s mercy and tenderness, and surely they will receive from him their merited reward.

Dear brothers and sisters, the call to holiness is directed to everyone and must be received from the Lord in a spirit of faith. The saints spur us on by their lives and their intercession before God, and we ourselves need one another if we are to become saints. Helping one another to become saints! Together let us implore the grace to accept this call with joy and to join in bringing it to fulfilment. To our heavenly Mother, Queen of All Saints, we entrust our intentions and the dialogue aimed at the full communion of all Christians, so that we may be blessed in our efforts and may attain holiness in unity.” Amen.

Conclusion

Jadi sobat-sobat Amoredio, semoga pembahasan hari ini kita mendorong kita untuk menjadi santo-santa moderen ya. Ingatlah kalau panggilan menuju kekudusan ditujukan kepada semua orang dan harus diterima dari Tuhan dalam iman. Marilah kita membantu satu sama lain untuk menjadi versi diri kita yang paling baik, yaitu sebagai santo-santa moderen.

Pertanyaan Sharing

  1. Dari 3 kisah Santo-Santa yang barusan kita baca di bahan, Santo / Santa manakah yang kamu tahu? Adakah yang menjadi inspirasi untuk kamu? Mengapa?
  2. Pernahkan kalian berdoa lewat perantaraan salah satu Santo / Santa dan dikabulkan doanya? Sharingkan pengalaman kalian.
  3. Activity! Every member generates a Saints through http://saintsnamegenerator.com/index.php then do a short (5-10 mins) research individually and share about your saint to the group!

Referensi