Sesi 57 - Week of 10th Jan 2021

Simbol Liturgi


Sharing Question

Apakah kalian sadar simbol/tanda apa saja yang kalian lihat dalam Liturgi? Pernahkah kalian menyadari ada simbol/tanda yang hilang ketika mengikuti Liturgi? Apakah kalian merasakan perbedaan?

Intro

Minggu lalu, kita sudah belajar mengapa liturgi sangat penting bagi umat Katolik. Di dalam Liturgi memang terdapat banyak tanda dan simbol, tetapi apakah kita sadar apa makna di balik lambang tersebut? Seringkali kita melihat tanda dan simbol tersebut tanpa berpikir banyak atau menghayatinya. Bahkan, beberapa dari kita masih tidak percaya akan simbol Liturgi dan maknanya. Hari ini, kita akan membahas beberapa simbol dan tanda yang kita amati dalam Liturgi dan makna di baliknya.

Minyak

Urapan liturgi dengan minyak melambangkan hubungan khusus antara seseorang atau benda dengan Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, minyak digunakan untuk mengurapi loh batu peringatan (Kej 31:13), imam (Kel 8:12) dan raja (I Samuel 10: 1). Selain itu dalam Perjanjian Baru, minyak dikaitkan dengan penyembuhan tubuh dan jiwa (Yakobus 5:14). Saat ini, ada tiga minyak suci yang digunakan oleh Gereja.

Minyak Pengurapan

Minyak pengurapan, yaitu minyak zaitun murni, digunakan untuk Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Meskipun idealnya dilakukan bersama komunitas selama Misa untuk pengurapan orang sakit, sakramen ini dapat diberikan kapan saja dan di mana saja. Imam meletakkan tangan pada orang sakit atau orang lanjut usia, berdoa khusus dan mengurapi orang tersebut dengan membuat tanda salib di dahi dan tangan dengan menggunakan minyak. Melalui sakramen ini, Tuhan memberi orang yang sakit rahmat dan kekuatan untuk menanggung penyakit atau kelemahannya. Selain itu, pengurapan ini juga dipercayai dapat memberikan penyembuhan spiritual, emosional dan bahkan fisik.

Minyak Baptis

Sebelum dibaptis, orang diurapi dengan minyak katekumen, yang juga merupakan minyak zaitun murni. Bagi orang dewasa, di awal Rite of Christian Initiation for Adults (RCIA), mereka diurapi dengan minyak baptis. Imam atau diakon kemudian akan berdoa agar Tuhan menanamkan peserta RCIA dengan kebijaksanaan untuk “discernment” dan kekuatan untuk menghindari kejahatan selama persiapan mereka untuk hidup bersama Kristus. Sama halnya dengan bayi yang diurapi sebelum menerima air pembaptisan. Urapan ini membantu mereka menangkal kejahatan, menghindari godaan dan memiliki iman yang diperlukan untuk memikul salib Kristus sepanjang hidup.

Minyak Krisma

Minyak krisma suci adalah minyak zaitun yang dicampur dengan balsam. Minyak zaitun melambangkan kekuatan, dan wangi balsam melambangkan “aroma Kristus” (2 Kor 2:15). Minyak krisma digunakan untuk menguduskan seseorang untuk pelayanan Tuhan. Minyak Krisma juga merupakan bagian dari ritus pembaptisan. Setelah bayi dibaptis dengan air dan sebelum dia menerima pakaian putih, imam membuat tanda salib dengan minyak krisma di kepala anak itu. Minyak krisma juga digunakan selama pentahbisan imam (Sakramen Pentahbisan) dan uskup.

Lilin / Cahaya

Lilin selalu digunakan di Gereja secara simbolis. Sejak zaman kuno lilin yang menyala telah dilihat sebagai simbol terang Kristus. Hal ini terlihat dengan jelas pada Malam Paskah, ketika diakon atau imam memasuki gereja yang gelap dengan satu Lilin Paskah. Lilin Paskah melambangkan kehidupan, penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Yesus datang ke dunia yang penuh dosa dan mati untuk membawa terang Tuhan kepada kita. Dia mengungkapkan hal ini dengan jelas dalam Injil Yohanes: “Akulah terang dunia; dia yang mengikutiku tidak akan berjalan dalam kegelapan, tetapi akan memiliki terang kehidupan ”(Yoh 8:12). Selain itu, cahaya lampu di samping tabernakel (Kel 27:20-21) melambangkan bahwa Allah hadir (dan Sakramen Mahakudus ada di dalam tabernakel).

