Sesi 44 - Week of 6 Sep 2020

Apakah ada pengampunan setelah kematian?


Intro

Tuhan selalu menjanjikan pengampunan melalui sakramen rekonsiliasi dan juga kasih cinta Tuhan kepada kita. Namun, apa yang akan terjadi setelah kematian? Apakah ada pengampunan setelah kematian? Apa yang akan terjadi apabila seseorang dipanggil Tuhan sebelum ia sempat mengaku dosa untuk terakhir kalinya?

Surga, Neraka, dan Api Penyucian

Pertama-tama perlu ditekankan bahwa tujuan seseorang setelah kematian sudah pasti dan telah ditentukan oleh Tuhan dari awal. Kita tidak pernah tahu apakah seseorang ditentukan untuk masuk neraka atau surga — ini semua adalah keputusan Tuhan. Namun, satu hal yang pasti, apabila seseorang masuk neraka, ia tidak lagi mempunyai kemungkinan untuk masuk surga (Luk 16:19-31). Kalau orang masuk surga, itu berarti dia tentu sudah tidak lagi mempunyai dosa yang membutuhkan pengampunan. Kedua keadaan ini sudah tidak bisa diubah lagi (definitif).

“Apabila seorang mengucapkan sesuatu tentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak” (Mat 12:32). Dari ayat ini, St Gregory the Great mengambil kesimpulan bahwa kalau ada dosa tertentu yang tidak dapat diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang, maka ada pula dosa-dosa lain yang bisa diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.

Beberapa bulan yang lalu, kita membahas tentang dosa berat dan ringan. Dosa ringan dikatakan sebagai dosa yang tidak mendatangkan maut, sedangkan dosa berat, yang mendatangkan maut (1 Yoh 5: 16-17). Jika kita meninggal dalam keadaan sempurna dalam rahmat Allah, maka kita dapat langsung masuk surga. Namun, jika kita meninggal dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat, maka kita masuk neraka. Jika kita dalam keadaan di tengah-tengah: meninggal dalam rahmat, namun masih mempunyai dosa ringan atau masih menanggung konsekuensi dari dosa-dosa yang sudah diampuni, maka kita masuk ke ‘tempat’ yang lain, yaitu, Api Penyucian.

Pengampunan dosa yang ada setelah kematian terjadi di Api Penyucian, walaupun Yesus tidak menyebutkan secara eksplisit istilah ‘Api Penyucian’ ini. CCC 1031 mengatakan: “As for certain lesser faults, we must believe that, before the Final Judgment, there is a purifying fire. …” Gereja Katolik setuju dengan adanya pengampunan untuk “certain lesser faults” (i.e. dosa ringan) di dalam Api Penyucian. Api penyucian sifatnya cuma sementara. Di sanalah terjadi proses pemurnian; di sanalah hati orang diubah dan disiapkan agar dia pantas bersatu dengan Tuhan, dan di sana pula orang dibebaskan dari dosa-dosa kecil yang belum diampuni, dan di sana pula orang harus menjalani hukuman akibat dosa-dosanya. Di sana orang dimurnikan seperti emas yang dimurnikan dalam api.

Bantuan bagi orang-orang yang telah berpulang

Sekarang kita sudah mengetahui dan paham bahwa ada pengampunan dosa ringan di Api Penyucian, tetapi perlu dimengerti bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian ini tidak dapat dan tidak perlu melakukan apapun untuk mendapatkan pengampunan bagi diri mereka sendiri. Jiwa-jiwa di Api Penyucian ini sudah pasti akan mendapatkan keselamatan. Akan tetapi, jiwa-jiwa ini masih bergantung dengan amal yang dilakukan oleh para orang kudus di surga dan kita yang ada di dunia, untuk mengurangi penderitaan mereka dan memperlancar perjalanan mereka ke surga.

Gereja Kristus itu merupakan satu tubuh yang terdiri dari Kristus sebagai Kepala dan para anggota-Nya. Para anggota-Nya itu terdiri baik dari orang-orang yang sudah bahagia di surga (=Gereja Mulia), orang – orang yang masih berjuang didunia ini (=Gereja Pejuang) dan mereka berada di api penyucian (=Gereja yang menderita). Gereja Kristus itu merupakan communio, artinya persekutuan. Maka dari itu di dalam Gereja Katolik, para anggota Gereja Pejuang bisa saling mendoakan, dan Gereja Mulia bisa berdoa bagi saudara-saudarinya yang masih berjuang di dunia ini. Dan baik Gereja Mulia maupun Gereja Pejuang bisa berdoa bagi Gereja yang menderita, yakni bagi saudara-saudarinya yang menderita di api penyucian.

Bantuan rohani yang dapat diberikan kepada jiwa-jiwa itu dapat berupa doa-doa, sedekah kepada orang miskin, puasa, indulgensi dan bentuk kurban lainnya. Bukankah cara yang demikian itu merupakan juga cara untuk memberi silih bagi dosa-dosa kita sendiri yang masih hidup di dunia ini? Alkitab sendiri mengajarkan hal itu kepada kita (Yes 1:16-20; Luk 19:8 – Zakheus yang mau memberi silih atas dosa – dosanya dengan memberikan separuh dari harta miliknya sebagai sedekah dan selain itu membayar ganti – rugi empat kali lipat kepada orang yang pernah dia rugikan).

