Sesi 60 - Week of 22 Jun 2015

Religious Ecstasy


Pembukaan

Selama 2 minggu ini kita telah membahas tentang stigmata, termasuk penjelasan stigmata, kisah-kisah santo santa dan orang suci yang mendapatkan anugerah stigmata, tidak melupakan penjelasan stigmata secara ilmiah dan stigmata yang didapatkan dari iblis atau satan. Satu hal yang berhubungan sangat erat dengan stigmata adalah keadaan ekstase religius (religious ecstasy) yang juga dialami oleh para stigmatis. Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang ekstase religious serta hubungannya dengan stigmata.

Diskusi Inti

Apa itu Ekstase Religius?

(Ecstasy: a state of overwhelming emotion.) Secara lebih jelas, ekstase adalah sebuah keadaan dimana seorang individual mengalami gangguan pada kemampuan fisik dan juga kesadarannya, yaitu menjadi kurang sadar dengan keadaan disekitarnya, tetapi menjadi sangat sadar akan suatu hal secara mental dan spiritual. Ekstase dapat dicapai dengan banyak cara, seperti olahraga, puasa, hubungan seksual, musik, dan juga obat-obatan.

Hal ini menjadi ekstase religius jika diberikan sebagai karunia karena keintiman dengan Tuhan, terjadi saat kejadian religius seperti saat berdoa, meditasi, stigmata, dll. Saat mengalami ekstase religius, pikiran seseorang individu akan sangat terpusatkan kepada Tuhan, sedangkan badannya akan kehilangan kesadaran dan sangat sulit untuk menyadarkannya dari konsentrasinya kepada Tuhan dan dari ekstase itu sendiri. Sebagai tambahan, seseorang yang mengalami ekstase religius sebenarnya masih dapat mengontrol kesadaran mereka dengan sedikit, tetapi merelakan kesadarannya dikontrol oleh yang dia kagumi, yaitu Tuhan.

Ekstase religius, walaupun lebih sering terjadi kepada orang-orang suci, juga dapat terjadi kepada orang awam. Ekstase religius adalah sebuah pemberian dari Tuhan yang tidak dapat dicapai dengan cara-cara duniawi yang tidak bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan atau memuji nama-Nya.

Pertanyaan Sharing #1

Berikan pendapat kalian tentang ekstase setelah mendapat penjelasan diatas!

Peristiwa-peristiwa Ekstase Religius.

Berikut adalah beberapa contoh peristiwa ekstase religius:

