Sesi 48 – Week of 18 October 2020

Santa Francesca Xavier Cabrini


Intro

Hidup jauh dari kampung halaman bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali tantangan yang dihadapi untuk dapat bertahan hidup di tanah perantauan, apalagi berpikir untuk melayani. Hari ini kita akan belajar dari kisah hidup Santa Francesca Xavier Cabrini (St. Frances Xavier Cabrini).

Materi

Pada tanggal 15 July 1850 di sebuah kota kecil bernama Sant’ Angelo Lodigiano, 30 km sebelah tenggara kota Milan, lahirlah seorang anak perempuan bernama Maria Francesca Cabrini. Dia adalah anak terakhir dari 13 bersaudara. Francesca lahir dua bulan prematur, and dia menjalani masa muda dengan kesehatan yang rapuh.

Francesca menerima pendidikan biara di sebuah sekolah yang dikelola oleh the Daughters of the Sacred Heart. Dia lulus dengan penghargaan tinggi dan memperoleh sertifikat mengajar. Saat dia berumur 18 tahun, dia mendaftar ke kongregasi the Daughters of the Sacred Heart. Namun, dia ditolak karena kondisi kesehatannya yang lemah. Dia kemudian diminta untuk menjadi pengajar di sebuah rumah yatim piatu di Codogno. Dia mengajar di sekolah tersebut selama enam tahun, menjadi kepala sekolah, dan membawa komunitas wanita di tempat itu untuk menjalani cara hidup religius. Fransesca percaya bahwa pendidikan adalah sebuah perbuatan kasih (act of love).

Walaupun sempat ditolak untuk menjadi suster, Francesca tidak menyerah. Akhirnya di tahun 1877, Francesca mengucapkan kaul menjadi biarawati. Dia menambahkan nama Xavier ke dalam namanya sebagai penghormatan kepada St Fransiskus Xaverius (St Francis Xavier), santo pelindung pelayanan misionaris. Dia kemudian dikenal dengan nama Mother Cabrini.

Saat rumah yatim piatu ditutup pada tahun 1880, Mother Cabrini bersama-sama dengan tujuh perempuan yang lain mendirikan the Missionary Sisters of the Sacred Heart of Jesus (M.S.C) di Codogno untuk merawat anak-anak miskin di sekolah dan rumah sakit. Mother Cabrini menyusun aturan dan konstitusi kelembagaan kongregasi baru ini.

Suster-suster kongregasi ini menerima dan merawat bayi dan anak yatim piatu. Untuk membayar pengeluaran, mereka mencari pemasukan lewat membuka kelas harian, dan menjual hasil karya menyulaman. Dalam lima tahun pertama, kongregasi ini mendirikan tujuh panti asuhan dan sebuah sekolah dan penitipan bayi gratis (seven homes and a free school and nursery). Karya mereka menarik perhatian Uskup Giovanni Scalabrini dan Paus Leo XIII.

Saint of the day: Mother Frances Xavier Cabrini | Angelus News

Mother Cabrini ingin melanjutkan misi pelayanannya ke Cina. Pada tahun 1887, Mother Cabrini meminta persetujuan Paus untuk melanjutkan misinya ke Cina. Akan tetapi, Paus Leo XIII berkata, “Not to the East, but to the West“. Paus Leo XIII mendesak Mother Cabrini pergi ke Amerika Serikat untuk melayani banyak imigran Italia yang memerlukan bantuan. Saat itu, banyak imigran Italia di Amerika Serikat yang hidup dalam kemiskinan dan kekacauan.

Mother Cabrini bersama dengan enam suster yang lain sampai di New York pada bulan Maret 1889. Awal kehidupan mereka di Amerika Serikat penuh dengan kekecewaan dan kesulitan. Rumah yang awalnya disiapkan untuk panti asuhan barunya tidak lagi tersedia. Uskup Agung New York saat itu, Michael Corrigan, meminta Mother Cabrini untuk kembali ke Italia, namun Mother Cabrini tidak menyerah. Uskup Agung akhirnya menemukan tempat tinggal untuk mereka di sebuah rumah di biara the Sisters of Charity. Mother Cabrini akhirnya memperoleh izin untuk mendirikan panti asuhan di West Park, New York.

