It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
It is written, ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.’
When we think of how the Mass or the Eucharist is presented in the Bible, likely the first passages that come to mind are the gospel accounts of the Last Supper, when Jesus celebrated the Jewish Passover and broke bread with his Apostles. This isn’t surprising, as it is from these gospel accounts that we find the words of Jesus that the priest repeats at each Mass. But what Bible passage on the Eucharist would you look up next? For many of us, finding that second passage about the Eucharist might prove more difficult. We might even wonder if there is another passage about the Eucharist in the Bible.
Ada banyak sekali hal yang diajarkan oleh Gereja kita. Salah satu hal yang mendasar adalah tentang ‘holy days of obligation’ atau hari pesta/raya wajib. Mungkin banyak dari kita yang sudah mengikuti ajaran ini, tetapi masih belum mengerti apa sih hari raya wajib itu dan kenapa kita harus menjalankannya. Yuk sama-sama kita belajar di CG hari ini.
Pada CG kali ini kita mau merenungkan dan mensharingkan dari bacaan injil, Markus 8:27-35 dengan cara Lectio
Divina. Bacaan diambil dari Bacaan injil hari Minggu, Tanggal 16 September 2018. Hari Minggu biasa ke XXIV.
“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” – Mazmur 119:105
Kitab suci adalah salah satu sumber iman Kristiani. Dengan membaca dan mendalami kitab suci, kita akan semakin mengenal Tuhan dan relasi kita dengan Tuhan akan semakin dekat. Namun, seringkali kita mengalami hambatan dalam mengerti dan memahami kitab suci.
CG kita hari akan membahas tentang kitab suci: apa saja buku-buku yang ada di dalam kitab suci dan bagaimana kita membaca dan memahami kitab suci.
Dari zaman dulu hingga sekarang, selalu ada orang yang mempertanyakan apakah Yesus itu benar-benar hidup 2,000 tahun yang lalu dan apakah cerita di Kitab Suci tentang Yesus benar terjadi. Sebagai orang Katolik, kita harus belajar untuk bisa menjelaskan iman kita kepada orang-orang yang skeptikal. Dalam sesi CG hari ini, kita akan membahas jawaban apologetik untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Di dalam Ignite PW night minggu lalu, kita melakukan banyak gerakan dalam memuji dan menyembah Tuhan. Kita duduk, berdiri, menutup mata, mengangkat tangan, dan bertepuk tangan sebagai ungkapan diri kita dalam menyembah Tuhan. Misa kudus sebagai puncak kehidupan iman kita, bentuk penyembahan yang paling tinggi, tentu saja juga memiliki gerakan-gerakan yang sebagai ungkapan diri kita kepada Tuhan. Mari kita bahas tentang tata gerak di dalam Misa Kudus pada sesi CG kali ini.
Pada CG hari ini kita akan membahas tentang doa pribadi, yang mungkin sering diabaikan karena berbagai kesibukan dalam kehidupan kita. Justru doa pribadi ini sangat penting untuk membangun relasi kita dengan Tuhan dan menjalani hidup sesuai dengan rencana Tuhan. Dalam pembahasan di bawah, kita akan melihat cara-cara berdoa dan bagaimana mengatasi kesulitan yang mungkin dihadapi.
In this session we’ll explore the free gifts of charisms distributed by God through the Holy Spirit for the benefit of the Church. First, we will discuss the concept of charisms—what Sacred Scripture has to say about them, and how they contribute to the Body of Christ. Unlike sanctifying grace, which is given for our own growth in holiness, a charism is given to us so that we may put it at the service of others, for their edification and upbuilding. Charisms are as diverse as the members of Christ’s Body. Sacred Scripture lists numerous charisms, including speaking in tongues, healing, prophecy, evangelization, leadership, teaching, and preaching, just to name a few.
Pada CG kita kali ini, kita akan membahas tentang talenta.
“Who you are is God’s gift to you. Who you become is your gift to God.” - Hans Urs von Balthasar
Apa yang terpikir saat membaca kutipan di atas? Tuhan memberi kita masing-masing talenta, karunia, kesempatan dan peluang. Semua pemberian ini cuma-cuma (gratis), namun ada tanggung jawab yang harus kita pikul untuk setiap karunia tersebut.
Untuk bahan CG kali ini, kita mau mencoba membahas mengenai apakah sebuah penderitaan itu memiliki makna spiritualitas yang bisa kita renungkan atau dapat kita hidupi?