Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 54 – Week of 6th December 2020

New Way of Life in God’s Household


Intro

Menjelang Natal dan tahun baru, kita pastinya ingin memperbaiki dan meningkatkan cara hidup kita di tahun yang baru. Pada CG kali ini kita akan belajar dari satu bagian di surat pertama Santo Petrus (1 Petrus) tentang cara hidup baru di dalam keluarga Allah (God’s household). Santo Petrus mengingatkan bahwa kita yang sudah ditebus dengan darah Kristus yang tak bernoda, dipanggil untuk kekudusan, saling mencintai, dan menjadi imam di rumah kudusnya (Gereja).

Materi

Pengantar tentang Surat pertama Santo Petrus (1 Petrus)

Surat pertama Santo Petrus (1 Petrus) ditulis oleh Simon Petrus salah satu murid Yesus, penulisannya dibantu oleh Silwanus seperti yang disebutkan sendiri oleh Petrus di 1 Ptr 5:12,

1 Petrus 5:12
Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu, bahwa ini adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!

Buku ini ditulis sekitar tahun 60an saat Santo Petrus berada di Roma selama tahun-tahun terakhir hidupnya. Surat ini ditulis untuk jemaat di lima propinsi Roma di Asia kecil: Pontus, Galatia, Cappadocia, Asia, dan Bithynia.

Surat ini adalah nasihat (exhortation), disusun oleh Petrus di Roma dan dikirim ke orang-orang Kristen di Asia Kecil (yang mayoritas non-yahudi) untuk menghibur dan memperkuat mereka dalam kehidupan baru yang mereka telah alami melalui pembaptisan. Mereka menderita penganiayaan yang datang dari penyembah berhala (pagan) yang mencaci dan melecehkan mereka karena “nama Kristus” (1 Ptr 4:14). Petrus menulis untuk mendorong mereka agar setia pada panggilan mereka, melihat diri mereka yang adalah “bangsa yang dipilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus” (1 Ptr 2:9).

Penganiayaan yang mereka alami ini dapat menyebabkan krisis iman, menyebabkan keputusasaan dan kebingungan tentang tujuan Tuhan. Karena itulah, Petrus mengirimkan surat ini kepada orang Kristen di Asia Kecil untuk menghibur dan mendorong mereka untuk tetap berdiri teguh di tengah kesulitan.

Ada beberapa tema teologis yang terkandung di dalam surat ini:

  1. Kebangkitan, hidup baru, dan kegembiraan yang luar biasa melaui baptisan ke dalam Kristus.
  2. Panggilan menuju kekudusan. Klimaks dari panggilan kekudusan ini adalah ajakan untuk mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Penderitaan ini bukanlah kutukan melainkan berkat (1 Ptr 3:14; 4:14). Daripada kecewa dan putus asa karena pelecehan, mereka harus menganggapnya sebagai hak istimewa untuk menderita penganiayaan yang sama yang dialami oleh Kristus.
  3. Nasihat untuk berbuat baik dan menghindari kejahatan mendominasi bab 2-4. Bagi Santo Petrus, bagian yang krusial dari hidup Kristiani di masyarakat pagan adalah visibilitas kehidupan dan tindakan baik kita. Dengan melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan, kita menjadi saksi Kristus yang efektif.

Di awal suratnya Santo Petrus mengucap syukur kepada Allah Bapa atas dua hal:

  1. karunia lahir baru lewat kebangkitan Yesus Kristus (1:3)
  2. harta warisan di surga yang tidak akan binasa (1:4)

1 Petrus 1:3
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,

1 Petrus 1:4
untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

New Way of Life in God’s Household (1 Petrus 1:13 – 2:10)

Keseluruhan tema di bagian surat ini (ayat 1:13 – 2:10) adalah cara hidup baru dalam keluarga Allah. Sebagai anggota keluarga Allah, yang dilahirkan kembali di dalam Kristus lewat pembabtisan, kita dipanggil, dipilih, ditebus, dikuduskan, dan dilahirkan kembali di dalam Kristus. Hal ini menuntut kita untuk hidup dengan cara yang baru. Santo Petrus menjelaskan cara hidup baru ini dalam tiga bagian:

  1. Panggilan menuju kekudusan (1 Ptr 1:13-21)
  2. Panggilan untuk saling mencintai (1 Ptr 1:22-25)
  3. Panggilan untuk menjadi God’s priestly people in the New Temple (1 Ptr 2:1-10)

Latar belakang semua ini adalah Paskah pertama saat Tuhan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Kita akan melihat Santo Petrus menggunakan kisah di Kitab Keluaran ini untuk melihat karya Kristus dan identitas baru orang Kristen.

Panggilan menuju kekudusan (1 Petrus 1:13-21)

Santo Petrus memberikan dua alasan mengapa kita harus berjuang untuk kekudusan:

  1. Kekudusan Tuhan (di ayat 13-17)
  2. Harga yang harus dibayar untuk keselamatan kita: darah Kristus (di ayat 17-21)

1 Petrus 1:13
Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.

1 Petrus 1:14
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,

1 Petrus 1:15
tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,

1 Petrus 1:16
sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Di sini Santo Petrus mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga dan waspada. Dia menghubungkan hal ini dengan perintah Tuhan kepada umat Israel: “Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN.” (Kel 12:11). Saat itu, bangsa Israel akan memulai perjalanan panjang keluar dari Mesir, menyebrangi laut merah, dan menuju tanah terjanji. Petrus menghubungkan kedua hal ini karena pembabtisan menandai awal perjalanan kita menuju surga. Kita juga harus selalu berjaga-jaga dan waspada dalam perjalanan kita menuju tanah terjanji.