Mother Cabrini mengadakan kelas katekismus dan pendidikan terutama bagi imigran Italia dan menyediakan banyak kebutuhan anak yatim piatu. Dia terus mendirikan sekolah dan panti asuhan walaupun ada banyak tantangan. Kemudian, permintaan untuk mendirikan sekolah datang ke Mother Cabrini dari berbagai negara. Beliau melakukan banyak perjalanan ke Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, serta seluruh Amerika Serikat. Selama hidupnya, beliau berlayar melintasi Samudra Atlantik sebanyak lebih dari 30 kali, walaupun dia takut akan air dan tenggelam. Dipenuhi dengan keyakinan penuh kepada Tuhan serta kemampuan administrasi yang luar biasa, Mother Cabrini mendirikan 67 institusi, termasuk panti asuhan, sekolah, dan rumah sakit, dalam 35 tahun dedikasinya kepada orang miskin, terlantar, sakit, tak berpendidikan, dan terutama kepada imigran Italia. Institusinya tersebar di seluruh Amerika Serikat (di New York, Colorado, dan Illinois), Amerika Selatan, Panama, Perancis, dan Spanyol.

Pada tahun 1902, dalam perjalannya ke Colorado untuk mengunjungi para pekerja Italia di distrik pertambangan Clear Creek, Argentine, dan South Park, Mother Cabrini menemukan sebuah properti di lereng gunung. Namun, tidak ada sumber air yang memadai di property tersebut selain dua lumbung yang bagus dan sebuah rumah mata air kecil. Pada tahun 1909-1910, Beliau menegosiasikan pembelian property ini sebagai tempat perkemahan musim panas panti asuhannya di Denver Colorado. Sebuah pertanian dan peternakan unggas dan sapi perah didirikan dan dikelola oleh tiga suster hati kudus Yesus. Satu lumbung yang lebih besar diubah menjadi tempat tinggal.

Setiap musim panas, sekelompok anak-anak tinggal dan menghabiskan beberapa minggu di alam bebas ini. Satu-satunya sumber air di situ ada di kolam kecil di rumah mata air, dan ini tidak cukup untuk kebutuhan minum dan memasak di musim panas. Mereka harus mengambil air dari sungai di dasar gunung untuk kebutuhan minum dan memasak. Pada bulan September 1912, para suster mengeluh kepada Mother Cabrini bahwa mereka sekarat karena kehausan dan kekurangan air. Mother Cabrini menjawab “Angkat batu itu dan mulailah menggali. Kamu akan mendapatkan air yang bersih dan segar”. Dan benar, keluarlah mata air dari tempat itu, dan tidak pernah berhenti. Replika gua Maria Lourdes kemudian didirikan di tempat itu, dan banyak sekali peziarah yang datang meyakini bahwa mata air ini membawa kesembuhan.

Pada tahun 1909, Mother Cabrini menjadi warga negara Amerika Serikat. Delapan tahun kemudian, pada tanggal 22 Desember 1917, Mother Cabrini meninggal di usia 67 tahun karena komplikasi penyakit Malaria.

Santa Fransesca Xavier Cabrini dibeatifikasi pada 13 November 1938 oleh Paus Pius XI, dan dikanonisasi pada 7 Juli 1946 oleh Paus Pius XII. Beliau adalah warga negara Amerika Serikat pertama yang dikanonisasi. Relic tubuhnya ada di beberapa tempat: kepalanya berada di Roma (tempat pusat kongregasi the Missionary Sisters of the Sacred Heart of Jesus), jantungnya berada di Codogno (tempat kongregasi the Missionary Sisters of the Sacred Heart of Jesus didirikan), lengan kanannya berada di Chicago (tempat Mother Cabrini meninggal), dan mayoritas tubuhnya berada di New York (St. Frances Xavier Cabrini Shrine). Hari pestanya dirayakan pada 13 November. Beliau juga dikenal sebagai santa pelindung para imigran. Pada tahun 2020, negara bagian Colorado, Amerika Serikat menetapkan hari senin pertama bulan Oktober sebagai Cabrini Day.

