Sesi 68 - Week of 31st Aug 2015

New Evangelization


Intro

Tentunya sudah banyak dari kita yang telah mendengar kata “New Evangelization”. Terutama dalam misa mingguan di beberapa gereja di Singapura, kita selalu mengucapkan doa Mary, star of the new evangelization. Tetapi tidak sedikit dari kita yang mengerti, apa arti kata tersebut.

Di sesi CG hari ini, kita mau belajar sedikit tentang apa itu “New Evangelization” / Evangelisasi baru.

What is New Evangelization?

Menjadi seorang Katolik dalam jaman sekarang ini adalah hal yang amat sangat menarik. Dimana setiap hari kita melihat banyaknya hal-hal jahat yang terjadi dalam berita di TV atau di koran atau bahkan dilingkungan sekitar kita. Disaat yang bersamaan, jaman ini juga membuka kesempatan besar untuk pewartaan Kabar Gembira. Tetapi apakah pewartaan tersebut akan terdengar oleh orang diluar sana?

Inilah inti dari “new evangelization” – mengingatkan kembali diri kita kalau Tuhan telah memanggil kita semua untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada sesama dan bagaimana kita belajar mewartakan hal tersebut di dalam kehidupan dan kultur kita sekarang ini, sehingga orang-orang bisa mengerti. Juga kita dipangil untuk membangun relasi yang baik dengan sesama sehingga semua manusia tahu akan cinta Allah dalam diri putra-Nya Yesus Kristus.

Tetapi jika kita berbicara jujur. Faktanya sekarang adalah mayoritas orang Katolik enggan untuk ber-evangelisasi. Kata “evangelisasi” sendiri bagi orang Katolik sudah terdengar “terlalu Protestan”.

Paus Paulus VI dalam surat apostoliknya “Evangelization in the Modern World” mengatakan:

“We wish to confirm once more that the task of evangelizing all people constitutes the essential mission of the Church. It is a task and mission which the vast and profound changes of present day society make all the more urgent. Evangelizing is in fact the grace and vocation proper to the Church, her deepest identity. She exists in order to evangelize. . .”

Di tahun 1990, St. John Paul II menulis dalam “Mission of the Redeemer” :

“I sense that the moment has come to commit all the Church’s energies to a new evangelization… No believer in Christ, no institution of the Church can avoid this supreme duty: to proclaim Christ to all peoples.”

A Silent Witness

Banyak orang Katolik yang menggunakan sebutan “silent witness” (saksi bisu). Mereka akan bilang kalau mereka adalah saksi Kristus… hanya saja bukan dengan kata-kata. Mereka menyatakan, kalau mereka menjadi saksi Kristus lewat kehidupan mereka. Menggunakan sebuah motto terkenal dari St. Fransikus Asisi “Preach the Gospel always. When necessary, use words.”

Tetapi jika kita telaah lebih jauh lagi, banyak beberapa pertentangan dari kata-kata tersebut. Motto tersebut, sekalipun terkenal, tidak pernah ada di catatan sejarahnya. Para Fransiscan Scholars bisa membuktikan hal tersebut. Tentu saja St. Fransiskus hidup mirip seperti yang tertulis dalam motto tersebut. Tetapi St. Fransiskus bukanlah seorang saksi bisu. Ingat lagi kisah begitu banyaknya St. Fransiskus berkotbah kepada Sultan Al-Malik untuk memenangkan jiwa sang Sultan. Ia tidak hanya menunjukan kabar gembira itu dengan cara hidupnya, tetapi juga dengan kata-kata. Sekali lagi, dipercaya kalau motto tersebut tidaklah datang dari St. Fransiskus sendiri.

Disini perlu ditekankan, bahwa bukan artinya menjadi saksi dengan perbuatan/menjalani hidup baik itu salah. Justru hal itu adalah sangat penting. Ingat bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, seperti tertulis di alkitab (yak 2:17 “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”). Orang lain perlu melihat kehidupan kita yang baik, yang menunjukan bukti akan apa yang kita ucapakan lewat kata-kata.

Pentingnya menjadi saksi dengan menjalani hidup seperti diatas, tidaklah membuat kita bebas dari kewajiban kita untuk mewartakan Kabar Gembira dengan kata-kata. Kata-kata juga amatlah penting. Mengapa demikian?

Karena tidak ada dari kita, yang bisa menjalani kehidupan di dunia ini sesempurna yang tertulis di dalam Alkitab. Apakah mungkin jika kita hidup sebaik-baiknya, sehingga ketika orang melihat kita, orang itu langsung tahu siapa itu Tuhan Yesus, bagaimana kehidupan, ajaran dan Gereja-Nya, dst.?

Jika ada orang yang menggunakan “saksi bisu” sebagai alasannya untuk tidak berkata-kata, kita bisa bertanya balik :

Jikalau demikan, bukankah kita bisa menggantikan Injil Tuhan dengan biografi kehidupanmu? Jawabannya tentu saja tidak! Begitu banyak hal yang kurang dalam diri kita sehingga kita bisa berbuat demikian. Cerita kehidupanmu, kehidupanku, dan bahkan kehidupan Santo-Santa pun tidak akan cukup. St. Fransiskus sendiri perlu menggunakan kata-kata untuk menarik jiwa-jiwa menuju kepada Yesus.

Sekali lagi ditekankan bahwa kata-kata dan perbuatan amatlah penting dalam pewartaan kabar gembira. Keduanya bekerjasama dan saling melengkapi. Gereja tidak pernah memberikan pilihan kepada kita hanya untuk pilh salah satu dari kedua hal tersebut. Juga Gereja tidak lah pernah mengatakan kalau kita bisa mengabaikan salah 1 dari ke dua hal tersebut dalam kehidupan evangelisasi kita.

