Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 99 - Week of 8th Aug 2016

Tahun Liturgi


Intro

Setiap kali kita datang ke gereja untuk mengikuti Misa, sadarkah kita akan suasana gereja yang berbeda dari waktu ke waktu? Saat kita masuk gereja dan duduk, apakah kita memperhatikan hiasan di altar atau jubah yang dipakai oleh Pastur? Bagaimana dengan lagu-lagu yang dinyanyikan dan bacaan-bacaan yang dibacakan saat misa? Siapakah yang menentukan semuanya ini? Apakah ini sama di Singapura maupun di negara-negara lain? Untuk mengetahui jawabannya, kita perlu mempelajari tentang Tahun Liturgi.

Apa itu Tahun Liturgi

Tahun liturgi adalah perayaan Karya Penyelamatan kita dalam Kristus dalam kurun waktu satu tahun.

Tahun liturgi terdiri dari dua lingkaran kehidupan Yesus, yaitu :

  • lingkaran kelahiran (4 minggu masa Adven dan 2 minggu masa Natal)
  • lingkaran kebangkitan (6 minggu masa Prapaskah dan 7 minggu Masa Paskah)

serta 32 atau 33 hari Minggu yang merupakan masa biasa di antara kedua lingkaran tersebut.

Tahun liturgi dimulai dari Minggu Pertama Adven dan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.

Mengapa kita perlu Penanggalan Liturgi dan bagaimanakah sejarahnya


Pertanyaan diskusi oleh fasil:

Menurut kalian, mengapa umat Katolik memerlukan Penanggalan Liturgi?

(Note to fasil: ini hanya untuk encourage orang-orang untuk share apa yg mereka tau, jawabannya akan dibahas di bacaan bawah)

Lingkaran tahun liturgi dan pesta-pesta besarnya merupakan patokan waktu dalam kehidupan doa umat Kristiani. Pesta-pesta besar itu “mengenang” dan “memaklumkan (proclaim)” misteri-misteri Kristus. Semuanya ini merupakan undangan untuk berdoa bersama secara teratur, dengan maksud untuk menumbuhkan kehidupan doa para jemaat.

Sebagai manusia, secara natural kita “menghitung hari”. Contohnya, kita merayakan anniversary seperti ulang tahun, pernikahan, dan kematian. Kita juga merayakan hal-hal penting seperti graduation, sweet 17, baby shower, gaji pertama, dll. Selain itu, kita mengungkapkan siapa diri kita berdasarkan berapa lama kita berada di suatu keadaan, misalnya, saya sudah tinggal di Singapura selama 4 tahun, saya sudah bekerja selama 2 tahun, dll. Berbagai macam profesi pun memiliki tonggak-tonggak waktu (setiap perusahaan mempunyai financial year, sekolah memiliki 2 semester dalam 1 tahun, petani memiliki musim tanam dan musim panen, dll.)

Tak seorang pun mengetahui kodrat manusia lebih daripada Allah yang menciptakannya. Itulah sebabnya Ia membentuk dunia untuk mengikuti suatu irama waktu. Di dalam Kitab Kejadian, Allah menciptakan dunia dalam 6 hari dan beristirahat pada hari ke-7. Ia beristirahat bukan karena Ia letih – Allah yang Mahakuasa tidak pernah letih – tetapi karena Ia ingin memberikan contoh bagaimana manusia harus bekerja dan beristirahat. Ketika manusia gagal mengikuti irama ini, Allah menetapkannya sebagai hukum, agar mereka selalu “mengingat hari Sabat dan menguduskannya” (Kel 20:8).

Jadi, konsep penanggalan liturgi sebenarnya berasal dari bangsa Israel dalam Perjanjian Lama. Dalam Imamat bab 23, Allah memberitahukan tanggal-tanggal perayaan yang sudah ditentukan-Nya dan dengan cara apa bangsa Israel harus merayakannya. Hal ini kemudian diumumkan oleh Musa kepada bangsa Israel. Dalam penanggalan tersebut, terdapat 7 hari: 6 hari untuk bekerja, dan hari ke-7 (hari Sabat/Sabtu) untuk beristirahat dan hari itu disebut sebagai hari yang dikuduskan.