Mujizat lewat Perantaraan Mother Cabrini

Sekitar 4 tahun setelah Mother Cabrini meninggal, seorang anak laki-laki bernama Peter Smith lahir di Columbus Hospital di Manhattan. Colombus Hospital adalah salah satu institusi yang didirikan oleh Mother Cabrini di tahun 1892 untuk memberikan pelayanan gratis kepada imigran miskin di New York. Salah satu metode kedokteran umum saat itu adalah memberikan larutan perak nitrat (silver nitrate) 1% ke mata bayi yang baru lahir untuk melindungi mereka dari infeksi bakteri yang mungkin terjadi selama kelahiran. Seorang perawat yang membersihkan Peter Smith membuat kesalahan besar, dia bukannya menggunakan larutan perat nitrat 1%, tetapi larutan perak nitrat 50%.

Mata Peter Smith dievaluasi oleh dua dokter spesialis mata. Mereka berkata kornea mata Peter Smith hilang, dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan mata Peter Smith. Pemimpin rumah sakit menyentuhkan relic Mother Cabrini ke mata Peter Smith, kemudian menyematkan relic tersebut ke baju tidurnya, dan bersama suster yang lain menghabiskan malam untuk berdoa di kapel rumah sakit.

Ketika mereka tiba di kapel untuk berdoa, mereka melihat perawat yang putus asa sudah berada di kapel, berlutut di depan sakramen Maha Kudus. Dia memohon dengan lantang: “Tolong Tuhan, tolong Tuhan! Jangan biarkan bayi itu buta! Mother Cabrini, bukankah kamu akan membuat keajaiban?”

Setelah perawat dan suster menghabiskan sepanjang malam berdoa di kapel, doa mereka dijawab dengan keajaiban yang diminta. Ketika dokter datang untuk memeriksa bayi itu lagi, mereka tidak dapat mempercayai apa yang mereka temukan: kornea mata masih utuh dan matanya normal. Penglihatan Peter pulih!

Namun, kegembiraan itu hanya sementara, di hari yang sama bayi Peter menderita double pneumonia. Ibunya yang awalnya takut bahwa Peter menjadi buta, sekarang menjadi lebih takut lagi bahwa Peter tidak akan selamat. Salah satu dokter berkata kepada para suster bahwa mereka harus lebih banyak berdoa. Para suster berdoa sekali lagi untuk keajaiban dan keesokan paginya suster yang lain ikut datang berdoa. Dengan perantaraan Mother Cabrini, semua jejak pneumonia pada bayi Peter menjadi hilang.

Peter meninggalkan rumah sakit sepuluh hari kemudian dengan jejak mujizat di wajahnya dalam bentuk dua bekas luka dimana perak nitrat mengalir dari matanya. Seiring berjalannya waktu bekas luka ini akhirnya hilang.

Empat belas tahun kemudian, keluarga Smith memiliki seorang anak laki-laki lagi. Mereka menamainya John Frances Xavier Smith sebagai ucapan syukur atas mujizat yang Mother Cabrini lakukan untuk kakak laki-lakinya. Orang-orang memanggil dia dengan panggilan F.X. Di kemudian hari, Peter dan F.X. sama-sama menjadi Romo. Romo Peter menjawab panggilannya untuk melayani di Keuskupan Corpus Christi di Texas, sedangkan Romo F.X. melayani di keuskupan agung New York.