  • St. Teresa dari Avila (1515-1582), seorang biarawati dan pembaharu Ordo Karmel, diberi gelar Doktor Gereja oleh Paus Paulus VI.Pada umur 20 Teresa meninggalkan rumah ayahnya, dan masuk ke biara Inkarnasi Karmelit di luar Avila. Di dalam biara, dia menderita penyakit. Pada masa awal sakit, dia mengalami periode ekstase religius karena membaca buku devosi “Tercer abecedario espiritual,” (Alfabet Spiritual Ke-3) (1527, ditulis oleh Francisco de Osuna). Melalui ekstasenya, dia secara mental bangkit dari keadaan fisiknya yang lemah ke devosi hening atau bahkan devosi ekstase yang merupakan sebuah persatuan yang sempurna dengan Tuhan. Semakin lama, dia semakin mengerti tentang kengerian dosa dan pengetahuan tentang dosa awal.Pada 1556, banyak teman manyatakan bahwa pengetahuannya berasal dari Setan. Dia mulai menjalani penyiksaan diri dan mortifikasi fisik. Tapi bapa pengakuan (imam yang melayani pengakuan dosa) Teresa saat itu, Santo Fransiskus Borgia seorang Yesuit, memastikan dia bahwa inspirasinya berasal dari Tuhan. Pada Hari Raya St. Petrus tahun 1559, Teresa yakin bahwa Yesus Kristus menampakkan diri secara fisik kepadanya, walau tak terlihat. Penglihatan tersebut dialami hampir tanpa terputus selama lebih dari 2 tahun. Dalam penglihatan lainnya, Teresa menuliskan bahwa seorang seraphim (malaikat bersayap 6) menusukkan tombak emas berulang kali ke hatinya, menyebabkan sakit secara fisik maupun batin yang luar biasa. Ingatan akan kejadian ini mendorongnya dan memotivasinya untuk mengikuti penderitaan Yesus, tercatat sebagai motonya: “Bapa, biarkan aku menderita atau biarkan aku mati.” Visi ini menjadi hasil karya Bernini paling terkenal, yaitu patung Ekstase St. Theresa, yang ditempatkan di Basilika Santa Maria della Vittoria di Roma.
  • St Joseph dari Cupertino (1603-1663).Joseph terlahir di sebuah keluarga miskin, ayahnya wafat sebelum dia terlahirkan dan ibunya terpaksa melahirkan dia di kandang hewan, dikarenakan rumah mereka disita untuk membayar hutang-hutang. Joseph mulai mendapatkan ekstase berupa penglihatan semenjak kecil, hal ini membuat dia dicemooh orang sekitarnya. Pada tahun 1620 dia melamar ke Conventual Fransiscan Friars, tetapi ditolak karena rendahnya tingkat edukasinya. Lalu ia melamar ke Capuchin Friars di Martino, Taranto; Pelayanan imannya disana tidak berlangsung lama karena ekstase yang terus menerus dia dapat membuat dia tidak dapat melayani dengan baik.Lalu Joseph kembali ke keluarganya, bekerja sebagai penjaga kandang di sebuah friar (biara). Dia membuat takjub anggota biara lainnya dengan devosi dan cara hidupnya yang sederhana. Ia akhirnya di terima sebagai Imam Ordo tersebut pada tahun 1628. Semenjak inilah ekstase Joseph terus meningkat, mencapai puncak pada sebuah perayaan misa yang dia pimpin, dimana dia terlihat melayang dan terbang. Hal ini membuat dia menjadi sangat terkenal, dan saksi mata hal ini beragam dari umat awam sampai ke Paus Urban VIII pada saat Joseph berkujung ke Roma untuk bertemu dengan bapa Paus.Ekstasenya yang disertai dengan melayang dapat terus menerus terjadi karena begitu dalam cintanya kepada Tuhan. Ekstasenya dapat berlangsung sampai dengan 6 atau 7 jam, dan pada saat melayang, pakaiannya tidak akan terganggu walaupun dia melayang kedepan, belakang, atas atau ke bawah. Beberapa saksi juga mengatakan bahwa ekstasenya dapat dimunculkan hanya dengan menceritakan tentang cinta Tuhan atau Bunda Maria atau membuat dia membayangkan mereka.
  • St. Thomas Aquinas (1225-1274), banyak karyanya dibidang filosofi dan teologi yang mempengaruhi gereja Katolik sampai sekarang, dan ia terkenal sebagai teladan dalam mempelajari teologi baik untuk para biarawan/wati dan mereka yang mempelajari tentang KatolikSt. Thomas mendapatkan banyak ekstase dalam hidupnya; tetapi yang patut diamati adalah pada tahun 1273 , tahun dimana dia memutuskan untuk berhenti menulis lebih banyak lagi, ia mendapatkan ekstase yang disaksikan oleh 3 saudaranya dalam iman. Mereka mendengar suara datang dari salib di altar, “Thou hast written well of me, Thomas; what reward wilt thou have?” Thomas menjawab, “None other than Thyself, Lord”.
  • St. Pio dari Pietrelcina (1887-1968), lebih dikenal sebagai Padre Pio, seorang biara, imam dan stigmatis.
  • Therese Neumann (1898-1962), seorang anggota Fransiscan Order dan stigmatis, seorang awam.

Pertanyaan Sharing #2

Menurut kalian, mengapa karunia-karunia Tuhan kepada kita seperti stigmata atau terbang dan melayang (levitation), biasa disertai dengan ekstase?

Ekstase Religius dan Stigmata.

Sekarang kita telah mengetahui bahwa stigmata biasanya disertai dengan ekstase yang ekstrim, ditambah dengan perasaan sakit yang hebat walaupun stigmata yang terjadi itu adalah bentuk stigmata yang tidak terlihat. Perlu digarisbawahi bahwa walaupun ekstase berakhir, luka pada stigmatis kebanyakan akan tetap terbuka dan biasanya disertai dengan tetesan darah.

Agar kita dapat mendalami lebih dalam makna stigmata, kita perlu mengetahui alasan mengapa stigmata biasanya disertai dengan ekstase. Sebelumnya telah dibahas bahwa saat mendapat ekstase, stigmatis akan kehilangan perhatian kepada hal disekitarnya; Secara mental, stigmatis akan focus hanya kepada sebuah hal yang tidak terlihat. Didalam keadaan seperti inilah stigmatis akan mendapat kekuatan yang baru, seperti seseorang yang sulit untuk berlutut akan dapat berlutut untuk waktu yang sangat lama dikarenakan kehilangan kesadaran. Perlu juga diketahui bahwa terkadang stigmatis tidak sepenuhnya kehilangan kesadaran, sehingga dia masih dapat menggambarkan apa yang terjadi dalam penglihatannya (St. Catherine dari Siena).

Jadi, sama seperti saat-saat lain dimana seseorang mendapat karunia ekstase, ekstase akan membuat seorang stigmatis terfokus hanya kepada pesan apa yang ingin disampaikan kepadanya oleh Tuhan. Juga untuk mengingatkan bahwa lebih memfokuskan diri kita kepada-Nya, kita akan mendapatkan lebih banyak lagi cinta kasih dari-Nya.

Pandangan yang Salah Tentang Ekstase Religius.

