Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 89 - Week of 9th May 2016

Penghormatan kepada Bunda Maria, Santo dan Santa


Intro

Penghormatan kepada Bunda Maria, Santo dan Santa, terkadang menjadi suatu pertanyaan yang menuntut suatu pertanggungjawaban iman kita sebagai seorang katolik. Mungkin kita pernah mendengar pertanyaan itu, ataupun mungkin kita belum pernah, tetapi mungkin suatu saat kita bisa berhadapan dengan pertanyaan itu. Karena itu, pembahasan berikut, akan membahas tentang penghormatan orang katolik kepada Bunda Maria, Santo dan Santa.

Salah satu ciri khas dalam gereja katolik adalah di mana umat katolik berdoa Rosario, menghormati santo dan santa, serta percaya akan persekutuan para kudus di surga, seperti yang setiap minggu kita ucapkan dalam syahadat para rasul ketika kita misa di gereja. Namun, apakah sebenarnya dasar dari penghormatan ini? Apakah perlu kita memberikan penghormatan khusus kepada Bunda Maria, Santo dan Santa? Apakah penampakan Maria itu sungguh sungguh dan bukan penampakan dari malaikat gelap? Dan masih banyak pertanyaan yang mungkin muncul sekitar penghorm atan kepada Bunda Maria, Santo dan Santa, termasuk mengapa gereja protestan tidak mengakuinya.

Pertanyaan:

  1. Apakah selama ini anda pernah berdoa dengan perantaraan Bunda Maria, Santo dan Santa? Ceritakan pengalamanmu berdoa dengan perantaraan Bunda Maria, Santo atau Santa?
  2. Pernahkah anda mendapat pertanyaan mengapa orang katolik berdoa Rosario? Mengapa orang katolik menghormati Maria lebih dari orang lain yang juga di panggil oleh Allah? Ceritakan pengalamanmu itu?

PEMBAHASAN

Gereja Katolik memberikan penghormatan khusus kepada Bunda Maria adalah karena Allah-lah yang pertama-tama menghormatinya secara khusus. Prinsipnya, Maria bukan hanya sekedar ‘alat’ saja yang sama dengan para nabi atau para pengkhotbah jaman sekarang. Karena harus diakui, ia adalah seorang yang dipilih oleh Allah sejak semula untuk melahirkan Tuhan Yesus. Jadi beberapa alasan Gereja Katolik menghormati Maria secara khusus dapat kita lihat sebagai berikut:

  1. Maria adalah Tabut Perjanjian Baru, yang merupakan pemenuhan dan penyempurnaan tabut Perjanjian Lama. Alkitab menyebutkan bahwa tabut Perjanjian Lama yang berisi Kitab Taurat Musa, dua loh batu kesepuluh Perintah Allah, roti manna dan tongkat Harun; sangat dikuduskan Allah. Semua itu diperintahkan Allah untuk diletakkan di tempat yang disebut sebagai tempat Mahakudus dalam kemah/ bait Allah, dan hanya imam agung yang dapat masuk ke tempat tersebut. Jika imam itu masuk ke sana dalam keadaan tidak kudus maka ia akan mati (Im 22:9).Hal ini dijabarkan dengan sangat mendetail dalam Kitab Perjanjian Lama. Kita membaca Kitab Perjanjian Lama, yang menjabarkan betapa Allah begitu sangat spesifik mensyaratkan bagaimana tabut Perjanjian Lama harus dibuat (Kel 25-31), berapa ukurannya, bahannya, seniman yang membuatnya (Kel 31:1-6), dst.Belum lagi pada waktu tabut perjanjian itu hilang dan kemudian diketemukan pada jaman raja Daud, maka ketika orang yang menopang tabut itu secara tak sengaja menyentuh tabut itu, langsung ia dihukum mati oleh Tuhan, sebab orang itu tidak kudus (2 Sam 6:6-7).Nah, sekarang Maria adalah Tabut Perjanjian Baru. Ia mengandung Sabda yang menjadi manusia (Yoh1:14). Kristuslah Sabda kasih Allah yang tidak lagi tertulis di atas batu, melainkan Sabda yang menjadi daging. Ialah Roti hidup (Yoh 6:35) yang melebihi roti manna. Dengan demikian, tidak mungkin Bunda Maria itu sama seperti orang biasa, Ia pasti dikuduskan Allah yang dengan kekudusan yang sempurna. Maria dikuduskan oleh karunia rahmat Allah, dan memang demikianlah halnya, seperti yang kita ketahui dalam sapaan malaikat Gabriel saat menyampaikan kabar gembira kepada Maria;

    “Salam, hai engkau yang dikaruniai (Hail Mary, full of grace)…. engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah… Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

    Luk 1:28, 30, 35

    Jadi, jika kita semua mau jujur, seperti apapun orang yang dipakai Tuhan, apakah itu nabi terbesar atau pengkhotbah manapun yang melakukan mukjizat, atau yang mendapatkan penglihatan ke neraka dan surga sekalipun, tidak ada yang dapat melebihi Maria, yang mengandung Tuhan Yesus, Sang Allah Putera yang menjelma menjadi manusia. Mereka yang menjadi alat Tuhan (entah itu nabi, pengkhotbah, dst) ‘hanya mengandung’ Kristus secara spiritual, namun tidak juga secara jasmani rohani seperti Bunda Maria, sebagai ibu-Nya.

