Sesi 38 - Week of 7th Aug 2022

Tips-tips Melewati Fase Desolasi (Kesepian Rohani)


Intro

Tahun lalu kita pernah belajar tentang Daily Examen yang diajarkan oleh Santo Ignatius Loyola dan bagaimana Daily Examen ini dapat membantu kita menemukan Tuhan di dalam kesibukan kita. Sebagai lanjutannya, hari ini kita mau belajar aspek lain dari latihan rohani (spiritual exercise) yang diajarkan oleh Santo Ignatius.

Ada 2 fase yang pasti akan dialami seseorang ketika ia berusaha untuk menemukan Tuhan: konsolasi dan desolasi. Konsolasi adalah situasi suka cita karena merasakan Tuhan selalu hadir bersama kita dan hal-hal baik terjadi pada kita. Sangatlah baik jika kita mengalami fase ini. Namun, kita perlu waspada ketika mengalami desolasi atau yang disebut kesepian rohani karena kita merasa Tuhan sudah meninggalkan kita. Di dalam fase ini, mudah sekali iblis datang mengacaukan pikiran dan hati kita.

Dalam hidup, manusia pasti mengalami fase konsolasi dan desolasi berkali-kali. Karena itu kita perlu mengenali bahaya desolasi ini dan berusaha untuk segera keluar dari fase ini dengan melakukan tips-tips yang akan dibahas di bawah.

Apa itu desolasi (kesepian rohani)?

Desolasi bukanlah sekadar perasaan sedih atau kesepian. Orang bisa saja tampak ceria gembira tetapi sebenarnya sedang mengalami kegalauan dan kesepian yang luar biasa: joget-joget clubbing dan pikirannya gelisah, tertawa tetapi hatinya menangis karena penuh ketakutan dan kekhawatiran.

Secara umum, kita mengalami desolasi ketika kehilangan iman, harapan dan kasih, jauh dari Tuhan, serta mengalami campuran dari gelisah, tertekan, bosan, loyo, takut, khawatir, dan tertutup.

Karakter-karakter dari desolasi:
1. Lemahnya iman, harapan, dan kasih
2. Merasa jauh dari Tuhan
3. Penuh dengan keresahan dan kegelisahan
4. Mengalami kebingungan
5. Penuh kebosanan dan kelesuan
6. Penuh ketakutan dan kekhawatiran
7. Penuh kerahasiaan (menyembunyikan segala persoalan)
8. Konsolasi semu (tindakan yang kelihatan baik tapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan)

Karakter-karakter di atas bisa saling bergabung. Misalnya, kita bisa mengalami desolasi penuh ketakutan dan kekhawatiran sehingga mengalami kebingungan dan tidak ingin menceritakan kepada orang lain karena takut ditertawakan.

Mengapa orang bisa mengalami desolasi?

Ada tiga alasan yang diberikan oleh Santo Ignatius:

1. Karena kesalahan kita sendiri: malas, terlalu longgar dalam latihan rohani, sehingga energinya tak berkobar-kobar dan tidak memicu apa-apa. Akhirnya konsolasi (hiburan rohani) hilang dari hidup orang itu.

2. Karena Tuhan mau melihat sejauh mana iman kita bertahan jika tidak mengalami konsolasi/mendapatkan berkat, atau jangan-jangan iman kita pun bersyarat. Contoh: kisah Ayub dalam Perjanjian Lama.

3. Karena kita membutuhkan sarana untuk memahami bahwa konsolasi (hiburan rohani) bukan hanya berasal dari usaha manusia sendiri, sehingga kita tidak menjadi sombong atau merasa semua yang sudah didapat adalah karena usaha kita sendiri. Secara manusiawi, kita akan merasa lega kalau kita sudah menjalankan tugas atau pedoman doa secara disiplin; tetapi kelegaan itu tidak otomatis berarti konsolasi.

Ajaran Santo Ignatius Tentang Desolasi

Berikut kutipan dari teks Latihan Rohani dari Santo Ignatius (Latihan Rohani Santo Ignatius 317-318):

“Yang kunamakan kesepian ialah semua kebalikan dari hiburan rohani. Misalnya, kegelapan jiwa, kekacauan batin, dan gerak hati ke arah yang serba hina dan duniawi, bingung menghadapi berbagai bujuk dan godaan yang menyeret orang ke arah hilangnya kepercayaan, tanpa harapan, tanpa cinta; jiwa ada dalam keadaan lesu, kendor, sedih, seakan-akan terpisah dari Pencipta dan Tuhannya. Karena, seperti halnya hiburan adalah kebalikan kesepian, begitu pula gagasan-gagasan yang keluar dari hiburan juga kebalikan dari gagasan-gagasan yang keluar dari kesepian.