Tentang Missionary Sisters of the Sacred Heart of Jesus (M.S.C)

Tujuan dari konggregasi ini adalah untuk menyebarkan pengabdian kepada Hati Kudus Yesus melalui praktek karya belas kasih jasmani dan rohani. Para suster melayani orang sakit dan jompo, anak-anak di panti asuhan, sekolah, kelas menjahit. Mereka mengunjungi rumah sakit dan penjara, serta memberikan pelajaran agama di biara mereka.

Saat ini, para suster misionaris, kolaborator awam (lay collaborator), dan relawan bekerja sebagai guru, perawat, pekerja sosial, administrator, dan dewan pengurus kongregasi. Mereka berada di enam benua dan 15 negara di dunia – dimana pun ada kebutuhan.

Conclusion

Mother Cabrini adalah contoh bagaimana dia membiarkan Tuhan bekerja secara luar biasa di dalam dan melalui dia. Walaupun awalnya dia berkeinginan untuk misi pelayanan ke Cina, dia mematuhi perintah Paus. Beliau percaya penuh bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih baik yang melebihi pengertian dan pemahamannya. Cintanya yang besar kepada Tuhan memberdayakan Mother Cabrini untuk menjangkau orang yang miskin dan membutuhkan. Mother Cabrini mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang yang lemah terutama imigran. Beliau adalah model orang beriman yang pantang menyerah walaupun kondisi tubuhnya yang lemah. Kepercayaan total kepada Tuhan adalah karakteristik kepribadiannya yang luar biasa dan merupakan sumber kekuatan batin yang mendorongnya untuk tetap melayani di tempat dimana dia dibutuhkan dan mencapai pencapaian yang luar biasa dalam waktu yang singkat.

Sharing

  1. Tantangan apakah yang dihadapi oleh St. Frances Xavier Cabrini saat menginjakkan kaki di Amerika? Apakah kamu menghadapi tantangan yang serupa?
  2. Mother Cabrini awalnya berkeinginan misi pelayanan ke Cina, namun Paus meminta dia untuk pergi ke Amerika Serikat. Beliau mematuhi perintah Paus. Apakah kamu memiliki pengalaman dimana kamu harus mematuhi perintah yang tidak sesuai dengan keinginanmu?
  3. Sebagai imigran, kita juga tetap bisa melayani, hal apakah yang bisa saya pelajari dari St Frances Xavier Cabrini dalam hal melayani?
  4. Sharingkan pengalamanmu dalam melayani di Singapura.

Reference

  1. Truth to Inspire. St. Frances Xavier Cabrini. https://watch.formed.org/videos/st-frances-cabrini
  2. Catholic Online. St. Frances Xavier Cabrini. https://www.catholic.org/saints/saint.php?saint_id=278
  3. https://www.mothercabrini.org/who-we-are/mother-cabrini/
  4. https://www.cabriniworld.org/reflections-of-our-day-on-170th-anniversary-of-mother-frances-cabrinis-birth/
  5. http://www.saintfrancesxcabrini.org/the-story-of-st-frances-xavier-cabrini/
  6. https://www.catholicworldreport.com/2019/11/12/the-age-of-miracles-has-not-passed/
  7. https://www.officeholidays.com/holidays/usa/colorado/cabrini-day
  8. https://www.mothercabrinishrine.org/about-us/history
  9. Peter M.J. Stravinskas. Six lessons from the life and work of St. Frances Xavier Cabrini.https://www.catholicworldreport.com/2019/11/13/six-lessons-from-the-life-and-work-of-st-frances-xavier-cabrini/
  10. https://www.cabriniworld.org/reflections-of-our-day-on-170th-anniversary-of-mother-frances-cabrinis-birth/
  11. St. Frances Xavier Cabrini. https://www.youtube.com/watch?v=A1HHA8Wm1Pc
  12. MotherCabriniShinesasExampleofCareforImmigrants. https://www.youtube.com/watch?v=d9CA1qH5ENc
  13. NewAdvent.MissionarySistersoftheSacredHeartofJesus. https://www.newadvent.org/cathen/13305b.htm