  2. Maria adalah teladan utama dalam mengikuti kehendak Bapa, yang dengan ketaatan dan kesediaannya menjadi ibu Yesus meskipun Maria harus menanggung beban yang sangat berat dalam melaksanakan kehendak Bapa itu. Maria menjadi teladan sebagai seorang ‘murid’ Yesus dalam mengikuti kehendak Bapa. Seperti tertulis dalam Mat 12:48-50 yang mengatakan,

    “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku? (Who is my mother, and who is my brethern/ brothers?) Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-ku perempuan, dialah ibu-Ku,”


    Di sini kita ketahui Yesus mempunyai dua maksud, bahwa:Yang pertama, Ia lebih mementingkan hubungan yang bukan sekedar hubungan darah, melainkan hubungan spiritual.Kedua, Ia juga secara tidak langsung memuji Maria, sebagai ibu-Nya, karena Maria telah mentaati dan melakukan kehendak Bapa.
  3. Keistimewaan Maria juga dilihat dari perannya untuk membawa orang lebih dekat kepada Yesus. Pada peristiwa perkawinan di Kana, saat Bunda Maria mengatakan pada Yesus bahwa mereka kehabisan anggur, dan Yesus sepertinya awalnya tidak bermaksud mengadakan mukjizat, namun oleh permohonan Maria, Yesus melakukannya juga (Yoh 2:1-11).Perkataan Yesus kepada Maria pada saat itu diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Indonesia sebagai, “Mau apakah engkau daripadaKu, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Sedangkan pada Jerusalem Bible yang diakui oleh semua orang Kristiani, kalimat sesungguhnya adalah, “Woman, why have you turn to Me? My hour has not yet come.” Jadi seharusnya bukan ‘ibu’, tetapi ‘perempuan’.Kata ‘perempuan’/ ‘woman’ di sini adalah untuk menunjukkan bahwa Maria adalah seorang ‘perempuan’ yang dijanjikan oleh Allah sejak semula untuk mengandung Yesus yang akan mengalahkan Iblis (Kej 3:15); dan Maria adalah seorang ‘perempuan’ yang dipercayakan Yesus sebelum wafat-Nya di kayu salib kepada murid yang dikasihi-Nya (Yoh 19:26). Maria adalah ‘perempuan’ yang disebutkan di dalam kitab Wahyu (Why 12).Maka jika Yesus adalah Adam yang baru; Maria adalah Hawa yang baru, yang dipercayakan Kristus menjadi ibu para murid yang dikasihi-Nya, yaitu sebagai Bunda Gereja.Gereja Katolik sangat berhati-hati untuk menyatakan penampakan Bunda Maria di suatu tempat itu termasuk yang otentik (sungguh terjadi) atau tidak. Penampakan di Lourdes (1858) misalnya membutuhkan waktu empat tahun baru diakui oleh pihak Gereja setempat (1864), setelah memang terjadi banyak mukjizat di tempat itu. Pada penampakan ini, Bunda Maria menyatakan dirinya sebagai “Immaculate Conception” (Perawan yang dikandung tidak bernoda), kepada Bernadette Soubirous, seorang gadis desa yang buta huruf. Ini merupakan konfirmasi dari doktrin Maria yang dikandung tidak bernoda, yang dikeluarkan Gereja Katolik oleh Bapa Paus Pius IX pada tahun 1854.

    Penghormatan kepada Maria tidak pernah menjadi lebih utama dari pada penghormatan kepada Yesus. Karena Gereja Katolik selalu melihat Bunda Maria sebagai Bunda yang menghantar kita kepada Yesus. Hal ini sesuai dengan sikap Maria yang selalu mengarahkan kita kepada Yesus Puteranya, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” (Yoh 2:5).

    Jika anda pernah mengunjungi Lourdes, anda akan melihat bahwa ada banyak bukti mukjizat kesembuhan yang sangat luar biasa terjadi di sana (dokumennya dapat dilihat oleh para turis), yang telah dikonfirmasi oleh pihak dokter sebagai sesuatu ‘mukjizat’ yang tidak dapat dijelaskan secara medis (karena tempat berziarah berdekatan dengan rumah sakit yang dapat menguji kesembuhan tersebut, sehingga bukan rekayasa).