Pada waktu kesepian seperti ini, jangan sekali-kali membuat perubahan, tetapi teguh dan tetap dalam niat dan keputusan yang dipegang pada hari sebelum kesepian, atau dalam keputusan yang dipegang teguh selama hiburan sebelumnya. Karena, jika dalam hiburan terutama roh baik yang memimpin dan memberi petunjuk kepada kita, dalam kesepian terutama roh buruk yang membimbing kita. Mustahillah kita dengan petunjuk-petunjuknya dapat menemukan jalan ke arah keputusan yang benar.”

Memang dalam kesepian kita tidak boleh mengubah niat-niat semula, tetapi besarlah faedahnya jika kita dengan keras mengubah diri dalam menghadapi kesepian itu misalnya dengan lebih tekun dalam doa, meditasi, lebih keras memeriksa diri dan menambah ukuran laku tapa (penitensi) yang sesuai (LR 319). Misalnya seorang yang sudah baptis dewasa beberapa tahun kehilangan gairah hidup dan mulai ragu-ragu dengan sistem kepercayaan Katolik, dalam kelesuan rohani ini ia tak boleh memutuskan pindah agama, tetapi bisa saja mempersering hadir dalam perayaan Ekaristi atau doa devotif; semula hanya setiap minggu dan hari raya, dalam kelesuan rohani menambah frekuensinya jadi dua kali seminggu.

Tips-tips melewati fase desolasi

1. Inget saja PREP! Prayer, Reflection, Examination and Penance (Doa, Refleksi, Pemeriksaan Batin dan Penitensi)

Doa selalu menjadi hal pertama yang kita lakukan setiap kali dihadapkan dengan tantangan apa pun dalam kehidupan spiritual. Kita meminta bantuan Tuhan, kita memohon Tuhan untuk membantu kita dalam pencobaan kita. Di tengah doa kita, Ignatius memberi kita tiga langkah untuk memerangi desolasi.

Yang pertama adalah refleksi. Salah satu tantangan dari desolasi adalah pemikiran bahwa tidak ada hal baik yang akan datang dari rasa sakit kita. Refleksi memerangi hal ini dengan membuat kita mengingat masa-masa desolasi sebelumnya dalam hidup kita dan melihat bagaimana Tuhan menggunakannya untuk membantu kita bertumbuh. Ini membantu mematahkan kebohongan bahwa penderitaan kita tidak diperlukan, tidak ada gunanya dan bukti bahwa Tuhan telah meninggalkan kita.

Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan batin. Semua desolasi memiliki sebab dan seringkali tidak berhubungan dengan Tuhan. Dalam pemeriksaan batin, kita merenungkan apa yang baru-baru ini terjadi untuk menempatkan kita di tempat yang sunyi. Seringkali itu adalah komentar yang dibuat seseorang atau sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Pada awalnya kita hanya samar-samar menyadari hal ini; kita mungkin tidak begitu yakin. Setelah memeriksa beberapa hari terakhir dan berbicara kepada Tuhan tentang hal itu, seringkali hal menjadi lebih jelas. Setelah menyadari mengapa kita berada dalam kesedihan, kita dapat mengambil tindakan yang tepat untuk memeranginya, seperti memaafkan seseorang yang menyakiti kita atau meminta maaf jika kita melakukan kesalahan.

Beberapa kesedihan perlu dilawan dengan kesabaran; cara terbaik untuk mencapai ini adalah dengan penitensi. Ini seharusnya sesuatu yang kecil untuk menahan desolasi dan untuk menunjukkan roh jahat bahwa kita bisa melawan. Sebuah aksi penitensi yang cocok misalnya adalah dengan mengucapkan doa tambahan, tidak makan dessert atau berdoa satu menit ekstra dari waktu doa biasanya. Tanyakan kepada Tuhan penitensi apa yang cocok untuk membantu kita melewati kesedihan kita.

2. Mempersiapkan diri untuk desolasi

Ketika dalam penghiburan bersiaplah untuk desolasi dan apa yang akan kita lakukan berada di dalam situasi tersebut. Biarlah kita berpikir bagaimana kita akan bertingkah laku dalam desolasi yang akan datang dengan mengambil kekuatan baru untuk saat itu.