Yesus sungguh-sungguh menyadari arti penanggalan dan makna hari-hari besar tersebut, dan hal ini juga diikuti oleh murid-murid-Nya. Ingatkah kalian akan besarnya kerinduan Yesus untuk makan Paskah bersama 12 murid-Nya? Perhatikan juga betapa setianya Ia dan keluarga-Nya (serta murid-murid-Nya di kemudian hari) untuk berziarah ke Yerusalem pada waktu-waktu yang telah ditentukan.

Setelah Yesus wafat dan bangkit, gereja perdana tidak lagi menekankan hari Sabat sebagai puncak dari satu minggu, melainkan hari Minggu yang merupakan Hari Tuhan, untuk menghormati hari kebangkitan Yesus. Tahun liturgi masih tetap berpuncak pada Paskah, tetapi kini Paskah kristiani, yang menjadi pesta keselamatan berkat sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Hari Tuhan (Minggu) dan Paskah merupakan hari-hari pesta utama bagi gereja perdana.

Secara berangsur-angsur, Gereja menambahkan hari-hari raya yang dikuduskan: hari kelahiran Yesus, hari pembabtisan-Nya, kenaikan-Nya, dll. Selain hari-hari dalam kehidupan Yesus, Gereja juga merayakan hari-hari raya santo-santa: mulai dari Santa Perawan Maria, para rasul, martir, dan santo-santa lainnya.


Mengapa kita merayakan hari raya santo-santa? Hal ini sudah dibahas di topik CG bulan Juni dengan lengkap.

(Note singkat untuk fasil untuk refresh kembali tentang hari raya santo santa, jika ada yang bertanya)

Over the centuries, the Church has punctuated the course of the year with feast days or holy days. In the midst of our normal routine, these days help focus our attention on Christ and the mystery of salvation. Several feast days are dedicated to our Blessed Mother, the exemplar of our faith, who participated intimately in the mystery of salvation, such as the Solemnity of Mary, Mother of God (January 1), the Annunciation (March 25), the Visitation (May 31), the Assumption (August 15), the Nativity of Mary (September 8), the Presentation of Mary (September 22) and the Immaculate Conception (December 8).

Many feast days commemorate the saints who glorified Christ in their lives on earth and now share His glory in the Kingdom of Heaven. Their feast days usually correspond to the date of death, the birth of the saint into eternal life. Many of the dates were established over time and sometimes varied according to locale. However, in 1568, Pope Pius V promulgated the universal calendar setting the feast days and their dates which would be celebrated throughout the whole Church. To date, various Popes have increased or decreased the number of feast days of saints honored by the whole church. The purpose is clear: “For the feasts of the saints proclaim the wonderful works of Christ in His servants and offer to the faithful fitting examples for their imitation” (Constitution on the Sacred Liturgy, #111).

Jadi, di dalam kesibukan kita sehari-hari, dengan adanya hari-hari raya tersebut, kita diingatkan kembali akan kehidupan beriman kita dan dibantu untuk menghayati misteri penyelamatan Kristus dalam hidup kita. Bersama-sama dengan Gereja Katolik yang universal, kita berdoa dan merayakan hari-hari raya yang penting bagi kehidupan beriman kita.

Kalender Liturgi

Gambar di bawah ini adalah kalender liturgi 2016.

Pertanyaan diskusi:

Apa yang bisa kalian temukan dari kalender ini?