  4. Demikian halnya dengan para Santa dan Santo (Orang kudus). Mereka memang manusia biasa seperti kita, namun mereka menjalankan hukum kasih sampai ke tahap ‘heroic‘ degree. Mereka adalah orang yang rela menyangkal diri sendiri, demi kasih kepada Yesus dan sesama. Jika kita membaca riwayat hidup orang kudus, contoh riwayat Fransiskus dari Asisi, Bernadette, Theresia dari Avilla, Bunda Teresa, Padre Pio, dll, kita akan melihat bagaimana mereka adalah orang-orang yang telah meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus, mengikuti ajaran Yesus kepada orang muda yang kaya raya itu (lihat Mrk 10:21).Memang, dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui bahwa kita secara rohani masih sangat jauh jika dibandingkan dengan para kudus itu. Jika kenyataannya ada orang yang tidak terinspirasi oleh hidup mereka, tidak mengaburkan kenyataan bahwa kehidupan iman mereka merupakan kesaksian hidup akan bagaimana seseorang dapat meninggalkan segala sesuatunya untuk Tuhan dan bagaimana Tuhan dapat berkarya di dalam hidup mereka untuk membawa banyak orang kepada keselamatan di dalam Yesus Kristus. Para orang kudus dipilih oleh Tuhan untuk membuka mata kita akan perbuatan Tuhan yang dinyatakan-Nya kepada para hamba-Nya, bahkan sampai sekarang ini.
  5. Maka perbedaan yang mendasar antara Gereja Katolik dan gereja Protestan memang adalah dalam hal pengantaraan (mediation). Keduanya memegang bahwa Kristus adalah pengantara yang esa dan satu-satunya (1 Tim 2:5) namun Gereja Katolik tidak memandang pengantaraan Yesus sebagai sesuatu yang eksklusif, melainkan yang inklusif / melibatkan juga pengantaraan Maria, para kudus dan bahkan semua umat beriman dengan derajat yang berbeda-beda. (Bukankah kita semua juga dapat dipakai untuk menjadi alat perantaraan sesama untuk datang kepada Yesus?) Perantaraan mereka (para kudus) itu bukan ‘saingan’ pengantaraan Yesus, melainkan mendukung ‘pengantaraan Yesus’ yang esa dan satu-satunya itu.

Pertanyaan:

Apakah yang dimaksud orang kudus atau persekutuan orang kudus itu hanya mereka para santo santa setelah jaman Yesus? Apakah para nabi besar sebelum jaman Yesus tidak kalah besar dengan para santo dan santa yang ada setelah jaman Yesus? Contohnya kita tidak menyebut musa sebagai santo musa?


Orang kudus atau persekutuan orang kudus itu tidak hanya mereka para santo-santa setelah jaman Yesus. Sebenarnya, para patriarkh (Abraham, Daud, Salomo, etc) dan para nabi di Perjanjian Lama juga adalah para orang kudus, seperti halnya Santa / Santo setelah jaman Kristus. Para Bapa Gereja dan Gereja juga menyebut mereka sebagai orang kudus. Ibrani 11 juga menyebutkan tentang para patriarkh dan nabi sebagai orang- orang kudus dan bapa dalam hal iman. Hal inilah yang diajarkan dalam pengajaran Gereja tentang persekutuan orang- orang kudus, yaitu bahwa kita tergabung dalam persekutuan orang beiman sepanjang segala abad, yaitu mulai dari para patriarkh, nabi dan santa / santo.

Bahwa kenyataannya di Indonesia nama – nama baptis tidak memakai nama-nama para patriarkh dan nabi- nabi dalam perjanjian lama, itu kemungkinan karena ada unsur ‘selera’. Sebab di negara- negara lain, nama- nama nabi-nabi dalam perjanjian lama cukup umum dipakai sebagai nama Baptis, seperti Daniel, Nathan, Rebecca, Rachel, Jacob, Sarah, David, Joel, Samuel, Adam, Eve, Hannah, dst.

Sharing

  1. Siapakah Bunda Maria bagi kamu dalam hidupmu? Apakah kamu mempunyai pengalaman khusus dengan Bunda Maria dalam kehidupanmu atau kehidupan orang-orang di sekitarmu?
  2. Sebutkan Santo / santa favouritmu, dan bagaimana Santo / Santa ini menginspirasimu dalam kehidupan imanmu?
  3. Bagaimana Maria memandang kerahiman Allah, dimana saat ini adalah Tahun Kerahiman Illahi?