3. Selalu rendah hati

Bersikaplah rendah hati dalam penghiburan. Dan dalam kesedihan, ingatlah bahwa kita memiliki cukup anugerah untuk mengambil kekuatan dari Tuhan. Biarlah kita, sebagai orang yang dihibur, berusaha merendahkan diri kita sebanyak yang kita bisa, memikirkan betapa kecilnya kemampuan kita di saat desolasi tanpa rahmat atau penghiburan dari Tuhan. Sebaliknya, ketika berada dalam desolasi, pikirkanlah bahwa kita dapat berbuat banyak dengan kasih karunia Allah yang cukup untuk melawan semua musuh kita, mengambil kekuatan di dalam Sang Pencipta dan Tuhan.

Kita dapat melawan berbagai gejolak dan godaan musuh karena kita dapat melawan dengan bantuan Ilahi, yang selalu ada bersama kita, meskipun kita tidak merasakannya dengan jelas. Ketika kita kehilangan semangat serta merasa tidak ada kasih yang berlimpah dan kasih karunia yang kuat, kita percaya bahwa tetap ada kasih karunia Tuhan yang cukup untuk membawa kita pada keselamatan yang kekal.

4. Berdiri kuat – bagaimana musuh bertindak ketika menghadapi kekuatan atau kelemahan

Sudah sepatutnya musuh dilemahkan dan kehilangan semangat, melarikan diri dan menghentikan godaannya ketika kita melatih diri kita dalam hal-hal rohani dan menghadapi godaan musuh dengan tegas, melakukan apa yang sangat bertentangan dengan musuh kita. Sebaliknya, jika kita mulai takut dan putus asa ketika mengalami godaan, kita akan menghadapi hal terburuk yaitu terseret ke dalam keinginan musuh kita yang mempunyai intensi yang jahat.

5. Memecahkan kesunyian

Ketika roh jahat membawa tipu muslihat dan bujukan kepada jiwa kita, ia menginginkan kita untuk menerima ini dengan diam-diam. Ketika kita mengungkapkannya kepada Bapa melalui sakramen rekonsiliasi atau kepada figur spiritual kita, yang mengetahui tipu daya dan rancangan jahat, hal ini akan sangat membebani roh jahat tersebut. Roh jahat itu akan merasa bahwa ia tidak akan dapat berhasil dengan usaha jahat yang telah ia mulai karena tipu dayanya telah terungkap.

6. Perkuat titik terlemah kita

Roh jahat selalu mencari titik terlemah kita untuk menggoda kita. Dia bertindak sebagai pemimpin dan berniat untuk menaklukkan dan merampok apa yang dia inginkan. Sama seperti seorang pemimpin pasukan di lapangan, mendirikan kemahnya dan menjelajahi pertahanan benteng, dan menyerangnya pada titik terlemah, roh jahat ini berkeliaran, melihat ke dalam kehidupan spiritual, nilai, kardinal dan moral kita. Ketika dia menemukan kita di kondisi terlemah kita, di sanalah dia menyerang dan berusaha membawa kita ke sisinya.

Kesimpulan

Di keseharian kita pasti pernah merasakan fase-fase ini dimana kita mengalami penghiburan dan juga kesepian. Di tengah kesibukan kita bisa saja lengah, terbawa dan terjebak dalam kesepian. Dengan melakukan doa, refleksi, pemeriksaan batin dan penitensi, kita dapat mempersiapkan diri kita untuk tetap berpikir positif ketika mengalami kesepian. Tetap bersikap rendah hati, untuk bisa menghadapi godaan-godaan dan tantangan-tantangan yang kita alami selama mengalami kesepian. Juga dengan bersikap aktif untuk mendekatkan diri melalui doa-doa, sakramen-sakramen dan terus meningkatkan iman kita sehingga dapat memperkuat titik kelemahan kita.

Pertanyaan Sharing

  1. Setelah membaca bahan ini, sharingkan karakter-karakter desolasi yang pernah kamu alami dulu atau yang sedang dialami saat ini.
  2. Dari tips-tips di atas, yang manakah yang paling berguna untuk dirimu? Kenapa?
  3. Pernahkan kamu mengalami atau menyaksikan teman kamu merasakan kesepian dan bagaimana kalian mendukung temanmu dalam fase ini? Sharingkan!

Referensi