Warna liturgi dan masa-masa liturgi, kalender tahun C, hari-hari raya. (Semua ini akan dibahas di bawah.)
search
Kalender Liturgi

Seperti yang kalian bisa lihat, hari-hari raya yang penting bisa jatuh di hari Minggu ataupun hari biasa. Penanggalan ini dihitung berdasarkan jaraknya dari hari Paskah. Padanya mulanya ketika kalender belum mudah didapatkan, beberapa tanggal penting (moveable feasts) diumumkan pada hari raya Epifani. Pada zaman sekarang, tanggal-tanggal ini sudah diketahui sejak bertahun-tahun sebelumnya. Namun, beberapa gereja masih melakukan proklamasi ini berdasarkan tradisi, selain itu juga mengingatkan umat Katolik akan pentingnya Paskah sebagai pusat perayaan dan tahun liturgi dan juga akan pentingnya hari-hari yang dirayakan sepanjang tahun liturgi tersebut. Hari-hari yang diumumkan adalah Rabu Abu, Paskah, Kenaikan Yesus, Pentakosta, Tubuh dan Darah Kristus, dan Minggu Adven pertama.

Warna Liturgi

Seperti yang kalian bisa perhatikan, setiap minggu ditandai dengan warna-warna tertentu. Bahkan, setiap harinya memiliki warna liturginya tersendiri. Gereja merayakan liturgi berdasarkan warna liturgis yang berlaku pada saat-saat tertentu, yaitu:

  • Putih: digunakan untuk masa Paskah dan Natal, pesta dan peringatan Tuhan Yesus (kecuali sengsara-Nya), Santa Perawan Maria, para Malaikat, para Kudus (bukan martir), hari raya Semua Orang Kudus (1 November), Yohanes Pembaptis (24 Juni), Yohanes Rasul (27 Desember), Takhta Rasul Petrus (22 Februari), dan bertobatnya Rasul Paulus (25 Januari).
  • Merah: digunakan pada hari Minggu Palma dan Jumat Agung, hari raya Pentakosta, para Rasul, para pengarang Injil, dan para Martir.
  • Hijau: digunakan dalam masa biasa sepanjang tahun.
  • Ungu: digunakan dalam masa Adven dan Prapaskah, ibadat atau misa arwah.

Pertanyaan diskusi:

Mengapa ada warna pink di masa Adven dan Prapaskah?


Gereja Katolik menggunakan warna liturgi merah muda (pink/rose) pada kasula imam, maksudnya untuk menandai bahwa saat hari Minggu itu kita telah berada di pertengahan masa Adven dan Prapaskah. Selain digunakan pada Hari Minggu Adven III, warna pink/rose ini juga dipakai pada Hari Minggu Prapaskah IV (hari Minggu setelah hari Kamis yang merupakan pertengahan masa Prapaskah). Namun jika di paroki/STASI tidak ada kasula imam warna merah muda (pink/rose) tersebut, warna liturgi ungu tetap dapat digunakan. Warna liturgi ini hanya digunakan pada Hari Minggu Adven III dan Hari Minggu Prapaskah IV saja. Sementara pada hari-hari biasa pekan III Adven maupun hari-hari biasa pekan IV Prapaskah tetap menggunakan warna liturgi ungu.

Pada Minggu Adven ketiga ini juga disebut Minggu Gaudete, yaitu minggu yang memiliki suasana kegembiraan dan sukacita. Nama “sukacita” ini diambil dari antifon pembuka pada Minggu Adven Ketiga: “Gaudete in Domino semper: iterum dico, gaudete: ….” Dalam bahasa Indonesia: “Bersukacitalah selalu dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat.” yang diambil dari Filipi 4:4-5. Pada gereja-gereja atau kapel yang memiliki lilin warna merah muda (rose/pink) pada Minggu Adven III ini juga ditandai dengan penyalaan lilin warna merah muda (rose/pink).

Minggu prapaskah IV disebut juga dengan Minggu Laetare. Nama ini diambil dari antifon pembukaan pada perayaan hari Minggu Prapaskah IV: Laetare Ierusalem (Bersukacitalah Yerusalem). Antifon ini diambil dari Yesaya 166:10,11 dengan ayat dari Mazmur 121. Karena nuansa kegembiraan ini di tengah Prapaskah, dan bahwa setengah masa puasa sudah dilewati, kesuraman Liturgis prapaskah sedikit berkurang.