Berikut adalah pandangan-pandangan yang salah tentang ekstase religius, seperti menyamakan karunia Tuhan dalam bentuk ekstase religius dengan hal-hal duniawi yang bisa dicapai hanya dengan campur tangan manusia:

  1. Beberapa ahli filsafat kafir mengatakan bahwa dalam keadaan ekstase, ada berkurangnya keintelektualan dan kemampuan pancaindera. Teori ini berasal dari cara interpretasi mereka yang berlebihan dari beberapa saksi atau orang yang mengalami ekstase. Salah satu contoh adalah Beata Angela dari Foligno (1248 – 1309), dimana dalam kesaksiannya dia mengatakan dengan jelas bahwa ia tidak hanya merasakan keutuhan, melainkan berlimpahnya keintelektualan dan kemampuan pancaindera.
  2. Ekstase religius dikatakan sebagai sebuah fenomena natural yang mungkin terjadi karena konsentrasi yang kuat terhadap hal-hal religius. Tetapi untuk melawan argumen tersebut, kita dapat menunjukan fakta bahwa ekstase natural juga dapat terjadi karena hal yang tidak bersifat religius, sehingga kita dapat mengatakan bahwa cerita tentang ekstase religius sebagai fenomena natural (bukan pemberian Tuhan) hanyalah argumen yang tidak konklusif dan berdasarkan dari interpretasi yang salah.
  3. Secara fisik, karena badan orang yang mengalami ekstase akan menjadi kaku, ekstase religius dikatakan hanyalah sebuah bentuk lain dari penyakit ayan. Tetapi ekstase juga disertai dengan hilangnya kesadaran, sehingga hal ini menjadi perbedaan yang jauh diantara kedua hal tersebut.
  4. Ekstase religius pernah disamakan dengan keadaan hipnosis. Perbedaan kedua hal ini dapat dilihat secara fisik, yaitu dimana ekstase selalu disertai dengan sikap tubuh yang santai, sedangkan pada keadaan hipnosis (umumnya di rumah sakit), tubuh akan memberontak dan kejang-kejang. Perbedaan terbesar bisa dilihat dari sisi psikologi, yaitu imajinasi; Walaupun dalam keduanya individu menjadi terfokus pada satu hal dalam imajinasi mereka, perbedaan terdapat didalam apa yang diimajinasikan. Dalam hipnosis, seseorang umumnya membayangkan hal simpel yang sifatnya sangat visual atau auricular atau tactual saja; sedangkan pada santo santa, mereka mengimajinasikan hal yang bersifat sangat intelektual. Sebagai tambahan, setelah hipnosis seorang pasien akau menjadi lemas, tidak berdaya dan depresi; sedangkan seorang santo santa setelah ekstase religius akan mendapatkan kekuatan atau kemauan spiritual yang sangat hebat.
  5. Ekstase religius juga pernah disamakan dengan berjalan dalam tidur. Kasus tidur berjalan seseorang dari Geneva yang bernama Helen Smith, dipelajari oleh Professor Flournoy pada akhir abad ke-19. Pada saat tidur berjalan, Helen menjelaskan penglihatannya dalam gambar dan tulisan, beberapa adalah saat dia melihat penduduk planet Mars, saat dia berjalan bersama orang Arab dan Hindu pada abad ke-14. Juga pernah terjadi tidur berjalan dimana dia menggambar lukisan Kristus dan Madonna, semua hal ini dilakukan dengan tidak sadar.
    • Tidur berjalan Helen Smith dan ekstase religius santo santa memiliki kesamaan seperti diatas, tetapi ada beberapa perbedaan yang sangat mencolok:
    • Secara moral, santo santa yang mengalami ekstase akan mendapat perubahan yang luar biasa yang membuat mereka untuk melakukan kebajikan yang sangat sulit dilakukan; Sedangkan pada Helen itu hanya membuat dia menjadi wanita yang baik saja.
    • Helen tidak mengingat apapun dari hasil penglihatannya, berbeda dengan santo santa.
    • Pada saat penglihatan oleh santo santa, imajinasi dan intelektualitasnya bekerja bersamaan; sedangkan pada Helen , hanya imajinasinyalah yang bekerja. Hal ini membuat penglihatan Helen hanya berisi hal-hal yang telah ada didunia seperti rumah, hewan, atau tumbuhan; Hanya sebuah jiplakan dari apa yang dia lihat di dunia.
  6. Terakhir, ekstase religius disamakan dengan pengunaan obat-obatan terlarang (alcohol, opium, atau morfin). Pebedaan pertama adalah pada keadaan orang tersebut, orang yang sedang mendapat ekstase akan terlihat mulia, tidak seperti pengguna obat-obatan yang akan terlihat loyo dan sembrono. Kedua adalah secara mental setelah penggunaan obat-obatan, pelaku akan menjadi lemas, pusing, membuat pikiran mereka tidak berjalan dengan benar, dan disertai kecanduan; Sangat berbeda dengan keadaan santo santa setelah mendapat ekstase religius.

Pertanyaan Sharing #3

Sharingkan pengalaman kalian dimana kalian merasakan keintiman yang sangat dalam dengan Tuhan dalam doa, meditasi atau misa! Apakah menurut kalian itu adalah sebuah ekstase religius?

Referensi