Sehubungan dengan sedekah, tidak pernah diajarkan oleh Gereja bahwa memberi sejumlah uang secara otomatis bisa mendatangkan ampun dan keringanan penderitaan bagi jiwa-jiwa di api penyucian. Sedekah itu hanya merupakan salah satu cara untuk berbuat baik yang harus keluar dari amal baik yang keluar dari hati yang baik. Jadi yang penting bukanlah uangnya sendiri. Ini juga membantu untuk mengklarifikasi kritik-kritik yang menentang api penyucian seperti “Ajaran api penyucian menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil. Yang kaya bisa bebas (dari api penyucian) dengan cepat sedang yang miskin tidak bisa”.

Jika pemberian sedekah (untuk orang miskin) diterapkan untuk mohon indulgensi bagi diri kita sendiri yang masih hidup, maka dari kita akan dituntut hati yang sudah bertobat. Gereja hanya memohon pengampunan Tuhan atas hukuman dosa dari orang yang memberi sedekah itu, dan Gereja yakin bahwa karena orangnya sendiri sudah bertobat dan berkat jasa-jasa baik para kudus, dan doa tersebut pasti akan dikabulkan oleh Tuhan. Inilah praktek pemberian indulgensi dalam Gereja Katolik.

Salah satu contoh indulgensi adalah All Souls Day atau Hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Pada peringatan hari arwah semua orang beriman ini, ada baiknya kita berdoa dan memohon kepada Tuhan, agar saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia dapat disucikan dari segala dosa-dosanya, dibebaskan dari hambatan, dan dapat menikmati kebahagiaan yang kekal bersama dengan Tuhan dan para kudus di surga.

Berdoa untuk orang mati

Dalam 2 Mak 12:38-45 diceritakan bagaimana para tentara Yahudi yang tewas dalam perang suci yang dipimpin oleh Yudas Makabe itu kedapatan memiliki jimat-jimat dari berhala kota Yamnia dibawah jubahnya. Hal ini bertentangan dengan hukum Taurat. Menurut kitab Makabe, dosa itulah yang menyebabkan kematian mereka. Maka dari itu rekan-rekan mereka berdoa bagi mereka “semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya” (ayat 42). Selain berdoa, rekan-rekan mereka mengumpulkan dana yang cukup besar dan mengirimkan uang itu ke Yerusalem agar dipersembahkan kurban penghapus dosa bagi para perajurit yang gugur itu. Bantuan rohani bagi orang mati itu dianggap sebagai perbuatan yang saleh dan baik (ayat 43).

Ayat-ayat di atas menunjukkan kepercayaan bahwa sesudah matipun dosa orang dapat diampuni berkat doa-doa dan kurban dari mereka yang masih hidup. Jadi inilah dasar alkitabiah dari praktek Gereja Katolik untuk mendoakan orang mati. Selain itu ada ayat lain yang mungkin bisa menunjuk pada gagasan yang sama. Dalam Sir 7:33 dikatakan: “Hendaklah kemurahan hatimu meliputi semua orang yang hidup, tapi orang matipun jangan kau kecualikan pula dari kemurahanmu.” Ayat ini mungkin sekedar berarti bahwa kita harus merawat dan memakamkan orang mati dengan baik, atau dapat juga menunjukkan paham yang mirip dengan 2 Mak 12:38-45, yakni bantuan-bantuan rohani bagi orang yang mati.

Orang-orang kristiani non-katolik tidak menerima praktek mendoakan orang mati sebab mereka mengatakan bahwa kitab-kitab Makabe & Sirakh adalah apokrip, bukan bagian dari Alkitab. Di sinilah letak perbedaannya. Gereja Katolik mengimani kitab-kitab Makabe & Sirakh (dan kitab-kitab deuterokanonika lainnya) sebagai bagian dari Alkitab juga.

Penutup

Jadi, ada pengampunan dosa ringan setelah kematian di Api Penyucian. Di Surga, tidak ada lagi pengampunan karena siapapun yang masuk sana sudah pasti bersih dari dosa. Memang sampai sekarang kita tidak pernah tahu secara pasti dan detail bagaimana proses ini terjadi— hanya Tuhan yang tahu. Oleh karena itu, tetaplah kita berdoa bagi mereka yang telah berpulang untuk mengurangi penderitaan mereka dalam menjalani proses penyucian dari dosa ringan maupun konsekuensi dosa mereka.

Pertanyaan Sharing

  1. Sharingkan pengalaman kalian ketika mengikuti misa All Souls Day! Apakah kalian mengikuti misanya setiap tahun? Pernahkah kalian berdoa untuk seseorang (yang telah berpulang)? Apakah hal-hal yang kalian doakan saat itu?
  2. Apakah perbedaan dari cara (atau konten) kalian berdoa untuk seseorang yang telah tiada vs. seseorang yang masih ada di dunia ini?
  3. Apakah kalian pernah minta anggota keluarga yang telah berpulang untuk intercede untuk kalian? Sharingkan!
  4. Apakah kalian pernah mendoakan orang yang kalian tidak kenal (stranger) yang telah berpulang? (di luar konteks All Souls Day)

Referensi