Apakah itu Solemnity, Feast, dan Memorial

Hari-hari raya dikelompokkan berdasarkan kemeriahan perayaan, yang dibagi menjadi beberapa kategori seperti berikut:

1. Hari Raya (Solemnity)

Merupakan tingkatan tertinggi dari perayaan pesta . Hari Raya adalah untuk memperingati peristiwa- peristiwa dalam kehidupan Yesus, Maria atau para rasul; di mana peristiwa- peristiwa tersebut merupakan peristiwa utama/ sentral dalam rencana keselamatan Allah. Dalam Misa Kudus, perayaan hari raya ditandai dengan bacaan – bacaan Kitab Suci yang sesuai (Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua dan Injil), pengucapan Kemuliaan, dan Aku Percaya.

Contoh Hari-Hari Raya adalah sebagai berikut:

  • Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah (Theotokos) – 1 Januari,
  • Hari Raya Penampakan Tuhan (Epiphany) – 6 Januari,
  • Santo Yusuf – 19 Maret,
  • Hari Raya Kabar Sukacita (Anunciation of the Lord) – 25 Maret,
  • Hari Raya Paskah,
  • Hari Raya Kenaikan Tuhan – Kamis 40 hari sesudah Paskah,
  • Hari Raya Pentakosta – 50 Hari Sesudah Paskah,
  • Hari Raya Tritunggal Mahakudus – Minggu sesudah Pentakosta,
  • Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus – Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus (60 Hari sesudah Paskah),
  • Hari Raya Hati Yesus Yang Maha Kudus – Jumat sesudah Minggu Kedua sesudah Pentakosta (70 Hari sesudah Paskah),
  • Kelahiran Santo Yohanes Pembabtis – 24 Juni,
  • Santo Petrus dan Paulus – 29 Juni,
  • Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga – 15 Agustus,
  • Hari Raya Semua Orang Kudus – 1 November,
  • Hari Raya Kristus Raja – Minggu terakhir sebelum Adven, menggantikan Minggu biasa ke-34,
  • Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa (Immaculate Conception) – 8 Desember,
  • Hari Raya Natal – 25 Desember.

Minggu Paskah adalah Hari Raya paling utama dalam kehidupan Gereja. Hari itulah Gereja merayakannya dengan sangat meriah, melebihi Hari Raya lainnya, karena pada Minggu Paskah itulah seluruh misteri penebusan manusia direnungkan. Sementara pada Hari Minggu dan Hari Raya lainnya, perayaan Gereja tetap mengarah pada misteri keselamatan Paskah. Oleh karena itu Hari Paskah disebut juga sebagai Hari Raya dari segala Hari Raya (solemnity of solemmities, summa sollemnitas).

Apakah Hari Raya (Solemnity) sama dengan Hari Raya wajib (Holy days of obligation)?

Beberapa Hari Raya merupakan hari raya wajib (holy days of obligation) bagi umat Katolik untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Ketentuan untuk Hari-Hari Raya wajib (holy days of obligation) yang mensyaratkan umat Katolik untuk mengikuti perayaan Ekaristi yang diadakan pada hari-hari tersebut adalah:


KHK Kan. 1246

§ 1 Hari Minggu, menurut tradisi apostolik, adalah hari dirayakannya misteri paskah, maka harus dipertahankan sebagai hari raya wajib primordial di seluruh Gereja. Begitu pula harus dipertahankan sebagai hari-hari wajib: hari Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Penampakan Tuhan, Kenaikan Tuhan, Tubuh dan Darah Kristus, Santa Perawan Maria Bunda Allah, Santa Perawan Maria dikandung tanpa noda dan Santa Perawan Maria diangkat ke surga, Santo Yusuf, Rasul Santo Petrus dan Paulus, dan akhirnya hari raya Semua Orang Kudus.

§ 2 Namun Konferensi para Uskup dengan persetujuan sebelum- nya dari Takhta Apostolik, dapat menghapus beberapa dari antara hari- hari raya wajib itu atau memindahkan hari raya itu ke hari Minggu.

KHK Kan. 1247 Pada hari Minggu dan pada hari raya wajib lain umat beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam Misa; selain itu, hendaknya mereka tidak melakukan pekerjaan dan urusan-urusan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Allah atau merintangi kegembiraan hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi jiwa dan raga.