Kemudian Petrus mengingatkan kita untuk taat kepada Bapa, tidak mengikuti hawa nafsu di kehidupan lama sebelum dibabtis, dan menjadi kudus di dalam segala aspek kehidupan. Bukan hanya perilaku tetapi juga nilai, norma, dan komitmen yang merupakan keseluruhan cara hidup. Petrus menghubungkan panggilan untuk kekudusan dengan perjanjian Tuhan dengan bangsa Israel (bdk Imamat 11:44; 19:2; 20:7).

1 Petrus 1:17
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.

1 Petrus 1:18
Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,

1 Petrus 1:19
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

1 Petrus 1:20
Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.

1 Petrus 1:21
Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.

Di ayat 17, Petrus mengingatkan kita bahwa Allah Bapa menghakimi kita dengan adil sesuai dengan perbuatan kita. Petrus kemudian menjelasan penebusan kita. Kita ditebus dari kehidupan lama kita dengan darah Yesus yang bebas dari noda dosa, dan bukan harta duniawi yang fana. Cara hidup lama orang-orang non-yahudi saat itu diturunkan dari nenek moyang kafir mereka yang tidak memiliki tujuan dan tidak berharga dari sudut pandang Injil.

Panggilan untuk Saling Mencintai (1 Petrus 1:22-25)

1 Petrus 1:22
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.

1 Petrus 1:23
Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

1 Petrus 1:24
Sebab: “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur,

1 Petrus 1:25
tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.

Setelah kita ditebus, dilahirkan kembali, dan diangkat menjadi anggota keluarga Allah (anak-anak Allah), kita dipanggil untuk mencintai saudara-saudari kita. Mencintai sesama adalah salah satu tanda kekudusan. Yesus menunjukkan bahwa mencintai sesama adalah tanda pengikut Kristus, dan para pengikut Kristus meneruskan ajaran ini. Sekali lagi Petrus menekankan bahwa kita dilahirkan kembali dari benih yang kekal, bukan barang fana.

Panggilan untuk menjadi God’s priestly people in the New Temple (1 Petrus 2:1-10)

Ini adalah klimaks dari bagian pertama surat 1 Petrus. Santo Petrus menyatakan secara lebih jelas siapa diri kita (who we are) di dalam Kristus. Ada tiga tema utama di bagian ini:

  1. Pertumbuhan (di ayat 1-3)
  2. Membangun bait / rumah (di ayat 4-8)
  3. Bangsa yang terpilih (di ayat 9-10)

1 Petrus 2:1
Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

1 Petrus 2:2
Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

1 Petrus 2:3
jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.

Petrus memulai bagian ini dengan lima hal yang harus kita buang dari hidup kita setelah kita dibabtis: kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian, dan fitnah. Semua ini bertentangan dengan kebenaran dari kasih yang disebutkan oleh Santo Petrus di bagian sebelumnya (di ayat 1:22). Kemudian, Petrus menunjukkan bagaimana kita bertumbuh di dalam keselamatan. Sama seperti bayi yang baru lahir, kita ingin air susu yang murni dan rohani. Air susu yang dimaksud adalah sabda Tuhan dan sakramen-sakramen yang kita butuhkan untuk bertumbuh.

1 Petrus 2:4
Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

1 Petrus 2:5
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

1 Petrus 2:6
Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”

1 Petrus 2:7
Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”

1 Petrus 2:8
Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

Gereja digambarkan sebagai bait/rumah spiritual yang sedang dibangun. Yesus Kristus adalah batu hidup yang menjadi pondasi dari rumah ini. Karena bait tidak hanya sebagai tempat kediaman Tuhan, tetapi juga tempat penyembahan dan pengorbanan (house of worship and sacrifice), Petrus mengambarkan orang Kristiani sebagai imam-imam yang juga mempersembahkan kurban spiritual kepada Tuhan melalui Kristus.

1 Petrus 2:9
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

1 Petrus 2:10
kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Petrus mengingatkan kita bahwa kita adalah bangsa yang terpilih. Gelar dan hak istimewa bangsa Israel di perjanjian lama (bangsa terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus), sekarang mencapai makna penuhnya pada mereka yang percaya kepada Kristus. Dan, kewajiban kita sebagai orang yang percaya adalah memberitakan kabar gembira ini ke seluruh dunia.

Sharing

  1. Jadi menurutmu apakah yang dimaksud oleh Santo Petrus tentang kelahiran kembali di dalam Kristus? Menurutmu, mengapa banyak orang Katolik yang tidak mencerminkan kelahiran baru di dalam Kristus ini?
    Kebangkitan Kristus adalah penyebab dan sumber kelahiran baru kita di dalam keluarga Allah. Itulah sebabnya Sakramen babtis biasanya dirayakan pada saat Paskah. Bagi Petrus, kebangkitan Yesus dari kematian memberi kita kelahiran baru secara rohani oleh kasih karunia.
  2. Sebagai anggota keluarga Allah (God’s household), tantangan apakah yang kita hadapi dalam menjawab panggilan untuk saling mencintai, misalnya terhadap orang yang tidak kita sukai atau orang yang mengecewakan kita? Apakah kamu memiliki tips untuk menghadapi tantangan tersebut?
  3. Kita dipanggil untuk berpartisipasi dalam membangun Gereja dan memberitakan kabar gembira ke seluruh dunia. Apakah yang sudah kita lakukan untuk menjawab panggilan ini?

Reference

  • Catholic Scripture Study Guide. First Letter of Peter.