Lilin di Gereja Katolik secara tradisional terbuat dari lilin lebah (beeswax). Menurut Catholic Encyclopedia, “Lilin murni yang diekstrak oleh lebah dari bunga melambangkan daging murni Kristus yang diterima dari Bunda Perawan Maria, sumbu lilin menandakan jiwa Kristus, dan nyala api melambangkan keilahian-Nya.” Persyaratan untuk menggunakan lilin yang, setidaknya sebagian dibuat dengan lilin lebah, masih ada di Gereja sampai saat ini. Gereja, dalam kebijaksanaannya, menyadari kekuatan di balik simbolisme penggunaan lilin di mana mereka dapat menyalakan kembali semangat manusia yang terkulai dan mengisinya dengan api cinta ilahi.

Dupa

Penggunaan dupa dalam ibadat Yahudi terus berlanjut setelah dimulainya agama Kristiani dan merupakan pengaruh yang pasti dalam penggunaannya oleh Gereja Katolik dalam perayaan liturgi. Gereja melihat pembakaran dupa sebagai gambaran doa (orang-orang yang setia) naik ke surga. Simbolisme ini disebutkan dalam Mazmur 141:2

“Let my prayer be incense before you; my uplifted hands an evening offering.”

Gereja awal menolak penggunaan dupa karena hubungannya dengan ritus pagan. Tidak ada kerangka waktu khusus yang dicatat untuk memberi tahu kita kapan dupa secara resmi diperkenalkan ke dalam ibadah Gereja. Bahkan, tidak ada bukti yang tersedia untuk menunjukkan penggunaannya selama empat abad pertama Gereja. Namun, ada referensi tentang dupa yang digunakan dalam Perjanjian Baru. Lukas, ketika berbicara tentang kelahiran Yohanes Pembaptis, menulis:

“Then, when the whole assembly of people were praying outside at the hour of the incense offering, the angel of the Lord appeared to him standing at the right of the altar of incense. Zechariah was troubled by what he saw and fear came upon him.”

Dupa itu sakramental, digunakan untuk menguduskan, memberkati, dan memuliakan. Asap dari dupa merupakan simbol dari misteri Tuhan sendiri. Saat dupa naik ke atas, asap dan wanginya menyampaikan manisnya kehadiran Tuhan kita dan memperkuat bagaimana Misa dihubungkan dengan Surga dan Bumi, berakhir di hadirat Tuhan. Saat Misa berlangsung, dupa digunakan pada saat:

  • Prosesi masuk
  • Ketika memulai Misa, dupa digunakan di altar dan kayu salib
  • Sebelum bacaan Injil
  • Setelah roti dan anggur diletakkan di altar, dupa digunakan untuk mengurapi persembahan, salib, altar, imam dan jemaat

Selain itu, dupa digunakan pada saat pemakaman baik di gereja, di peti mati, maupun di upacara pemakaman. Dupa juga digunakan pada hari Kamis Putih saat Sakramen Mahakudus diletakkan untuk dihormati. Dan selama Malam Paskah, lima butir dupa ditancapkan ke dalam Lilin Paskah.

Roti dan Anggur

Roti adalah simbol kehidupan. Anggur adalah simbol kegembiraan. Berbagi makanan dan minuman sering kali dikaitkan dengan perdamaian dan penyelesaian perbedaan. Sejak awal, manusia telah berbagi makanan bersama. Makan dan minum bersama adalah simbol persekutuan, hidup bersama, cinta bersama. Di dalam Alkitab, orang makan dari piring yang sama. Roti pipih (flatbread) digunakan sebagai ‘sendok’ untuk dicelupkan ke dalam hidangan komunal. Berbagi makanan dengan cara ini meningkatkan rasa solidaritas dan persekutuan di antara mereka yang memakannya. Ibaratnya, mereka menjadi satu tubuh.