Dalam KHK 1246, disebutkan 10 hari raya wajib yang universal. Konferensi Keuskupan Malaysia, Singapura, dan Brunei menentukan 4 hari raya wajib (obligation days) sebagai berikut:

  • Ascension of the Lord (05 May 2016)
  • Assumption of the Blessed Virgin Mary (14 Aug 2016)
  • All Saints’ Day (01 Nov 2016)
  • Christmas Day (25 Dec 2016)

2. Pesta (Feast)

Pesta/ Feast adalah perayaan liturgis pada tingkatan yang kedua, untuk memperingati hidup Yesus, Bunda Maria atau rasul atau para orang kudus utama (major Saints). Hari Pesta ini mempunyai juga bacaan yang sesuai, namun hanya ada dua bacaan, ditambah dengan Kemuliaan (Gloria). Contoh: hari pesta hari kelahiran Bunda Maria 8 September, dan Pesta Transfigurasi dan Pesta Salib Suci (14 September), Pesta peringatan hari arwah (2 November).

3. Peringatan (Memorial)

Peringatan/ Memorial adalah perayaan orang kudus yang berada di bawah tingkatan Pesta. Peringatan ini ada yang wajib maupun fakultatif/ optional. Banyak hari peringatan merupakan pilihan/ tidak wajib, yang dilakukan di keuskupan tertentu/ daerah/ negara tertentu.

Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/ diperingati jika jatuh bersamaan dengan hari raya/ solemnity, pesta, hari Minggu, hari Rabu Abu, Minggu Paskah atau Oktaf Paskah. Apabila dua peringatan jatuh pada hari yang sama, seperti pada peringatan Hati Maria Yang Tak Bernoda (yang tanggalnya tergantung dari hari perayaan Hati Kudus Yesus, yang tidak tetap setiap tahunnya) yang dapat jatuh bersamaan dengan peringatan orang kudus tertentu yang sudah tetap/ fixed, maka Keuskupan bisa memilih memorial mana yang dirayakan.

Hirarki perayaan liturgi dimulai dari Hari Raya, Hari Minggu, Hari Pesta, Hari Peringatan Wajib, Hari Biasa, Hari peringatan Fakultatif, Hari Votif (untuk intensi khusus, contoh: ulang tahun Amore Dio, pernikahan, dll.).

Pertanyaan Sharing:

Sharingkan kesulitan yang kalian hadapi dalam merayakan Hari Raya Wajib, khususnya yang tidak jatuh pada hari Minggu.

Bagaimana bacaan setiap harinya ditentukan

Liturgi Sabda merupakan saat umat Katolik mendengarkan Sabda Allah. Pembagian tahun A, B, dan C merupakan pembagian untuk bacaan pada misa hari Minggu, sedangkan untuk misa harian dibagi menjadi tahun I dan II (tahun ganjil dan genap).

Pada tahun A, bacaan Injil diambil dari Injil Matius. Tahun B bacaan Injil mengambil dari Injil Markus. Tahun C bacaan Injil diambil dari Injil Lukas. Injil Yohanes mendapat perlakuan khusus. Bacaan dari Injil Yohanes ini setiap tahunnya dibacakan pada hari-hari minggu Adven dan selama Paskah, selain itu juga disisipkan pada minggu-minggu di Tahun B.

Contoh:

[table “” not found /]

Tujuan pembagian ini adalah agar bacaan lebih terarah untuk umat. Jadi kalau kita mengikuti misa setiap hari selama tiga tahun berturut-turut, kita telah membaca/ mendengarkan hampir seluruh isi Alkitab.

Tahun liturgi membawa hari yang kita jalani ke dalam misteri karya keselamatan Allah. Perayaan liturgi umat Allah menguduskan hari yang kita jalani setiap hari. Dengan memahami tahun liturgi serta masa-masa dan perayaan-perayaan di dalamnya, kita dapat lebih menghayati karya Allah di dalam hidup kita sehari-hari.

Referensi: