It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
Doa Rosario merupakan salah satu devosi non-liturgi yang paling dikenal dan dicintai oleh umat Katolik di seluruh
dunia. Walaupun bukan bagian dari liturgi resmi Gereja seperti Misa atau sakramen, rosario memiliki peran besar
dalam kehidupan rohani umat. Melalui rosario, kita diajak merenungkan misteri kehidupan Yesus Kristus bersama
Bunda Maria, sambil mengarahkan hati dan pikiran kita pada karya keselamatan Allah.
Bahan CG hari ini ditujukan untuk membantu kita memahami bukan hanya nilai devosinya, tetapi juga warisan iman,
kekuatan doa bersama, dan teladan kesetiaan dalam berdoa.
Hari ini kita akan membaca pesan homili yang diberikan oleh Paus Leo XIV dalam perayaan Jubilee of Families, Children, Grandparents and the Elderly di bulan Juni 2025. Mari kita mulai dengan membaca bacaan injil di perayaan ekaristi tersebut.
Apakah kamu pernah berfikir bahwa keluarga adalah gereja kecil? Apakah kamu pernah melihat keluargamu memiliki sosok Romo/ada sebuah tabernakel/mungkin doa bersama pun bukan hal yang biasa dilakukan? Atau mungkin malahan keluargamu adalah orang-orang yang paling susah untuk kamu menunjukan cinta kasih? Lalu bagaimana keluarga bisa dibilang “Domestic Church”, “Gereja Rumah Tangga”, atau “Gereja Kecil”?
Halo sobat CG sekalian, hari ini kita akan menjalani sebuah praktik spiritual yang bernama Lectio Divina. Lectio Divina adalah suatu bentuk meditasi mendalam terhadap Firman Tuhan. Tujuan utama dari Lectio Divina adalah untuk memahami, merenungkan, dan mendalami hubungan kita dengan Allah melalui bacaan Kitab Suci. Metode ini tidak hanya sekedar membaca, melainkan juga mengundang kita untuk mendengarkan suara Tuhan dalam kata-kata-Nya, merenungkan makna yang lebih dalam, berdialog dengan-Nya, dan merasakan panggilan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bahan hari ini diambil dari Kitab Pengkhotbah dimana kata “vanity” (kesia-siaan) muncul 37 kali.
Kehidupan umat Katolik masa kini berlangsung dalam dunia yang semakin sekuler — sebuah dunia yang tidak lagi menolak agama secara frontal, tapi perlahan-lahan mendorong agama keluar dari ruang publik. Kita hidup dalam sistem sosial yang cenderung memisahkan iman dari kehidupan sehari-hari, menekankan netralitas agama dalam pendidikan, politik, bahkan etika bisnis. Tantangannya adalah bagaimana umat Katolik dapat tetap setia pada imannya, namun juga hadir secara aktif dan transformatif di tengah dunia yang berubah cepat ini.
Halo sobat CG sekalian, hari ini kita akan menjalani sebuah praktik spiritual yang bernama Lectio Divina. Lectio Divina adalah suatu bentuk meditasi mendalam terhadap Firman Tuhan. Tujuan utama dari Lectio Divina adalah untuk memahami, merenungkan, dan mendalami hubungan kita dengan Allah melalui bacaan Kitab Suci. Metode ini tidak hanya sekedar membaca, melainkan juga mengundang kita untuk mendengarkan suara Tuhan dalam kata-kata-Nya, merenungkan makna yang lebih dalam, berdialog dengan-Nya, dan merasakan panggilan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kita sudah membahas di Cell Group minggu lalu bahwa Temperance (Penguasaan diri) adalah suatu kebajikan yang meliputi moderasi, pengendalian diri, dan disiplin yang bertujuan untuk mencapai kehidupan yang baik, penuh sukacita, dan bermartabat. Melalui penguasaan diri, kita dapat menggunakan kenikmatan dengan secukupnya dan mengarahkan keinginan kita menuju hal-hal yang lebih tinggi, seperti cinta kepada Tuhan. Kebajikan ini membantu kita menghindari kecanduan pada berbagai hal yang baik namun bisa menjadi berlebihan, dan mengingatkan kita akan tanggung jawab untuk menggunakan sumber daya dunia ini dengan bijaksana, terutama untuk membantu yang membutuhkan.
Penguasaan diri merupakan kebajikan sentral dalam kehidupan moral yang membantu kita mengelola keinginan dan tindakan dengan seimbang. Dengan berlatih moderasi dan bijaksana dalam memilih kata serta tindakan, kita dapat menghindari kecanduan, meningkatkan kesehatan emosional, dan mengarahkan hidup kita ke tujuan yang lebih luhur, yaitu cinta kepada Tuhan dan pelayanan kepada sesama. Pada akhirnya, penguasaan diri memungkinkan kita untuk merayakan kehidupan dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan yang sejati.
Maka, pada minggu ini kita mau mencoba menggali lebih jauh lagi tentang contoh / sosok seseorang dengan penguasaan diri yang kuat.