General Instruction of the Roman Missal §321 menganjurkan agar roti ekaristi dibuat sedemikian rupa sehingga imam (di depan jemaat) dapat membaginya menjadi beberapa bagian untuk dibagikan. Tindakan memecahkan roti menekankan pentingnya tanda persatuan di dalam roti dan tanda kasih karena roti dibagikan di antara saudara- saudara kita. Memecahkan roti adalah gerakan ritual yang membangun persekutuan di antara orang-orang di dalam jamuan makan Yahudi. Perjamuan Terakhir, contohnya, adalah perjamuan makan yang luar biasa. Yesus memecahkan roti dan menuangkan anggur yang adalah Tubuh dan Darahnya sendiri, dipecah dan dicurahkan dalam penderitaan dan kematian-Nya. Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid Yesus berbicara tentang mengenali Kristus ketika ‘memecahkan roti’. ‘Memecahkan roti’ akhirnya menggambarkan seluruh tindakan Ekaristi di mana Yesus memberikan diri-Nya untuk menyelamatkan umat manusia.

Air

Air adalah tanda tradisional kehidupan dan pembersihan, dan sudah sejak lama digunakan dalam liturgi. Ada beberapa contoh di mana air mempunyai peran penting dalam misa di gereja:

Saat masuk ke dalam gereja, umat Katolik mencelupkan jari mereka ke dalam air suci, yang ditemukan dalam mangkuk yang menempel di dinding, dan membuat tanda salib pada diri mereka sendiri. Tindakan itu dilakukan sebagai persiapan untuk beribadah dan diyakini membawa pembersihan spiritual. Selain itu, ritual ini juga mengingatkan para jemaat tentang pentingnya pembaptisan, pengampunan Tuhan, perlindungan dan pemeliharaan- Nya, dan anugerah hidup yang kekal.

Dalam Misa, pada saat dua elemen yang akan menjadi tubuh dan darah Kristus dibawa ke altar, imam membuat doa persembahan. Ia menuangkan anggur dan sedikit air ke dalam piala, sambil berkata, “Demi misteri air (dan anggur) ini …” Air di piala melambangkan air yang mengalir dari sisi Kristus selama penyaliban; anggur melambangkan darahnya. Penggunaan campuran air dan anggur melambangkan dua kodrat Kristus – manusiawi dan ilahi.

Setelah mengangkat piala dan mempersembahkan doa, imam atau diakon mencuci tangannya – lavabo – untuk mempersiapkan perayaan Ekaristi. Pencucian dilakukan dengan mencelupkan tangan atau menuangkan air ke tangan imam atau diakon. Imam pun mengakhiri ritual ini dengan doa, “Berdoalah … agar persembahanku dan persembahanmu berkenan kepada Allah, Bapa Yang Mahakuasa.” Lavabo melambangkan pemurnian dan persiapan imam atau diakon untuk mempersembahkan sakramen.

Kesimpulan

Simbol memberi gambaran sekilas tentang misteri keilahian di kehidupan kita sebagai umat Katolik. Dalam liturgi, unsur-unsur sederhana dari kehidupan dimunculkan dan disakralkan. Air, minyak, lilin, dupa, roti, dan anggur diubah dari benda-benda biasa menjadi anugerah kasih karunia dan kehadiran Tuhan bersama kita. Dengan kita merenungkan makna simbol dalam Liturgi, semoga kita dapat semakin merasa dekat dengan Tuhan dan perlahan diubah menjadi gambar Kristus.

Sharing Questions

  1. Sharingkan pengalaman kalian (atau melihat orang lain) menerima minyak pengurapan saat dibaptis atau menerima sakramen krisma/pengurapan. Apakah kalian merasakan keberadaan Tuhan?
  2. Pernahkah kalian menggunakan salah satu simbol di atas untuk mendekatkan diri dengan Tuhan? Contoh: lilin, air suci, dll.
  3. Apakah resolusi kalian dalam mentransformasi hidup, pekerjaan dan harapan kalian di dalam Tuhan di tahun yang baru ini?
  4. Aktivitas: Ketua CG catat resolusi anggota CG di tahun yang baru ini (pertanyaan nomor 3) dan disimpan dalam time capsule untuk dibuka di tahun mendatang.

Reference