Melainkan Gereja memanggil kita untuk bisa melewati rintangan dan keengganan kita untuk evangelisasi dan melakukan hal tersebut dalam kata-kata dan perbuatan baik. Bukan hanya demi kepentingan orang lain, tetapi juga untuk kepentingan diri kita sendiri.

Pertanyaan :

Mengapa banyak orang yang memilih untuk menjadi saksi bisu? Apakah alasannya? Berikan pendapat kalian.

Believe what you learn…

Begitulah ucapan Uskup agung William Goh, satu kala ketika sesi ordinasi para pastor. Disini ia menekankan kata believe(percaya) dibandingkan dengan kata understand (mengerti). “Believe what you learn; teach what you believe; pratice what you teach.”

Ketika kita mewartakan sabda Tuhan atau kabar gembira, kita perlu keyakinan yang kuat, dan keyakinan itu hanya ada ketika kita mempunyai relasi yang erat dengan Tuhan. Uskup agung William juga mengingatkan kita dalam homilinya di misa hut kkis, bahwa sabda Tuhan bukanlah hanya sebuah Alkitab, melainkan adala Yesus Kristus sendiri. Sabda Tuhan adalah sabda yang hidup, tidak mati, tidak hampa.

Tujuan kita membaca sabda Tuhan, bukan lah demi pengetahuan, melainkan untuk membangun relasi dan mengenal Yesus lebih dalam lagi. Dan tentu saja kita tidak akan bisa melakukan hal tersebut tanpa adanya doa. Jika kita tidak mempunyai kehidupan doa yang baik, kita juga tidak akan mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan kita.

Uskup agung juga mensharingkan bahwa ia menghabiskan waktu sekitar 2 sampai 3 jam setiap harinya dalam bermeditasi atas sabda Tuhan. Ia melakukan ini di waktu subuh; jam 4:30 sampai 7:30 pagi.

How do we fulfill this call?

“The New Evangelization will be fulfilled with a yes and not a no.” Dengan kata lain, ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan kepada dunia akan kebenaran, kebaikan dan keindahan Gereja Katolik kita, dan bukan hanya dengan apa yang kita tolak dari dunia. Ini adalah sebuah kesempatan untuk memberikan gagasan baru (bukan paksaan) akan cara hidup yang berdasarkan akan cinta dan kebenaran Kristus.

Setiap orang diciptakan dengan anugrah, talenta dan karakter yang unik – yang semuanya bisa digunakan untuk mewartakan Kabar Gembira akan rencana penyelamatan Tuhan lewat Yesus Kristus.

Ketika St. John Paul II menggunakan kata “new evangelization”, ia tidak bermaksud akan adanya Kabar Gembira yang baru. Kabar Gembira isi dan temanya selalu sama sejak dahulu, yaitu Kabar Gembira Yesus Kristus. Tetapi St. John Paul II memberikan sedikit detil tentang bagaimana memenuhi pewartaan baru ini:

“The new evangelization calls for a clearly conceived, serious and well organized effort to evangelize culture in such a way that the Gospel is proclaimed in the language and in the culture of its hearers… It is more necessary than ever for all the faithful to move from a faith of habit, sustained perhaps by social context alone, to a faith which is conscious and personally lived”

Untuk bisa mewartakan pengalaman kita akan Tuhan dalam jaman dan kultur sekarang ini, kita perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap hal tersebut. Sering kali kita bisa beranggapan kalau dunia diluar sana sudah sedikit mengetahui akan tradisi-tradisi iman kepercayan kita (Cth : perayaan Natal, Paskah, dll…). Tetapi hal itu tidaklah cukup, sehingga kita dipanggil untuk menggunakan “method baru dan expresi baru” dalam usaha kita memberitakan tentang Yesus Kristus dan ajaran-ajaranNya.

Pertanyaan

  1. Sharingkan salah satu tindakanmu yang mencerminkan “New Evangelization”! Sharingkan juga pengalaman kalian saat menerima evangelisasi dari orang lain!
  2. Sharingkan apa yang ingin kamu lakukan lebih dalam mewartakan Gospel, di dalam kehidupanmu sekarang ini! Sharingkan juga halangan yang kalian hadapi dalam berusaha menyebarkan Kabar Gembira!
  3. Diskusikan dalam 2-3 kelompok terpisah sebuah ide untuk CG kalian (atau juga untuk AmoreDio) yang bisa dipakai untuk meningkatkan pewartaan Kabar Gembira kepada member-membernya!

Reference

Closing prayer

MOST HOLY VIRGIN MARY,

MOTHER OF CHRIST,

We praise and thank God for His mighty works in you. O Blessed Mother, Star of the New Evangelization; we consecrate the New Evangelization for Singapore to your Most Immaculate Heart and implore your intercession for a mighty renewal of the Catholic Church in Singapore. We entrust to you all priests, religious and laity. Guide our leaders to imitate your humility and obedience to God and to be docile to the promptings of the Holy Spirit.

May all hearts be converted and re-ignited with love for Christ and inflamed with evangelical zeal, so as to bear witness to God’s loving salvation. Mary, Mother of the Church, unite us with the Sacred Heart of Jesus, to be a people of communion in mission. May your constant love and guidance be the light of refuge that leads us to your son, Jesus. Pray for us, O Holy Mother of God, that we may be made worthy of the promises of Christ.

AMEN.